Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta)

12.9K 1.2K 153
                                    

"Sorry, gue salah kamar."

Abyan langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari pintu kamar tersebut.

Bunyi sepatu pantofelnya yang beradu dengan lantai lorong hotel terdengar terburu-buru. Langkahnya sengaja lebar-lebar agar ia bisa cepat menghilang dari pandangan perempuan yang diam-diam masih menatapnya sambil tersenyum genit.

Abyan menekan tombol lift, menunggu pintu kotak besi itu terbuka untuknya.

Ting!

Pintu lift terbuka.

Abyan bergegas masuk. Lagi-lagi ia hanya seorang diri di dalam lift. Lama-lama ia jadi curiga dengan hotel ini, kenapa terlihat begitu sepi padahal tittle hotel ini adalah hotel bintang empat, tapi kenapa hotel ini seperti tak memiliki banyak tamu? Ah, mungkin karena sekarang bukan high season, batin Abyan.

Abyan menekan tombol angka 1, dan pintu lift pun tertutup rapat.

Ia menyandarkan tubuhnya di dinding lift dan menghembuskan napasnya kasar. Tangan kirinya masih sibuk menjinjing tasnya sementara tangan kanannya merogoh saku celananya berusaha menemukan ponselnya.

Ia menekan-nekan layar ponselnya sebelum akhirnya ia kembali menempelkan ponselnya di telinganya.

"What the f**k are you doing?!" umpatnya begitu sambungan telepon sudah diterima oleh si penerima telepon.

"What?"

"Just tell me the right address! Where should I go, Matt?" tanya Abyan tak sabar pada Matt yang menjadi sumbernya.

"I've told you. It's The Grand Dharma Hotel, room 422. Got it?"

"Such a liar. I've been there, and I got into the wrong room." Abyan mendengus kasar.

"Impossible. She wrote it in her email that she sent to me."

"Wait, is it she?" Abyan mengerutkan keningnya.

"Yeah, she."

"Why you said it is she?"

"Hahaha. Why are you so du*b lately, Abyan?" Matt tertawa. "it's because she's a woman. If it's a man, I'll say he for sure."

Ting!

Pintu lift terbuka lebar, Abyan melangkahkan kakinya keluar dari lift dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.

"What's her name?" kening Abyan berkerut. Ia memilih untuk duduk di atas sofa di lobby hotel.

"Um, wait. I'm gonna check it."

Abyan duduk bersandar sambil memijat kepalanya sebentar. Pertemuannya belum dimulai, tapi mengapa ia sudah merasakan pening di kepalanya.

"Oh, it's Citra Salsabila? Am I right? Ah, I don't know how to pronounce it."

"Innalillahi!" ucap Abyan sambil mengusap wajahnya dengan tangan kirinya.

Dari sekian banyak client di dunia, kenapa ia harus bertemu dengan wanita itu sekali lagi? Bayangan Zahra yang akan membiarkan dirinya tidur di luar kamar, langsung terlintas di benaknya.

"What?"

"I can't meet her. I'm sorry. Please, tell Tony that I can't make it."

"Wait? What?! You sure?"

"Big yes for sure."

"Nope, nope, Abyan. Unfortunately, you have to make it."

"I know, but I can't." jawab Abyan lirih.

As-Syauq (Rindu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang