Part 8 - Yesterday Heart Beat

Start from the beginning
                                    

'Aku punya tanggung jawab pada pacarku Emma, kejadian P'Pha menyadarkanku, kita tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri dan menyia-nyiakan orang yang benar-benar tulus menyayangi kita...."

Perasaan Singto bercampur aduk menjadi satu, ia tidak tau lagi bagaimana perasaanya terhadap Krist dan Pha, rasanya ia ingin membenamkan seluruh dirinya di dalam air hingga kesadarannya melayang meninggalkannya perlahan-lahan.

----------------

Pha sudah tiga hari mengalami koma, dan selama tiga hari itu Krist tidak muncul di Pub. Sinto meraih ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Krist, namun nomor Krist tidak dapat dihubungi, seolah-olah Krist berusaha menghindarinya. Singto gusar bukan kepalang seraya menyambar kunci mobilnya dan menyetir ke tempat kerja Krist.

"Kau tau dimana Krist?" Singto bertanya pada seorang gadis yang dikenalkan oleh Krist sebagai pacarnya beberapa waktu lalu.

"Krist sedang berada di rumahnya, dia tidak enak badan..."

"Eh? Dia sakit?"

"Ya, aku dari sana tadi sore, dia masih lemas dan tidak bersemangat beberapa hari ini..."

"Sudah ke dokter?"

"Sudah kubujuk, tetapi dia bersikeras menolak. Dia bilang, dia tidak suka aroma rumah sakit...." ujar Emma menirukan ucapan Krist.

"Kau bisa memberiku alamat rumahnya?"

Emma memandangi Singto curiga. "Kau ada perlu ada dengannya?"

"Ada yang ingin kubicarakan dengannya..."

Emma melemparkan tatapan curiga pada Singto, "Kau kenal Krist? Aku tidak pernah melihatmu berbicara dengannya sebelum ini..."

"Krist pernah datang konsultasi di klinikku..." Singto memutar otaknya cepat memberikan alasan untuk meyakinkan gadis itu.

"Konsultasi? Kau yakin?"

Singto mengangguk meyakinkannya. "Ya, beberapa hari yang lalu, dan hasil diagnosa menyebutkan dia mengalami masalah pada saluran kencingnya..."

"Kau bilang apa? Kau tidak bercanda, kan? Apakah serius?" Emma mulai panik setelah mendengar jawaban Singto.

"Ya, tidak begitu bagus.." jawab Singto berbohong. "Aku ingin menjelaskan beberapa prosedur pengobatan alternatif padanya..."

"Bisakah kau memberitahuku keadaan Krist? Apakah dia akan baik-baik saja?" Emma menarik tangannya kuat.

"Sebagai dokter aku tidak boleh membocorkan data diagnosa pasien, aku harus bicara langsung dengannya..."

"Apa maksdumu? Jangan menakutiku!" desak Emma.

"Tenanglah N'Emma, penyakitnya tidak mengancam nyawanya..."

"Sungguh?" Emma meragukannya, Singto mengangguk ringan meyakinkannya.

"Oh, kau membuatku kaget..." Emma menarik nafas dalam dan melepaskan tangan Singto. "Syukurlah kalau begitu..."

"Tetapi, kenapa kau begitu peduli dengan kondisinya?" Emma bertanya curiga.

"Aku adalah fans kalian..." seru Singto. "Lagipula sebagai dokter aku tidak bisa mengabaikan kondisi pasienku, itu adalah prinsipku."

"Benarkah begitu?" Emma bertanya ragu-ragu. "Tetapi kau kan bisa menghubunginya dan memintanya mengunjungimu besok?"

"Sudah, tetapi tidak diangkat, dan seperti katamu dia benci aroma rumah sakit, kan?"

"Kau tidak menutupi sesuatu dariku, kan?" Emma kembali bertanya.

Bahasa Indonesia - Struggle Between Love and Lust (Complete)Where stories live. Discover now