Bibir Intan hanya bisa mengucapkan nama Mahendra bagai mantera. Lelaki itu menghentikan godaannya sejenak hanya untuk melepas pakaian yang membelenggu tubuh kekarnya, saat melihat dada Mahendra yang telanjang sempurna, reflek jemari Intan menelusuri keindahannya. Otot-otot yang membentuk kotak-kotak sempurna menghiasi dada dan perut liat Mahendra. Kulitnya memang tidak terlalu gelap, cenderung bersih tapi agak gelap, menambah sisi kemaskulinannya. Jemari Intan masih terpesona oleh bentuk tubuh Mahendra tapi lelaki itu malah mengarahkan lengan Intan untuk memeluk lehernya dan meneruskan menggoda puncak keindahan istrinya.
"Bli...," pandangan mata Intan sudah berkabut karena gairah. Tapi ada kesopanan yang santun dalam sentuhan tangan Mahendra terhadap tubuh Intan, sebisa mungkin lelaki itu tidak menyentuh secara kasar dan berlebihan terhadap kulit istrinya yang sedemikian lembut bagai sutra. Kemesraan lelaki itu terjaga dalam sentuhan romansa yang terkendali. Ditegakannya tubuh perawan Intan dan dikecupnya perlahan leher gadis itu hingga kemerahan, wangi bagian belakang telinga gadis itu membakar Mahendra tapi kepandaiannya mengelola emosi membuat gerakan tubuhnya terjaga. Kesabaran lelaki itu nyaris tanpa cacat. Pergerakan lelaki itu lebih disebut sebagai tarian daripada sekedar persetubuhan. Mahendra tidak bercanda saat dia berkata kedua tangannya hendak membuat peta dan mengenali setiap inci tubuh istrinya dengan kedua tangannya. Perlahan dia membalik tubuh istrinya dan memeluknya dari belakang, Intan terkesiap saat rambut panjang yang menyelimuti punggungnya tersibak. Mahendra membuat jejak di sana yang membuatnya tengadah karena gelombang yang memercikkan gairah dari ujung kaki hingga kepala. Tatkala lelaki itu menaruh Intan dalam pangkuannya dan jemarinya memulai lagi membaca tubuh istrinya, Intan tahu, Mahendra tidak akan tersesat membaca setiap jengkal bagian tubuh Intan, dawai-dawai denting detak jantung dan tarikan nafas keduanya menjadi irama yang indah. Bersinergi saling mengisi dan memberi. Cinta kasih yang murni dari Mahendra membenamkan Intan dalam pelukan damai suaminya. Penantian penuh kesabaran lelaki itu menjanjikan satu hal yang tak terbayangkan, Hyang Widhi meminta Mahendra menunggu beberapa lama pasti karena alasan yang penting. Salah satunya adalah lelaki itu telah memiliki kedewasaan yang sempurna.
Intan merasakan Mahendra berlama-lama mengagumi tubuhnya dan itu membuatnya bertanya.
"A...apakah yang Bli lakukan? Kenapa hanya menggoda saja?"
"Hmm? Lalu apa yang Dayu inginkan?"
"Tentu tiang tak berani memintanya...ahhh..." gadis itu terkejut saat Mahendra kembali meraih tubuhnya dan mereka berhimpitan, berhadapan dengan posisi Intan masih dalam pangkuan Mahendra tapi wajahnya tepat menghadap dada bidang lelaki itu, kedua tangan Intan menekan dada bidang Mahendra dan menutupi pandangan lancang lelaki itu pada payudaranya.
"Kenapa masih malu, Dayu?"
"Tentu saja malu...ini pertama kalinya tiang dalam pelukan ...lelaki...dalam keadaan sadar..."
Mahendra tersenyum dan memaklumi. "Padahal keindahan akan terlihat semakin hidup jika kau membuka tabir penutup tubuhmu sendiri, Dayu..." rayu lelaki itu. Intan menurunkan tangannya malu-malu, tapi tatkala Mahendra memandanginya sedemikian rupa, gadis itu malah merapatkan tubuhnya untuk menghindari jangkauan mata Mahendra, tak menyadari kondisi itu sebenarnya lebih parah karena tubuhnya kini tak berjarak dengan tubuh Mahendra. Membuat lelaki itu ganti terkesiap merasakan kehangatan pelukan Intan dan kelembutan tubuh gadis itu sekaligus, merata di setiap jengkal tubuhnya.
"Adakah yang ingin Dayu tanyakan sebelum tiang menuntaskan segalanya?" tanya Mahendra.
Intan berbisik lirih, "Bli, apa yang akan terjadi dan apa makna penyatuan ini bagi Bli?"
"Penyatuan berarti menghargai cinta kasih Hyang Widhi yang tak terbatas, Dayu. Jika Dayu memiliki perasaan terhadap tiang, maka kita harus mencapai tahap penyatuan 'aku dan engkau' adalah satu, bersama restu Hyang Widhi supaya terjadi kemanunggalan yang sempurna. Satu hal yang nanti harus Dayu camkan, untuk tidak putus-putusnya berusaha mencapai perasaan tertinggi dalam penyatuan nanti, kerahkan segenap tenagamu untuk mencapainya, ini mengudar makna, jika suatu hari Dayu telah memahami tujuan hidupmu maka kita menyadari, tujuan hidup umat manusia yang sebenarnya adalah bersatu di hadapan Hyang Widhi. Luka yang akan terjadi dan darah yang tertumpah, melambangkan sebentuk rasa. Kita butuh merasakan luka supaya hikmat Hyang Widhi bisa tertanam dalam. Kita akan saling memberi dan menerima. Dayu harus mempercayai, tatkala tiang mengambil sesuatu darimu, maka saat itu juga tiang siap memberi ganti sesuatu yang lebih baik..."
YOU ARE READING
Intan_Padmi
RomanceIntan Prameswari : Lelaki yang kucintai tidak mungkin tergapai, dia bagai raja dari para raja sementara aku hanyalah pelayan bodoh yang berkhayal dia melihatku sekali saja. Ida Bagus Agung Putu Mahendra : Wanita yang kucintai adalah kemustahilan. Ta...
[Part XII] Adicandra
Start from the beginning
