sekolah

35 1 0
                                    

Setelah libur yang begitu panjang, dan setiap minggu aku latihan basket bersama klub sma favorite. Kini aku masuk kesekolah idamanku. Aku berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh, agar bantuan beasiswa ini gak dicabut.

Setelah melaksanakan, ospek atau juga bisa dikatakan PLS, Pengenalan lingkungan sekolah. Aku berganti seragam menjadi putih abu-abu. Seragam ini hasil aku kerja dibengkel.

Aku sudah izin pada pak dilan, aku akan masuk kerja pada sore hari.

"Selamat pagi, semua!"

"Pagi bu!"

Wah, dia cantik banget! Eh? Sadar sadar! Sadar dong ray, dia itu guru...

"Perkenalkan nama saya adalah Tiara. Saya guru fisika kalian sekaligus saya yang akan menjadi wali kelas kalian. Tapi, peraturan saya cukup membuat kalian kewalahan loh... Satu! Kalian gak boleh telat mengumpulkan tugas dari saya! Dua! Jika baju kalian gak rapi, akan saya hukum! Tiga! Klo saya gak ada atau guru yang lain gak ada, kalian minta tugas keguru piket. Kalian paham?"

Wah... Bu tiara galak! Jangan macem-macem nih...

"Baik! Ada yang ditanyakan?"

"Tidak bu!"

Aku menggeleng. Bu tiara mengabsen kami satu persatu.

Dari absen satu sampai bagianku, aku berada diabsen 2 terakhir "ray!" aku mengangkat tangan.

"Kamu gak bisa ngomong ya?! Ngomong hadir ajh, kamu pelit!"

Aku menulis sesuatu dikertas dan memberikannya pada bu tiara. 'Bukannya saya gak sopan atau apa. Memang saya itu.. Gak bisa ngomong. Saya tuna wisma. tapi saya semangat buat belajar"

"Rizal!"

"Hadir bu!"

Kebetulan, meja guru dan mejaku itu berhadapan. Aku duduk sendiri. Gak papa, karna aku suka kesunyian.

"Kalian susunlah struktur kelas dulu! Saat saya, masuk. Struktur kelas sudah beres!"

"Iya bu!"

"Ray, bisa ikut saya keluar?" aku mengangguk.

Kmi berada diluar kelas. Dan aku membawa buku kosong dan pensil. 'Ada apa ya, bu?'

"Gini, kamu kenal sama, ivan?"

"Ivan siapa? Maaf bu saya gak kenal"

"Tapi, muka kamu itu mirip banget sama sahabat saya ivan"

'Kebetulan ajh bu'

"Kamu mau ikutan organisasi atau ekstrakulikuler apa?"

'Saya basket, bu'

"Basket? Wah.. Tapi ibu khawatir. Kamu itu dibuly sama mereka"

'Saya disaranin sama pak yana, dan kakak kelas. Saya boleh ikutan basket'

"Oh, kamu udah kenal mereka?"

'Iya. Pak yana adalah pelanggan bengkel tempat saya kerja"

"Kamu montir?" aku mengangguk. "Oh, yaudah. Makasih yah... Kamu udah jadi temen ngomong saya"

'Kok makasih? Seharusnya saya yang makasih... Ibu udah mau ngajak ngomong saya' aku tersenyum.

Bel istirahat berbunyi. "Kamu mau kekantin?"

'Kayanya iya. Saya mau beli gorengan. Ibu mau nitip?'

"Gak. Eh, ray... Jangan makan gorengan mulu, nanti kamu gendut loh..."

Aku tersenyum, menujukkan gigi rapi ku. 'Klo masalah gendut atau apa, itukan faktor keturunan bu'

"Yaudah, saya duluan. Saya mau kekantin..." aku mengangguk. Dan menuju mejaku. Menyimpan buku dan pensil.

Antara Ada Dan TiadaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant