Part 19 - The Love Strategy

Start from the beginning
                                    

"Aw, kenapa tidak bilang?" Tanya Singto. "Jadi kau kemari untuk menemaniku? Kau so sweet sekali."

"Aku mengiyakan ajakanmu keluar karena aku tidak mau kau datang ke rumahku!"

"Kenapa?" Tanya Singto gusar. "Kau tidak suka aku ke rumahmu?"

"Aku tidak mau menarik perhatian tetanggaku." jawab pria itu, lalu melirik ke tangan Singto. "Kau membuang cincinmu?"

Singto menjulurkan tangannya seketika. "Oh, aku lupa menaruhnya di saku celana, tidak penting juga, tidak usah dipikirkan." jawabnya santai.

Krist mengangguk pelan. "P'Pha tidak bertanya?"

"Dia sendiri juga tidak memakainya selama ini."

"Hah?" seru Krist kaget. "Kenapa? Hilang?"

"Tidak tau." sahut Singto. "Mungkin agar tidak ada yang curiga, jadi dia bisa bebas berkencan dengan wanita-wanita di luar sana." ekspresi Singto berubah, dan Krist menyadari hal itu.

"Kau cemburu?" tebak Krist.

"Apa?! Jangan bercanda, Krist!" seru Singto kaget. "Apa alasanku cemburu?"

"Dia kan suamimu, wajar kalau kau cemburu."

Singto menatap Krist lurus dan tidak percaya dengan ucapan pria itu. "Apa maksudmu?" protes Singto. "Aku hanya menganggap Pha sebagai temanku, semua scenario pernikahan ini akan segera berakhir, dan kita bisa bersama sebagai pasangan real, Krist!"

"Aw, hubunganku dengan Emma masih resmi, P'Sing!" tukas Krist.

Dada Singto kembali dihantam oleh batu besar dan ekpresinya berubah bete. "Kapan kau akan memutuskan wanita itu, Krist? Atas dasar apa kau masih mempertahankan hubungan kalian?"

"Hey, apa maksudmu P'Sing?" protes Krist. "Aku menerima Emma sebagai pacaraku tentu saja atas dasar saling menyukai, kau pikir aku sama sepertimu?"

"Aku kenapa?"

"Lupakan P'Sing! Aku tidak mau membahasnya!" sahut Krist. "Soal aku dan Emma, kita bahas lagi setelah kau pantas untuk membicarakan status denganku!" Krist menegaskan.

-----------------------------------

Pha pulang larut malam, Singto mendengar suara mobil berhenti di depan rumah, namun suara pintu mobil yang dibuka dan ditutup berjumlah dua kali, artinya Pha tidak pulang sendirian. Ia segera keluar dari kamar untuk melihat siapa yang diajak Pha pulang kali ini. Betapa kagetnya ia melihat Pha yang sedang mabuk berat dan di papah oleh Ploy dengan terhuyung – huyung keluar dari dalam taksi. Pakaian wanita itu agak terbuka, dan Singto melihat banyak kiss mark di lehernya. Singto segera membukakan pintu untuk mereka, dan membantu Ploy memegang tangan Pha.

"Terima kasih..." ucap Ploy setengah sadar. "Kau belum tidur, Dokter Sing?"

Singto menggeleng pelan. "Kalian darimana?" Tanya Singto penasaran. "Dimana mobil Pha?"

"Night Club" sahut Ploy sambil mengurut kepalanya yang terasa pusing. "Kami meninggalkan mobil di parkiran dan memutuskan pulang dengan taksi..."

"Apakah kau dan Pha sering ke Night Club akhir-akhir ini?"

"Aku bekerja di night club, dia sering mencariku disana..." jawab Ploy. "Dimana kamar, P'Pha?"

"Ikut denganku!" pinta Singto, sambil membantunya memapah Pha menuruni anak tangga dengan hati-hati.

Singto membuka pintu kamar dan dengan hati-hati membanti Ploy memapah Pha masuk ke kamar dan merebahkan tubuh Pria itu di kasur.

"N'Ploy...ayo tenamin aku minum..." Pha mengigau.

Bahasa Indonesia - Struggle Between Love and Lust (Complete)Where stories live. Discover now