[XXI Bagian 1] Hari Bahagia

Comenzar desde el principio
                                    

Tanpa sepengetahuan calon mempelai wanita, nampaknya keluarga Rayhan datang lebih awal dari perkiraan. Beberapa mobil sudah terparkir di area Balai Komando. Rayhan yang tampak gagah dalam balutan beskap putih itu disambut hangat oleh orangtua Asya. Gibran dan Kila menyalami Radit dan Wina. Kila menepuk pundak Rayhan sekilas dan mengalungkan rangkaian bunga melati kepada calon suami yang dipilih putrinya itu.

Kemudian, acara inti pun dimulai. Rayhan menarik napas dalam-dalam ketika Gibran menelisik tajam kearahnya. Tangan pria paruh baya itu terulur untuk menjabat tangan lelaki di hadapannya yang akan menyanding putrinya. Dentuman jantung Rayhan sudah tidak karuan, berkali-kali dia merapalkan doa dalam hati agar kalimat sakral sekali seumur hidupnya akan lancar untuk diucapkan.

Gibran menggenggam erat telapak tangan Rayhan yang dingin

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Gibran menggenggam erat telapak tangan Rayhan yang dingin. "Bismillahirrahmanirrahim... Saudara Muhammad Rayhan Radika bin Radit Setyasa,"

"Ya, saya!" jawab Rayhan.

"Saya nikahkan dan kawinkan Ananda dengan anak kandung saya, Asya Shakila Gibran binti Gibran Alfatih dengan maharnya perhiasan emas seberat dua puluh gram, dibayar tunai." Gibran pun menggerakkan tangannya, meminta Rayhan untuk menyahutinya.

Dengan tanggap Rayhan pun menyahutinya tegas, "Saya terima nikah dan kawinnya Asya Shakila Gibran binti Gibran Alfatih, anak kandung Bapak, dengan mahar tersebut dibayar tunai!"

Satu kali tarikan napas dan lancar mengucapkan janji suci tersebut membuat Rayhan lega.

"Sah?"

Saksi-saksi yang berada di aula Balai Komando pun mengangguk dan mengiyakan. "Sah!" jawab para saksi bersamaan.

"Alhamdulillah..." desahan lega terdengar saat itu juga. Senyum para keluarga terdekat pengantin pun mengembang.

Gibran menepuk pundak Rayhan, "Jaga anak Papa, Han," pesannya kepada sang menantu.

Rayhan menyanggupinya, "Siap, Pa!"

Arza menghampiri kembarannya yang ada di ruang rias dan melempar senyum ke arah Asya. "Subhanallah... Cantiknya adik aku. Ayo, Sya. Aku antar kamu ke Bang Rayhan," ucapnya sambil melonggarkan lengannya untuk diapit sang kembaran.

Asya terkagum melihat pembawaan Arza yang berubah menjadi melankolis saat ini. Mata Arza pun tampak berkaca-kaca. "Bang Aja ganteng, jangan nangis ah. Asya nanti kebawa ikut nangis, ntar jelek," candanya. Kemudian, Asya mengapit lengan Arza dan melangkah ke aula Balai Komando.

Rayhan menoleh ke arah pengantinnya. Takjub akan kecantikan Asya yang terpancar saat itu. Arza menyerahkan tangan Asya untuk terulur kepada Rayhan, tanda bahwa pihak keluarga telah menyerahkan gadis permatanya untuk menjadi tanggungjawab Rayhan. Sontak saja Rayhan menyambut uluran tangan Asya dan membiarkan wanitanya mengecup hangat punggung tangannya. Sebagai balasan, dia mendaratkan kecupan kecil di dahi Asya, yang sudah menjadi halal untuknya.

Would You Still Love Me The Same?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora