Mate part 19 ; Bencana

Start from the beginning
                                    

Elena harus mencari keberadaan Luke dan bertanya apakah dirinya bisa pulang ke rumah neneknya atau tidak.

Elena berjalan keluar dari kamar yang ia tampati beberapa hari ini.
Saat keluar dari kamar, semua penjaga yang berjaga menunduk hormat pada Elena yang sempat kebingungan. Elena lalu berjalan melalui mereka begitu saja, dan berhenti saat salah seorang penjaga menghalangi jalan nya.

Penjaga itu menunduk kan kepalanya,
tepat di depan Elena yang langsung bingung.  "Maaf putri Elena, Pangeran Luke memerintahkan kami untuk tidak membiarkan nona keluar dari kamar ini." Ujar penjaga itu melarang Elena untuk keluar dari kamar, tentu saja dengan embel-embel atas perintah Luke.

"Aku hanya ingin mencari Luke, dan Aku tak akan kemana mana" Jawab Elena.

Penjaga itu tetap menggeleng.
"Biar kami carikan pangeran Luke." Sebelum Penjaga pergi, Elena mencegahnya.

"Biarkan aku yang mencari Luke sendiri."

"Tapi putri ...."

Elena memotong ucapan penjaga itu
"Sudah aku bilang, aku mau pergi sendiri!" Elena menaikan sedikit volume suaranya tidak terlalu tinggi.

"Baiklah putri, kami akan menemani anda." ujar penjaga itu lagi.

Elena menghela nafas lelah, siapa dirinya yang harus di jaga seketat itu, ia hanya menumpang tinggal sementara saja di rumah Luke.

"Sudah aku katakan, aku mau mencarinya sendiri, Jika kalian masih memegang teguh kemauan kalian. Aku akan melaporkan kalian pada Luke bahwa kalian melarangku untuk menemui dirinya." Ancaman Elena langsung membuat semua penjaga diam, Elena bersorak dalam hati saat rencana nya berhasil.

Segera mungkin Elena pergi dari hadapan mereka. Elena mulai menuruni setiap anak tangga dengan pandangan meneliti rumah yang besar itu, ia tidak menyangka rumah Luke sangatlah besar dan bergaya kuno.

Elena tiba di lantai bawah setelah melewati beberapa anak tangga,
Elena sampai pegal melewati setiap baris anak tangga, Elena sekarang menjadi bingung ada banyak lorong yang harus ia pilih salah satunya,

Setelah berdebat dengan fikiran nya, Elena memutuskan untuk memilih lorong kedua sebelah kanan. Lorong itu terdapat lukisan-lukisan kuno serta di bagian atap lorong itu ada lampu gantung yang Elena yakin terbuat dari emas asli. Seberapa kayanya keluarga Luke hingga dapat membeli lampu gantung yang terbuat dari emas, setiap lorong juga sudah sepi, mungkin. Hari sudah malam.

Elena melewati pintu besar dan ia berhenti di depan pintu itu karena secara tak sengaja Elena mendengar suara seseorang seperti sedang berkelahi. Apakah ruangan itu adalah ruangan penyiksaan seperti tempatnya dulu.

Elena pun memberanikan dirinya untuk membuka pintu besar itu yang tak terkunci. jantung Elena semakin berpacu tak kala ia mendengar suara pecahan sebuah meja.

Elena mengarahkan tangan nya untuk mendorong pintu itu. Mata Elena terbelalak saat melihat Luke dengan sadisnya mencekik dan menyiksa seorang laki-laki yang Elena yakini bernama Exel. Lelaki yang menyiksanya waktu itu.

Memori otaknya mulai berputar. Queen klarisa pernah menceritakan kisah kecil Exel dan Luke, lelaki yang bernama Exel itu adalah tangan kanan Luke yang paling setia, Exel sudah menjadi pengikut Luke sejak kecil.

Hatinya sedikit tercubit saat mendengar kisah yang Queen Klarisa ceritakan,

''setiap orang melakukan kesalahan, kita harus memaafkan nya. Karena kita manusia tak pernah luput dari kesalahan''

Pesan dari neneknya berputar di fikiran Elena, ia akan memenuhi permintaan Queen Klarisa untuk memaafkan Exel dan membujuk Luke.

Elena melangkah kan kakinya masuk ke dalam ruangan itu, Elena menutup pintu itu kembali. Tubuhnya masih terpaku di tempatnya tanpa bergerak.
Elena menatap sebuah kabut transparan yang berada di depan nya, perisai kah? Apa mungkin? Tidak. Luke manusia, tidaklah mungkin dapat membuat sebuah perisai.

My Beautiful Mate [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now