Hold My Hand

3.1K 369 24
                                    

Detik telah berlalu cukup lama, tetapi dua anak manusia itu rupanya masih betah berada dalam jarak sedekat itu.

Pemuda dengan perawakan yang lebih besar itu baru menyadari bahwa yang ada tepat didepan bibirnya kini, berupa kening kepunyaan dokter muda itu.

Forth tidak berani untuk menatap mata Beam. Mata kelam yang mampu menjeratnya sehingga ia lupa daratan.  Forth tak ingin lepas kendali pun, memaksa raganya untuk menjauh setelah membetulkan posisi tumpukan map diatas lemari itu.

Pemuda rupawan itu berbalik sembari mengenakan kembali PDL biru dongkernya. Ia memikirkan beberapa kata yang berguna untuk melepas kesunyian dalam canggung.

"Dokter Beam... "

Ia memberanikan diri terlebih dulu. Ditatapnya dokter muda yang belum beranjak dari tempatnya. Sekaget itukah kejadian tadi bagi Beam, sehingga ia mengabaikan panggilan Forth.

"Dokter Beam..."

"Eh... Iya... Ada apa, Nong?"

Panggilan kedua kalinya pun mendapat sebuah respon. Dokter muda itu bergeming dari tempatnya, menghampiri Forth.

"Kau bilang... Ada yang ingin Dokter Beam tawarkan padaku tadi... Apa itu?"

Mendengar pertanyaan itu, Beam kontan saja mengigit bibir bawahnya. Akibat kejadian barusan, semua kata ajakan yang tersusun dalam ingatannya buyar.

Forth yang melihat hal tersebut menjadi semakin tidak enak pada Beam.

Apa pertanyaan yang ia ucapkan salah atau bagaimana... Pemuda itu tak tahu. Ia hanya bisa bersabar untuk memastikan Beam siap berbicara.

Tak berapa lama, tangan putih Beam merogoh sesuatu dalam sakunya. Terdapat semacam tiket, ketika Beam menjulurkan tangannya ke arah Forth.

Forth agak ragu dan semakin bingung saat membaca isi tiket yang diberikan Beam.

"Tiket... Pertunjukan sirkus dari Rusia... Apa maksudnya, Dokter Beam? "

Beam menarik nafasnya guna mempersiapkan kata-kata berisikan ajakan untuk Forth. Kata-kata yang ia rancang kembali.

"Acaranya hari minggu nanti. Aku mengajakmu untuk menemaniku ke acara tersebut... Kau... Mau... Ikut, kan?"

Tepatkah kalimat ajakanku itu... Oh Tuhan...

"Hmmm... Tentu saja. Jam berapa acaranya?"

"Sekitar jam 1 siang..."

"Baiklah kalau begitu. Sampai bertemu hari minggu, Dokter Beam. Oh iya... Terimakasih untuk ini... "

Forth menunjuk plester luka di kepalanya. Beam hanya membalasnya dengan sebuah senyuman.

Selama perjalanan pulang ke rumah. Beberapa orang menatap aneh ke arah Forth. Niat awalnya ingin mengabaikan hal tersebut justru berubah, terlebih lagi saat seorang bocah menunjuk wajah rupawanya.

Dan... Ternyata hal itu terjawab sudah, ketika onyx nya menatap pantulan diri di sebuah cermin. Motif yang ada yg ada plester lukanya adalah jawaban atas pandangan orang sepanjang jalan tadi.

Bukannya marah karena sudah dipermalukan secara tidak langsung oleh Beam. Pemuda itu hanya tertawa, mengingat betapa bodohnya dia.

Dokter Beam...

Hatinya berdesir hangat, ketika mengingat nama itu. Seorang dokter muda yang muncul begitu saja dalam hidupnya, serta sebuah rahasia besar yang hanya ia dan dokter itu ketahui.

God Give Me You | Forth & Beam's StoryWhere stories live. Discover now