bagian satu, mimpi buruk

44 5 1
                                    

Pukul  23:47  senin malam . Aku merasakan kebehagian yang sangat aku rindukan.

Seluruh raga dan jiwaku berlari kegirangan, menghampiri sebab darinya.

Senyuman dibibir terus kukembangkan mengikuti langkah lariku, senyum yang selama ini sangat jarang kutampilkan.

Pelan pelan kuturuni anak tangga satu persatu. Kamarku berada dilantai dua, tempat yang selalu membuatku nyaman, bahkan aku mampu bertahan dikamarku beberapa hari tanpa keluar sama sekali. Ya, aku penyendiri.

Malam ini benar benar kunanti. Terbayang kebahagiaan yang selama ini kuharap, mungkin akan datang saat ini, ya! Malam ini , hingga nanti, dan kuharap selamanya.

Setelah anak tangga terakhir, aku berbelok kekanan dimana dapur berada.

Aku berhenti setelah mata ini menatap penggung seseorang yang sangat kukenal, kurindukan, dan alasan bagaimana sikapku selama ini. Nafasku memburu, mencoba menstabilkan detak kegembiraan.

Kakiku bergantian menuntun tubuhku memperdekat jarak dengan seseorang yang ada didepanku. Dia tidak berbalik walau jelas dia mendengar langkah kakiku yang tergesa gesa tadi.

Tapi tidak ada keraguan yang terbesit diotakku, hanya ada bayangan kebahagiaan yang sangat aku inginkan.

Hanya berjarak lima meter, Aku terhenti, dan tersenyum lagi dengan hanya menatap punggungnya, sangat ingin aku memeluknya melepas rindu.

Perlahan kuperhatikan dia berbalik, menatapku dengan wajah datarnya. Tak terlihat kebahagiaan dimata sayunya.

Tatapannya mengintimidasi, tangan kanannya menggenggam sesuatu. Tiga puluh detik berlalu, aku hanya menunjukkan senyum sebisaku, dan dia terus menatapku tajam, seolah aku adalah musuhnya. Sedetik kemudian,
Suatu benda meluncur lurus dengan cepat mengarah padaku.

    DEG!

Aku tersentak dalam diam, dan merasa benda tajam itu menancap hingga tembus menghancurkan hatiku, terasa sangat sakit, sangat...sakit. aku menunduk. Sebutir Air bening jatuh yang berasal dari mataku yang kupejamkan, bersamaan dengan tetesan merah pekat meluncur bebas dari lengan kiriku, jari, ujung jari hingga sukses menciptakan danau kecil di lantai dapur dengan warna merah pekatnya.

Mimpi bahagiaku seakan telah jatuh bersamaan dengan darah yang terus keluar membentuk sungai kecil dibalik kain yang menutupi seluruh lengan kiriku.

Setetes demi setetes, menghapus semua mimpi, harapan, dan kenangan indah yang ada. 

"DING... DONG... DING... DONG..."

 Jam antik yang terus berseru, mengumumkan bahwa kedua jarum jam telah bertemu dan sama sama menunjuk angka duabelas.

Aku tidak bisa menangis terisak, hanya menyesakan yang ada. Aku belum percaya...

"Aku tidak percaya.." ucapku di sela sela suara keras yangdi kluarkan jam antik.

"Kuharap ini hanya mimpi, mimpi buruk yang biasa kualami" bisikku dalam hati.


Hay... aku baru disini tolong didukung ya....😊😊

Stay With Me My LoveWhere stories live. Discover now