04 ㅡ Egoisme

5K 530 6
                                    

"Aku akan mengurus semuanya

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Aku akan mengurus semuanya."

"Ya, jadi kapan aku berangkat?"

"Oh, ya? Malam ini. Aku sudah tidak sabar!"

"Baiklah, aku akan segera ke bandara. Terima kasih Jason."

Wanita yang sedang berbincang lewat telepon itu adalah Seulgi. Setelah dua minggu menunggu, malam ini Seulgi di undang langsung oleh asisten butik ternama di Amerika Serikat. Malam ini pula, Seulgi akan take-off bersama Im Jaebum. Seulgi kembali mengingat perkataan Jimin. Setelah suaminya tahu, Seulgi sedikit merasa risih. Bagaimana tidak, Jimin melarang Seulgi untuk pergi ke Amerika Serikat dengan dalih bahwa ia adalah suami sahnya. Dan sebagai suami, Jimin tidak mau melihat Seulgi melakukan pemotretan dengan setengah telanjang. Gila saja, ungkap Jimin kala itu.

Seulgi menghela napas, matanya terlihat memendam perasaan marah saat secara sepihak Jimin memblokade semua majalah yang menampilkan tubuh Seulgi sehingga reputasi Seulgi mulai menurun saat ini. Untung saja tidak sampai pembatalan kontrak dengan perusahaan Amerika karena berita itu tidak sempat terdengar disana.

Persetan dengan keadaan, Seulgi tetap merapikan semua peralatan yang akan ia bawa ke negeri Paman Sam itu. Seulgi melirik kearah jam yang bertengger di dinding kamarnya. Pukul 21.11 KST, beruntung sekali Jimin belum pulang, itu pertanda ia bisa leluasa merapikan semua barangnya tanpa harus mendengar ocehan Jimin. Namun setelah beberapa menit ia merapikan barangnya, pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Jimin dengan wajah yang terlihat lelah.

"Kau akan tetap pergi?"

Tanpa basa-basi pria itu membanting tas kerjanya lalu berdiri dihadapan Seulgi.

"Memang nya kenapa? Ini semua adalah impianku. Jadi kau tidak berhak menghalangi semua mimpiku."

Jimin menghela napas.

"Tapi Seul? Kau tidak se ... " ucapan Jimin terpotong.

Seulgi muak dengan semua ucapan Jimin. Hei, memangnya kenapa? Dia tidak berhak mencampuri urusan pribadinya. Bukankah sejak awal, dirinya dan Jimin telah sepakat?

"Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, Jim. Bahkan aku tidak pernah menganggu jadwal kerjamu yang menumpuk itu. Ketika aku sakit pun memangnya kau ada dirumah sakit? Kau malah asik dengan semua tumpukan berkasmu. Bukankah kau dan aku telah sepakat? Bahwa kita tidak akan mengganggu urusan masing-masing?"

"Seulgi, kau seharusnya patuh terhadap apa yang aku perintahkan. Lagi pula aku berniat baik, untuk apa kau berlenggak-lenggok di depan banyak pria hidung belang dengan pakaian yang sangat minim. Jika seperti itu kau sama saja seperti jalang!"

"What? you call me a bitch, seriously? Ya, terserah kau saja!" ucap Seulgi berusaha menahan emosinya yang sudah di ujung kepala. Ia malas berdebat dengan Jimin.

"Kenapa kau keras kepala sekali, Seulgi. Bahkan aku masih bisa menghidupimu, kau tidak perlu bekerja sekeras ini!"

"Kau curang! Kau selalu berkata seperti itu padaku sementara pekerjaanmu tetap berjalan lancar. Lihat, aku tidak pernah melarangmu sedikitpun."

"Aku melakukannya karena aku ingin hidupmu mewah, bukankah kau menyukai kemewahan?"

"Bahkan sebelum kau menikah denganku, memangnya kau pria pemalas dalam bekerja? Tentu tidak, bahkan saat pertama kali kita bertemu kau tak pernah mengalihkan pandanganmu dari laptop. Bahkan saat aku menunggumu untuk tidur bersama, kau tetap bermain dengan laptop kesayanganmu. Kupikir itu terserah padamu, aku tidak pernah mengganggumu bukan? dan satu lagi, kuingatkan padamu sebelum kau mengebalku, aku sudah menjadi model yang berlenggak-lenggok menggunakan busana sexy. So, before you call me a bitch. Please, see how you behave to me! "

Jimin menghela napas, lalu memalingkan wajahnya.

Prang! Prang! Prankkk!

"Aku benci padamu, Jimin!"

Jimin kembali menolehkan wajahnya pada Seulgi.

"Hei! Apa yang kau lakukan? Itu barang mahal!" pekik Jimin saat dirinya melihat perbuatan gila Seulgi.

Bagaimana tidak, Seulgi telah menghancurkan seluruh perabotan miliknya sendiri. Mulai dari jam tangan mewah sampai aksesoris pemberian Jimin. Pria itu belum sepenuhnya tahu, bagaimana perlakuan Seulgi apabila ia sedang kesal. Tak jarang, Seulgi menghancurkan barang-barang disekitarnya atau lebih parah lagi, ia berani melukai dirinya sendiri.

"Aku bisa membelinya sendiri, jadi aku tidak butuh uangmu. Simpan dan kembalilah mengurus diri masing-masing dan jangan mencampuri urusanku, Jimin!"

Seulgi benar-benar tidak menggubris perkataan Jimin, yang ia lakukan sekarang adalah menyuruh tukang untuk mengangkat semua barang-barang yang akan ia bawa besok.

"Masukan kedalam mobilku, Im Jaebum sudah menunggu di pekarangan rumah. Bilang padanya, aku akan segera menyusul." Titah Seulgi pada pria pengangkat barang.

Seulgi kembali merapikan bibirnya, ia mengatur jarak rambutnya lalu menyemprotkan parfum mewah yang telah ia beli tempo hari lalu.

"Bahkan kau pergi bersama pria dengan pakaian seperti itu?" ucap Jimin memegang erat pergelangan Seulgi.

"Hell! Memangnya kenapa? Sekarang musim panas, Jim. Aku tidak bisa memakai pakaian setebal yang kau mau sekarang, lepaskan!"

Bagaimana tidak, sekarang Seulgi hanya memakai celana diatas lutut dan kaos tipis dibalut cardigan yang tebalnya tidak lebih dari gorden dikantornya.

"Ganti pakaianmu!"

"Kenapa kau? Oh ayolah Jim, aku sedang buru-buru."

"Seulgi!"

Seulgi tidak menghiraukan perkatan Jimin, dengan langkah cepat wanita itu pergi dari hadapan Jimin.

"Arghh, sial!" teriak Jimin seraya mengacak rambutnya dengan prustasi.

"Wanita itu benar-benar keras kepala!" lanjutnya.

Serendipity
Chapter four| Jimin💜

REVISI : Bandung, 26 Mei 2020

SERENDIPITY | Seulmin [COMPLETE]Место, где живут истории. Откройте их для себя