Scoundrel 3

9.5K 670 89
                                    

Lengannya diremas dengan lembut oleh pria di sampingnya. Pria yang berdiri di depan altar bersamanya. Hingga Emma terperanjat karena dirinya ditarik kembali pada sebuah kenyataan yang tidak ingin dijalaninya.

Mata Emma mengerjap. Untuk pertama kalinya, Emma menoleh ke samping kanannya dan mendapati manik cokelat terang yang menatapnya.

"Giliranmu."

Emma bisa membaca gerak bibir Michael yang mengingatkannya. Ini gilirannya. Meskipun ia lebih memilih menikah dengan pria lainnya, Emma tidak bisa mundur. Jika opsi itu yang dipilihnya maka namanya akan tercemar. Kampung halaman ibunya menari-nari di benak Emma. Tetapi sekali lagi, ia tidak bisa mempermalukan keluarganya. Nama besar ayahnya.

Emma menarik napas panjang. "Ya, aku bersedia," ujarnya dengan lirih dan suara yang bergetar.

Gemuruh tepuk tangan di belakangnya tidak ia pedulikan. Tubuhnya menggigil. Dengan sadar, Emma telah mengikat dirinya ke dalam belenggu sang iblis yang sangat menyukai apa yang ada di balik rok wanita.

Dirinya bahkan tidak menyadari ketika Pastor telah mengizinkan mereka untuk berciuman hingga kedua telapak tangan besar memegang masing-masing bahunya agar mereka berdua berdiri berhadapan.

Tubuh Emma menegang. Ia akan merasakan ciuman seorang playboy untuk kedua kalinya. Bahkan ketika wajah Michael semakin mendekat, Emma masih belum bisa melepaskan rasa tegangnya. Mulanya Michael menempelkan bibirnya pada bibir Emma dalam kecupan sopan. Hanya beberapa detik hingga Michael mengubahnya menjadi kecupan dalam dan panjang.

Emma tergagap. Tubuhnya semakin menegang karena Michael terus menciumnya dengan intens. Sorakan dan tepuk tangan para tamu undangan seperti terdengar di kejauhan hingga akhirnya Emma menyerah dan ikut menggerakkan bibirnya dengan canggung.

***

"Selamat atas pernikahanmu," ucap seorang pria yang tersenyum tampan saat menghampiri Emma.

Senyuman itu menular padanya. Meskipun ungkapan selamat yang pria itu lontarkan terasa tidak berarti untuknya. "Terima kasih, My Lord," balasnya dengan enggan.

Pria ituㅡWestcliffeㅡtertawa ringan. Menghilangkan lekukan tegas rahangnya dan menampilkan kelembutan yang membuat wanita mana pun akan terpesona. Gabby sangat beruntung ketika Westcliffe langsung menjatuhkan pilihannya dan menjadikan Gabby sebagai istrinya. Pria yang Emma kagumi karena komitmennya untuk tidak lagi bermain wanita. Emma bisa melihat kepuasan di mata biru Westcliffe yang indah ketika akhirnya mengikat Gabby untuk menjadi miliknya. Dan sepupu jauhnya bisa tenang karena Westcliffe tidak akan pernah berpaling darinya.

"Apa yang kau tertawakan, My Lord?" sela Emma ketika Westcliffe tidak juga menghentikan kekehannya.

"Kau."

Alis Emma menyatu mendengar jawaban Westcliffe. Kekehannya telah berubah menjadi seringai jail yang membuat Emma semakin bertanya-tanya.

"Kau pernah memintaku untuk memanggilmu Emma. Tetapi kau masih memanggilku dengan formal."

Kali ini Emma tertawa kecil. "Oh, maafkan aku, MyㅡWestcliffe," Emma mengucapkannya dengan ragu.

"Max. Panggil aku Max. Kita sudah menjadi keluarga sekarang." Westcliffe kembali tersenyum dengan menawan.

"Max, kalau begitu." Bibirnya mengembangkan senyuman untuk membalas Max. Hingga sesuatu membuat senyumnya lenyap begitu saja.

Getaran halus pada lehernya membuat Emma sedikit bergidik dengan nikmat. Tanpa sadar Emma menggigit bibirnya. Ia merasakan seseorang sedang menatapnya dengan begitu intens. Jemari kaki Emma melengkung di dalam sepatu dansanya karena tatapan yang saat ini ditujukan padanya.

Beguiling a Scoundrel [FREEZE.2017]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang