[Part XII] Adicandra

Start from the beginning
                                        

Dia tidak menyentuh Intan malam itu dan gadis itu ternyata memiliki pemikiran absurd jika Mahendra tidak melakukan penyatuan malam itu karena tubuh Intan yang tidak menarik? Hyang Widhi! Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kerasnya Mahendra menghentikan dirinya sendiri untuk tidak menyentuh batasan Intan! Dia sampai berusaha konsentrasi dengan meditasi tingkat tinggi untuk tidak menodai gadis itu!

"Dayu mengira, tiang tidak melanggar batasan karena Dayu tidak menarik?" lelaki itu menggeleng-gelengkan kepala seraya tersenyum. "Dayu akan kaget malam ini, karena tiang akan membayar kesabaran tiang malam itu akan hasrat memiliki Dayu seutuhnya..."

Intan yang masih penasaran, masih mengejar Mahendra dengan pertanyaan.

"Jadi, kenapa Bli berhenti malam itu dan tidak menyentuh kehormatan tiang?"

Lelaki itu tersenyum jemarinya dan mengelus pipi Intan. "Karena Dayu begitu murni, hati tiang tidak akan tega menghancurkan kemurnian yang begitu indah, Dayu tidak pantas mendapatkan perlakuan buruk dan kotor, karena tiang sangat menyayangi Dayu Intan...tiang Ingin menjaga Dayu sampai waktunya tiba, yaitu malam ini..."

Tangan lelaki itu perlahan turun dan melingkari pinggang ramping Intan, melepas kamen yang melilit pinggang gadis itu, mengurai bulang pasang dan mengendurkan kain yang membungkus tubuh Intan. Saat gadis itu terkesiap dan menaikkan kain untuk menutupi bagian atas tubuhnya, gerakan itu malah menyingkap kain yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Mahendra pura-pura tidak memperhatikan paha mulus yang terpampang di hadapannya, tangannya sekarang berkonsentrasi ke atas, melepaskan satu persatu hiasan rambut dan tusuk konde gadis itu. Setiap perhiasan ditaruhnya di meja jati samping peraduan. Rambut gadis itu terurai bebas sekarang, menutupi kulit langsat bahu dan punggungnya. Wangi mawar dan melati juga samar daun pandan menguar, seluruh aroma tradisional yang tercium menjadikan suasana kamar berdinding kayu jati itu terasa memabukkan.

Dengan nakal Mahendra menyentuh kain yang melilit bagian atas tubuh Intan dan mengurainya, memang masih ada kemben putih yang melindungi payudara gadis itu dari pandangan matanya, tapi wajah Intan sudah begitu merah di bawah tatapannya, menandakan ini pertama kalinya tubuhnya ditelanjangi oleh mata lelaki. Gadis itu terus berusaha menutupi tubuhnya tapi Mahendra dengan kejam menelanjanginya perlahan.

"Ahh, rasanya tak adil jika hanya tiang yang bekerja, tolong lepaskan udeng tiang..."

Tangan kanan Intan terulur ragu menyentuh udeng Mahendra dan lelaki itu dengan sigap menangkap pergelangan tangannya, membuat Intan terkesiap dan reflek tangan kirinya yang memegang kain penutup tubuhnya terlepas.

Mahendra tersenyum melihat gadis itu panik melihat kain terpuruk di kaki ranjang. Hanya tersisa kain kemben dan stagen yang bahkan malah menonjolkan kemolekan tubuhnya, pakaian dalam gadis itu bahkan sudah mengintip karena Intan sedang dalam posisi duduk.

"Dayu sudah tidak diperbolehkan menolak tiang..." kata Mahendra seraya tersenyum. Dibaringkannya tubuh Intan perlahan dalam kekuasannya dan membuka kain terakhir yang melilit tubuh gadis itu perlahan-lahan. Sembari menyapukan nafas hangatnya di perut Intan yang ramping, menyapukan tangannya di paha gadis itu dan menikmati lengkungan tubuh Intan yang terkesiap karena Mahendra berhasil membuka hadiahnya dengan sempurna, gadis itu merasa tubuhnya kaku tak bisa bergerak, setiap sentuhan Mahendra memakunya dalam desahan hasrat yang mulai bergolak menguasai tubuh perawannya.

Saat jemari Mahendra mengelus kain tipis yang menutupi dadanya, Intan merintih pelan tatkala ujung sensitif payudaranya tersentuh jemari lelaki itu, saat kain terbuka, rasa malu membuat pucuknya semakin mengeras tegang dan ditambah bibir pria itu menggoda secara tiba-tiba. Mahendra sendiri menikmati keindahan Intan, semuanya terlihat pas dan kencang, payudara gadis itu tidak terlalu besar tapi terasa sempurna dalam genggamannya. Pucuknya yang berwarna merah muda menandakan keperawanan pemiliknya. Tangan Mahendra yang satu menelusuri pinggang dan perut Intan yang ramping lalu menelusur ke bagian belakang tubuh gadis itu, semakin ke bawah dan membuat Intan bergerak semakin gelisah.

Intan_PadmiWhere stories live. Discover now