Sayangnya, lelaki itu tidak menjawab apapun. Dia hanya terdiam, sambil terus melangkah ke arahku, dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Kulihat sesuatu yang berbeda darinya daripada yang lain. Dan kurasa, lelaki itu mengerti apa yang akan kutanyakan padanya, sehingga dijawabnya terlebih dahulu, membuatku tidak perlu susah payah berbicara lebih banyak lagi.
"Aku tidak akan terpengaruh dengan suhu dinginmu. Aku bisa mengatur suhu sendiri, dan beruntung, aku masih peduli dengan Kyle, jadi sekalian kualirkan panasku padanya."
Aku tidak bertanya tentang Kyle......
"Apakah hanya ingin menjelaskan hal singkat itu?"
Dan lelaki itu mulai kembali mendekat perlahan. Dirinya menatapku bergantian dengan aliran air yang kukendalikan. Lelaki itu mencoba untuk tetap tenang, meskipun aku bisa melihat auranya yang lemah, samar karena keraguan.
Dia takut air.
Aku mengendalikannya perlahan, mendekati lelaki itu, dan mencoba melihat reaksinya. Tapi dirinya tetap tenang, tidak ada reaksi berlebihan apapun yang ditimbulkannya. Dia bahkan hanya terus mendekat sambil berhenti menatap aliran air yang mengelilinginya. Tidak ada sedikitpun reaksi, dan kucoba untuk semakin mendekatinya. Kualirkan airku mengelilinginya, membuatnya hanya terus berjalan mulus seakan tanpa gangguan.
"Apa kau mencoba untuk menakutiku?" tanyanya dengan geraman kesal, karena lelah telah bersabar menghadapi kelakuanku sejak tadi. Aku terdiam, tak menjawab apapun selagi dirinya masih terus maju dan membuatku semakin kehilangan tempat untuk mundur. Aku semakin terpojok di dinding wastafel, membuat punggungku sakit, dan kendaliku melemah.
"Sepertinya kaulah yang lemah, ya?" ejeknya sambil menyeringai senang. Dia terus mendekatiku, semakin mendekat, dan semakin membuatku ngeri. Hingga jarak kami hanya beberapa senti, yang berarti, aku bisa merasakan hembusan napasnya yang cepat, menyembur ke wajahku dengan ganasnya.
BWUUSSSSSHHHHHHH!!!!
Lelaki itu mengejutkanku dengan uap panas yang ditimbulkannya. Lelaki itu mengangkat tangannya dan segera menciptakan apinya yang sangat panas, karena warnanya biru muda yang membuat tubuhku limbung. Aku terjatuh ke lantai, diikuti tatapannya yang semakin tajam. Dia segera berjongkok di hadapanku, menunduk sedikit untuk menatapku. Diulurkan tangannya dan disandarkannya di dinding wastafel, tepat di sebelah wajahku, membuatku menegang, menahan napasku cepat-cepat, dan kututup kedua mataku agar tidak bertemu dengan tatapannya. Dia bergerak mendekat, dan berhenti tepat di depan wajahku.
"Kau pikir hanya kau yang kuat disini?! Kau tidak memikirkan keberadaan orang lain yang sebenarnya lebih kuat darimu, dan sangat kau butuhkan?!!
Oh! Aku lupa. Kau memang tidak memikirkannya, karena kau bahkan tidak pernah bertemu dengan mereka secara nyata, membuatmu berpikiran bahwa mereka hanya khayalanmu.
Bahkan, kau tidak tahu bahwa bocah itu telah ke tempat ini, dan sudah membantumu, meski belum tuntas."
Aku membelalak terkejut dengan kata-kata itu, membuatku bertemu dengan tatapannya yang sudah menusukku secara menyakitkan.
"Apa maksudmu?" tanyaku dengan bodohnya, membuatnya menyeringai dan memalingkan wajahnya dariku sejenak, mencari udara segar untuk dihirupnya.
"Bocah itu datang, semalam. Dia memenuhi perintahku. Dia masuk ke kamarmu, dan...
...POOF!!...
YOU ARE READING
MESS TROUBLE
Science Fiction"Kisah cinta bukan hanya soal rasa, tapi juga ada perjuangan, perbedaan, kesamaan, ekstremitas, dan kebuasan liar di dalamnya. Kisah cinta, adalah yang terbaik diantara yang terbaik." ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ R. N. K. P Hidupku yang selama ini kukira...
LIX ON PROGRAM (1)
Start from the beginning
