bagian tiga, sial

25 3 0
                                    

     Velyn segera turun dari taxi yang mengantarnya, karna jam telah menunjukan 7:24, yang berarti dia terlambat sembilan menit.

    Dia berlari menuju gerbang sekolahnya.  diluar telah sepi, dan gerbang telah tertutup rapat.

"Haduh...sial, karena mama aku telat" ujarnya menyalahkan mamanya karna menggodanya disaat waktu mepet tadi.

   Ia berjalan menghampiri pos satpam sekolah yang berada tepat dibalik gerbang besi, yang telah tertutup rapat.

"Pak dirman......" ucapnya manja
"tolong bukain gerbangnya pak..." sebisa mungkin velyn mengimut imutkan wajahnya.

Pak dirman mengernyitkan alisnya"Lo, neng velyn kenapa masuk sekolah?!"

Ia mengernyitkan dahinya, velyn keheranan dengan pertanyaan pak dirman, satpam sekolahnya.

"Lah emang velyn gak boleh sekolah pak?!" Tanya velyn penuh keheranan, tapi pak dirman malah cekikikan. Membuat velyn menambah kerutan didahinya.

"Neng velyn bukan itu maksut pak dirman.."

"Terus??!!" Velyn sudah tidak kuat dengan rasa penasaraannya, masak iya cuma alpa satu kali sudah di d.o.

"Hari ini libur neng...."jawab pak dirman datar.

"O..."

Deg!

 Velyn membeku didepan gerbang besi itu. Fikiranya kalut, kesal. Ia tersenyum kecut.

"Sial" umpatnya.

Kenapa tidak ada yang memberitahunya.

Ia menatap pak dirman dengan wajah kesalnya "pak kalau gitu....saya mau tetep masuk saja, mau mencari buku yang kemaren hilang"

Pak dirman mengangguk, dengan raut menahan tawa. lalu dia membuka gerbang besi dengan kunci yang tergantung di pinggangnya lalu mempersilakan velyn masuk.

Dengan langkah lebar lebar ia memasuki gedung tersebut.

Satu tahun keluyuran didaerah gedung ini, menjadikannya orang yang paling sulit dicari saat bolos pelajaran.

Velyn bukanlah anak yang diam, dan menjalankan segala peraturan  disekolahnya, terkadang ia bolos karna mencoba cari kerja atau malas mengikuti pelajaran.

Dan dia juga tidak memiliki mapel khusus untuk disikai atau tidak disukai, karna dia punya IQ rata rata, yang membuatnya mudah bosan di semua mata pelajaran.

Velyn pov

Mataku menyapu seluruh apapun yang tampak di mataku yang masih normal ini. Sepi, berangin hanya itu.

Dahan pohon bergoyang goyang mengikuti kemana angin pergi. Daun daun beterbangan.

"Anginnya kencang" gumanku.

Aku merapatkan jasku, berharap ada sedikit kehangatan. Aku terus berjalan melewati koridor yang sepi. Aku melirik jam tangan kesayanganku, sudah hampir jam delapan.

Awan hitam mulai berbaris baris merapat, menutupi warna mutlak langit. biru muda yang tadi pagi sempat kulihat, sekarang telah tertutupi si kapas hitam yang berukuran raksasa. Siang ini menjadi agak gelap karna mendung.

Tempat loker murit ada di lantai dua, dan milikku paling pojok, di sisi tembok kanan. Jadi ngeri mau kesana, pasti gelap walau siang hari, batinku berpendapat. Ya... aku gadis yang penakut, sangat penakut. Dan lebih lagi takut pada hal yang halus halus.
Ku kubur dalam dalam niat mau mencari bukuku yang entah dimana.

Aku berlari menuju halaman sekolah, tempat yang biasa diadakan upacara. Sang saka merah putih berkibar kibar karna sekarang angin lumayan kencang.
Sebentar lagi hujan, bagaimana kalo benderanya basah dan ada bintik bintik jamur, gak etis. Aku tersenyum, membanggakan diriku sendiri atas pemikiranku, yang mengagumkan?

"Aku turunkan saja, trus di simpan biar gak basah. Kamu siswi yang sangat sangat sa.....ngat baik velyn" sembari kucentikkan jariku, menyetujui pemikiranku sendiri.

Sempat kesulitan dengan tali yang terus berputar putar, umpatan demi umpatan terus meluncur dari mulutku,  dan sampai akhirnya bendera merah putih itu sudah ada ditanganku, aku tersenyum senang, lalu kedua tangan ku mulai melipat lipat benderanya, dan kupeluk dengan kedua tanganku.

Aku berniat memberikannya pada pak dirman.

DUKK

"Sial" Umpatku lirih untuk siapapun yang melakukannya, sengaja ataupun tidak.

"Bola?, perasaan gak ada orang lain deh...masa pak dirman main sepak bola? Kok jadi horor gini sih..!!" Aku menegang ditempat.

Khayalan horor mulai menyerang kepalaku.

 Hal berbau negatif mulai tercium olehku. Aku berkeringat dingin . Kupeluk erat erat bendera yang baru saja aku selamatkan dari kebasahan.

"Siapa disana!!" Kupejamkan mata.
Berharap bukan mahluk aneh yang, terbang menghampiriku dan siap membawaku pergi.

Prajurit mendung mulai berjatuhan. Kenapa siang ini lebih menakutkan dibanding dengan pipis di tengah malam?

.............

Hallo...
Cameback again
Semoga terhibur.. jangan lupa vote dan komennya ya....biar autor semangat😍😙😙😘😘😚

Stay With Me My LoveWhere stories live. Discover now