Mate part 24 ; dua pilihan sulit

Start from the beginning
                                    

Luke diam dan mengacuhkan keberadaan Esteve, Luke kembali berjalan tanpa memperdulikan umpatan kesal yang di tunjukan padanya.

Esteve menghalangi jalan Luke
"Kau sombong denganku, Luke."

Luke menatap Esteve tajam
"Kau sudah tau apa yang sedang aku lakukan, dan kau masih bertanya."

Esteve memasang wajah terluka
"Luke, ucapan mu tajam seperti sebuah pisau. Dan kali ini hatiku tersakiti kembali."

Luke mendengus, lihatlah sifat asli Esteve kembali. Dan Luke benci itu.
"DIAM!" Ujar Luke lantang dan penuh penekanan.

Esteve terkekeh, tangan nya terulur untuk menampar wajah Luke hingga terdengar suara keras tamparan.

Luke menatap marah ke arah Esteve, beraninya dia menampar Luke seperti saat ini, Luke menarik keras baju hitam yang di pakai Esteve.
"Apa maksudmu hah?"

Esteve tertawa pelan, ia menghempaskan tangan Luke yang berada di kerah bajunya.
"Santai pangeran, aku hanya membuktikan sebuah teori. Wajahmu tidak lagi datar ketika aku tampar, dan ternyata wajahnya tetap sama."

Luke membuang pandangan, Luke sangatlah malas jika sudah berhadapan dengan pangeran bar-bar seperti Esteve, Luke tidak akan mau jika berurusan dengan Esteve dan Davero, kedua pangeran itu akan bersatu jika bertemu dan menjahili nya.

"Teori mu tidak berguna." Balas Luke.

Esteve mengangguk, ia mungkin akan memikirkan cara lain untuk membuat wajah datar Luke menghilang. "Seperti nya begitu pangeran."

Luke melirik ke arah Esteve, pria itu terdiam dengan kerutan di dahinya. Apa yang sedang di rencanakan pria aneh itu.

"Untuk apa kau memasuki wilayah istanaku?" Tanya Luke seraya berjalan, ia harus mencari keberadaan Exel. Selama berburu Luke tidak menyadari bahwa Exel tidak berada di belakangnya.

"Kau hanya ingin mengunjungi Lord, dan tentu saja menjahili adikmu itu."
Esteve berjalan di samping Luke.

"Siapa?" Luke bertanya.

"Adikmu yang sangat lucu Luke, Aland, dan aku masih ingat terakhir kali Aland membuatku tenggelam di danau, kali ini aku akan membalas dendam kecilku." Esteve mendengus, entah mengapa dirinya kalah saat Aland menjebaknya di danau.

"Jangan sekalipun kau membahakan adik ku."

Esteve mengangguk, Aland sudah seperti adiknya sendiri.
"Tenang saja sepupu, balas dendamku tidaklah kejam. Mungkin sedikit kejam."

🏰🏰🏰


Pagi pun tiba dengan tak dapat di rasakan oleh Elena perubahan waktunya, sinar matahari menyembul masuk melewati jendela yang sedikit terbuka. Cuaca di luar tampak cerah.

Elena meminum segelas air putih yang tersedia di atas meja makan, mungkin saja Luke sudah menyiapkan itu untuk Elena. Setelah mengisi perutnya dengan makanan yang ia masak sendiri, Elena memutuskan untuk beristirahat dahulu di ruang dapur.

Sedari tadi suasana istana ini sangatlah sepi, kemana semua penghuni tetap istana ini? Hari sudah menjelang pagi, tetapi mengapa tetap saja sepi.

Biasanya, sesekali Elena melihat ada beberapa pelayan yang berlalu lalang di setiap lorong istana ini, kini tidak ada satupun yang melintas. Elena ingin mengelilingi istana ini dan mencari keberadaan Luke, tetapi Elena tidak berani untuk berjalan sendirian di lorong istana. Elena bisa tersesat karena dirinya belum menghafal betul letak-letak setiap ruang di istana ini.

Elena menghela nafas, ia meletakan gelas itu kembali di atas meja. Elena bangkit berdiri dan berjalan dengan langkah pelan. Elena memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan menunggu kedatangan Luke.

My Beautiful Mate [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now