Chapter 2 : Si Munafik

1.5K 121 23
                                    

Kejadian demi kejadian mengenaskan terus menghantui sepekan setelah Naruto bersekolah. Ya, meskipun dia mendapat perlindungan dari tiga pria tampan yang setia menemaninya kemanapun ia pergi, tapi beberapa kali fans Sasuke dan Sakura memasukkan bangkai binatang ke lokernya. Ingin hati mendatangi mereka satu persatu dan menjejalkan cabai merah ke mulut mereka agar manusia tidak waras itu bisa tobat dan menjadi insan yang lebih baik. Tapi perkataan Kushina sukses membungkan mulut Naruto yang sempat berceoteh panjang lebar.

"Kaa-san tidak suka kau terlibat pertengkaran, Naru. Meskipun kau ingin jadi sosok 'Hero' di dunia ini. Jadilah pahlawan yang tenang, oke?"

Naruto mengiyakan, tapi dalam benaknya, rasa ingin balas dendam tetaplah ada. Sedangkan di sisi lain, Kyuubi bukannya diam melihat kondisi adik kesayangannya itu. Diam-diam dia meminta bantuan temannya mencari data-data pembully Naruto dan merencanakan sesuatu untuk mereka. Enak saja menganggu adiknya, hanya dia yang boleh membuat Naruto menangis.

"Kau itu bodoh atau bagaimana, di bully diam saja. Setidaknya gunakan cara licik untuk ular-ular itu." Kyuubi menasehati sekaligus mengejek betapa bodoh Naruto. Hei, dia kan bukan sosok yang pandai menghibur apalagi memberi kata-kata manis. Yang ada, Naruto akan mengganggapnya gila.

"Baka, kau kira aku mau diperlakukan begini? Kalau bukan demi Kaa-san, sudah ku hancurkan mereka." Naruto menyahuti agak lesu. Sejujurnya, dia punya bakat lain di bidang bela diri. Sejak kecil dilatih menjadi gadis kuat yang tidak boleh mudah menangis. Ini didikan neneknya, karena Naruto tahu, keluarga besar Uzumaki sangat mempedulikan image mereka di depan publik. Naruto pernah berlatih dari pagi hingga malam dan opname besoknya karena kelelahan. Tapi Tsunade bukannya tega, ia ingin suatu saat nanti, Naruto bisa menggantikan posisinya dan menjadi wanita yang tahan banting.

"Ya ya ya, berlindunglah terus di bawah teman-teman tampanmu." Kyuubi terkekeh sinis.

"Aniki! Berisik! Keluar dari kamarku sekarang!" Naruto melemparkan bantal ke arah Kyuubi yang ditanggapi santai oleh lelaki itu. Ia keluar dari kamar Naruto setelah mengacungkan jari tengahnya. Naruto menghela nafas. Memiliki kakak seperti Kyuubi tidak pernah ada dalam bayangannya. Sifatnya kelewat kasar dan egois. Kalau tidak dituruti keinginannya, rumah bisa hancur. Naruto lebih suka mengalah ketimbang terjadi pertengkaran tak berarti dengan kakaknya.

KRING!!!

From : Inu_Kiba

To : Naru

Naru-chan! Besok mau berangkat bersama tidak?

Naruto hampir menjawab tidak. Tapi ayolah, wajah Kiba sangat manis, dia tidak mau melihat cengiran Kiba hilang saat ia menolaknya dengan tegas. Naruto mau saja berangkat ke sekolah bersama Kiba, namun mengingat betapa kurang kerjaan gadis yang mendeklarasikan diri mereka sebagai fans Kiba yang pernah menyenggolnya hingga jatuh di lapangan membuat Naruto malas. Malas berurusan dengan si gadis ya, bukan dengan Kiba.

'Ya sudahlah kalau disenggol lagi aku bisa menendang dadanya.' Batin Naruto cuek. Ingat ya, Naruto meskipun seorang gadis yang terlihat rapuh dan manis, dia bisa berubah drastis layaknya monster.

From : Naruto

To : Kiba

Boleh.

Jadi orang terkenal itu memang susah ya, Naruto tertawa dalam hati. Dia sepertinya memang sukar disukai dan mudah dibenci. Dulu saja saat SMP, Naruto sering mendapat surat ancaman karena dinilai sok keren. Padahal dia tidak melakukan apa-apa dan melaksanakan tugas sebagai murid dengan baik. Aneh kan? Lalu sekarang ini aduh lucu sekali, Naruto tertawa makin kencang. Tapi omong-omong, dia agak penasaran tentang Sakura. Atau siapapun itu.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Dec 30, 2017 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Bitter SugarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora