Patahnya Sayap Bangau

12 0 0
                                    


Part 4

Di dunia ini, gak ada yang tau siapa jodohnya.

Gak burung-burung yang berkicau

Gak orang-orang yang telah menikah

Tapi

Kenapa hinata masih terus mengejar cinta naruto?

Karena jodoh itu di tangan Tuhan,

dan gak akan pernah sampai padamu jika tidak kau gapai dari tangannya.

#Dari Titanium yang tak pernah lelah mengejar cinta


Gue melihat kekiri dan kekanan lalu mengikatkan bangau yang telah gue beri tali ke kaca spion motornya Kak Elang. Gue mengutuk kedua sahabat gue yang lebih mementingkan shopping ketimbang nemanin gue untuk meletakkan surat ini ke motornya Kak Elang.

"Eh, ada adek cantik disini." Seketika gue melihat ke arah pagar pembatas sekolah dengan tempat parkir. Dan Leo udah bertengger aja di atas pagar kayak anak monyet nyari makan.

"Eh, ada Leo. Belum pulang yo?" Gue mencoba berbicara santai ke Leo.

"Lea Leo, panggil gue abang. Lo harus hormat ama kakak kelas ya, ADEK!" Leo menekankan kata adek ke gue.

"Dengar ya, gue bakal hormat sama orang yang emang pantas di hormati. Dan lo gak ada pantas-pantasnya."

"Widih, hebat ya adek kelas sekarang." Leo berkata dengan nada kagum yang dibuat-buat.

"Woi, lo gak bisa gitu lewat jalan yang benar?" Gue berteriak ke Leo yang tiba-tiba meloncat kea rah gue.

"Kagak neng, kalo ada jalan pintas kenapa gue harus lewat jalan yang beliku-liku. Kayak lo udah lewat jalan yang benar aja tadi pagi." Pinter banget ini anak ngelesnya.

"Bilang aja kalo lo malas mungut sampah buat tiket pulangkan." Gue makin nyolot saat Leo membahas gue yang juga melompati pagar tadi pagi.

"Gak ih, biasa aja. Gue bisa lewat tanpa bawak sampah kok. Ngomong-ngomong ini apaan?" Leo dengan seenak jidatnya menarik bangau gue dan membuat sayap sebelah kanannya sobek. Ya Allah, ampuni dosa Nayyah kalo misalnya Nayyah gak sengaja ngepentok kepalanya Leo pake helmnya Pak Item satpam sekolahan.

Leo membuka lipatan Bangau gue dan membaca surat gue keras-keras. Sekarang gue gak tau lagi mau ngeletakin muka gue dimana.

"Huuuuuaa,, lo manusia brengsek yang ngancurin bangau yang udah gue buat susah payah. Gue gak mau tau, lo harus buat yang bentuknya kayak gitu lagi. Sama persis. Huuuuaa." Gue memakai jurus andalan para wanita di saat terdesak.

"Woii, gak usah pake nangis elah. Gue gak ngapa-ngapain lo, kampret." Leo salah tingkah sendiri ngeliat gue nangis.

"Gue gak mau tau, lo harus ganti bangau gue. Huaaaaa." Gue masih terus menangis.

"Woi, adek cantik. Gilak, lo nangis cuman gara-gara ini bangau."

"Gue belajar susah-susah untuk buatnya dan lo hancurin gitu aja. Lo manusia brengsek Leo."

"Ya Ampun, gue di blang brengsek gara-gara ini bangau sialan. Sini gue buatin baru." Leo mulai geram dengan gue.

"Tapi tulisan lo jelek Leo, huuuuuaa. Surat gue gak bakal sempurna lagi." Gue terus menangis dan mengeluarkan kertas Origami berwarna Biru dari dalam tas.

Leo langsung mengambil kertas origami dari tangan gue dan mulai menulis kata-kata yang sempat dibacanya tadi dan segera melipat Origami tersebut menjadi bentuk Bangau. Gak bisa gue pungkiri kalo karya dia jauh lebih bagus daripada gue.

"Berenti senyum-senyum ya kampret, lain kali gue gak bakal luluh liat lo nangis. Dah ah, gue mau pulang. Gilak aja gue malah bantuin lo disini." Leo meletakkan bangau dengan gak ikhlas ke jok motor Kak Elang dan segera meninggalkan gue yang masih tersenyum menang.

"Leo, 2-1 ya Kakak Leo." Gue berteriak sambil tersenyum mengejek Leo yang sudah mulai meninggalkan pelataran parkir dalam dan hanya di tanggapi Leo dengan memberikan gue jari tengah tanpa menghadap kea rah gue.

Setelah punggung Leo sudah tak terlihat lagi, gue kembali menggantungkan Bangau ke kaca spion motornya Kak Elang. Dan segera mengikuti jejak Leo menuju lapangan parkir luar. Lapangan parkir di sekolah gue memang ada dua. Satu di dalam lingkungan sekolah yang yang ditujukan hanya kepada anak-anak rajin yang di tutup sepuluh menit sebelum bel berbunyi. Sedangkan parkir diluar ditujukan kepada anak-anak yang hobinya telat.

Setibanya di lapangan parkir luar gue melihat sekeliling dan tidak menemui Pak Mamang yang biasanya menjaga tempat parkir. Gue segera menuju motor gue berharap bisa lari dari kewajiban membayar parkir. Gue menstarter motor dan hendak pergi saat Pak Mamang tiba-tiba keluar dari rumah Pak Tanjung guru produktif gue yang bersebelahan dengan lapangan parkir luar.

"Dek, itu ban motornya kempes." Pak Mamang menyapa gue sambil menunjuk kedua ban motor gue.

"Hah, masa sih pak?" Gue bertanya dengan nada gak percaya dan segera turun melihat kedua ban motor gue.

"iiiiih, masa sih bocor bisa langsung dua-duanya." Gue menggerutu sambil membayar uang parkir ke Pak Mamang.

"Aduh mamang juga gak tau dek, bawak aja kebengkel dekat simpang. Dekat kok dek." Pak Mamang menjawab gue sambil menggaruk-garuk kepala takut disalahkan.

"Ya udah deh Pak, Nayyah pergi dulu ya." Gue berpamitan dan mulai mendorong motor menuju bengkel yang dikatakan Pak Mamang tadi.

Gue ngeliat ada kertas yang di kerimukkan di slot sebelah kiri motor gue saat gue berenti untuk beristirahat di perempatan jalan karna terlalu capek mendorong motor. Gue membuka kertas tersebut dan melihat tulisan "DUA SAMA YA SAYANG." Gue yakin ini tulisan Leo keripik kentang, gue mengomel-ngomel sendiri sambil menghentak-hentakkan kaki.

"Dek, Belum pulang?" Gue melihat kesumber suara yang baru saja menyapa gue. Kak Elang baru aja nyapa gue, gue berteriak dalam hati. Tadi dia liat gue ngomel-ngomel gak ya, mampus gue pasti gue bakal di bilang aneh sama Kak Elang.

"Belum kak, ini ban Motor Nayyah di kempesin Kak Leo tadi. Jadi nayyah mau dorong ke bengkel, tapi Nayyah udah capek ngedorongnya." Gue menunjukkan wajah melas kea rah Kak Elang.

"Ya ampun Leo jail banget, udah sini kakak aja yang dorong. Kamu bawak aja motor kakak ke bengkel ya." Kak Elang turun dari motor dan mengambil alih motor gue.

"Tapi Nayyah gak bisa bawak motor kopleng kak." Gue gak lagi cari-cari alasan buat di boncengin Kak Elang. Tapi emang gue gak bisa bawak motor kopleng, apalagi ini motor ninja.

"Ya udah, kamu tunggu sini dulu jagain motor kakak. Nanti kakak kesini lagi."

"Terus kalo Nayyah di gangguin orang gimana kak, disini udah sepi." Gue memandang sekeliling dan menatap Kak Elang dengan mata melas.

"Aduh gimana ya? Gini aja deh, kamu telpon kakak kalo misalnya ada apa-apa."

"Kan Nayyah gak punya nomor kakak." Mode on polos bercampur modus gue langsung keluar melihat tanda-tanda adanya kesempatan.

"Sini hp kamu." Gue memberikan hp gue ke Kak Elang yang langsung mengetikkan nomornya disana. Yes, modus gue berhasil. Gue gak tau, Kak Elang lagi modusin gue juga atau emang manusia baik hati yang takut gue kenapa-kenapa padahal tadi gue baik-baik aja sendirian.

Setelah mengetikkan nomornya, Kak elang segera mendorong motor gue ke arah bengkel. Ya ampun, ada ya manusia sebaik Kak Elang, kayaknya cuman satu deh kekurangan Kak Elang dimata gue. Kurang gue yang nemanin disampingnya. 

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Nov 14, 2017 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Secred AdmirerDonde viven las historias. Descúbrelo ahora