Reizen V : part 2

Start from the beginning
                                    

Aku tidak punya jawaban atas semua pertanyaan Zurgré. Aku hanya terdiam.

" Kusarankan kau belajar bagaimana membaca cara lawanmu menyerang bertahan. Kuakui tehnikmu bagus. Menggunakan langkah kaki lawanmu untuk memperkirakan gerakan selanjutnya. Tapi seperti yang tadi kubilang, kau akan menemukan kesulitan saat menemukan lawan sepertiku. Terlebih ritme gerakanmu berantakan setelah kau membuka matamu. "

Aku hanya diam mendengarkan analisisnya mengenai caraku bertarung. Dan aku tahu semua penjelasannya benar.

" Kalau begitu, Ajari aku.”

Zurgré mengambil pedangku yang terjatuh dan memutar - mutarnya di tangannya. " Baiklah. Tapi, latihanku tidak akan mudah. " Zurgré melemparkan pedangku dan dia berjalan kembali menuju kemah.

Walaupun gayanya terkesan cuek dengan baju asal - asalan dan mukanya yang terlihat malas - malasan, tapi kemampuannya bukan bohongan sebagai tentara tingkat I. Aku menatapnya sejenak lalu mengikutinya kembali kekemah.

***

Jalanan yang berbatu, menanjak, berliku – liku dengan angin gunung yang kencang menjadi penghalang utama kami dalam mendaki pegunungan Arcturus. Walau anginnya sudah berusaha ditahan susah payah oleh Téchoun, Gin, dan Zurgré. Yah, sebenarnya hanya Téchoun yang berusaha susah payah. Gin belum terbiasa mengontrol kekuatannya dan Zurgré…….. dia terlalu malas melakukannya. Hanya kalau moodnya sedang agak bagus baru dia membantu Téchoun dan Gin. Angin dalam perjalanan kali ini jauh lebih buruk dari pada saat perjalanan menuju kota Aéra. Kami jadi harus sering berhenti kalau angin terlalu kencang.

Dan selama kami berhenti itulah aku belajar bagaimana cara bertarung yang lebih baik dari cara bertarungku yang sekarang bersama Zurgré. Seperti katanya, belajar bersamanya tidak mudah. Tapi bukan dalam arti latihannya yang sulit, tapi lebih kepada bagaimana caraku agar tidak membuatnya bosan dan menghentikan latihannya. 2 kali aku membuatnya bosan dan dia menghentikan latihan yang bahkan belum ada 10 menit dimulai. Kalau saja dia tidak sekuat itu, terkadang aku ingin sekali memukulnya. Kalau dia sudah menghentikan latihannya denganku, aku akan pindah ketempat Gin yang berlatih dengan Téchoun. Aku tidak boleh ikut latihan oleh Téchoun, jadi hanya menonton mereka beradu pedang atau mengendalikan unsur udara.

Saat perjalanan kami memasuki hari keempat, kami sudah melewati pegunungan Arcturus dan sampai dipadang rumput waktu pertama kali bertemu dengan Kítrino, saat itu Gin sedang mencoba mengendalikan anginnya, dan Zurgré mengacaukan latihannya dengan membuat angin yang sangat besar. Kalau sedang bermain – main Zurgré tidak kelihatan seperti tentara tingkat I.

“ Gin! Lukamu terbuka lagi!” Kítrino menunjuk luka di leher Gin yang tadinya tertutup perban, kini terkoyak karena angin kencang yang dibuat oleh Zurgré tadi.

“ Hm? Oh ya?” Gin memegang lukanya. Sekarang tangannya berlumuran darahnya sendiri yang merembes dari perban yang tadi terkoyak.

Aku mengambil perban baru dari kantung pelana dan memberikannnya pada Gin.

“ Uh, terima kasih. Tidak kusangka kalau lukanya masih terbuka.” Gin menerima perban dariku.

“ Darimana kau dapatkan luka itu? luka seperti itu pasti masih baru.” Téchoun membantu Kítrino memakaikan perban yang baru ke leher Gin.

“ Hm , dari cakaran Lýkrízos. Sekitar 8 atau 9 hari yang lalu. Harusnya luka ini menutup.”

'Luka cakaran Lýkrízos tidak akan pernah menutup kalau kau tidak memakai mantra penyembuh tertentu. Ada semacam racun tertentu di cakar kami yang membuat lukanya tidak akan menutup. Harusnya kau langsung pergi ke tabib untuk menutup lukamu saat di kota Aéra. Atau ada diantara kalian yang mempunyai bakat menyembuhkan? Aku tahu mantranya.' Tiba – tiba Algant sudah ikut pembicaraan.

Elemetal ForéaWhere stories live. Discover now