*

Mondy tersenyum senang setelah mendapat kabar dari Daniel bahwa semua rencana mereka berhasil. Restu sudah mengalah dan berjanji tidak akan mengganggu kebahagiaan Raya Mondy maupun keluarganya.

"Kamu kok senyum-senyum sendiri ?" ucap Raya yang kini berada di ambang pintu kamar Mondy yang tidak tertutup. Saat Raya akan kembali ke kamarnya yang kebetulan berada di sebelah kamar Mondy, ia tak sengaja melihat Mondy tengah tersenyum sendiri di kamar.

"Eh sayang, udah lama disitu ? Sini deh masuk." ucap Mondy dan membawa Raya untuk duduk di atas ranjang tidurnya.
Kemudian Mondy merebahkan kepalanya di atas paha Raya yang tengah membelai mesra rambut Mondy.

"Yang..."

"Hmm." jawab Raya masih terus membelai rambut Mondy.

"Gini kali ya rasanya kalau udah nikah, bisa berduaan terus sama kamu." ucap mondy.

Raya tertawa kecil mendengar perkataan Mondy.

"Kok kamu ketawa sih ? Ada yang lucu ?" ucap Mondy bingung.

Raya menggelengkan kepalanya.
"Ya aneh aja, kamu kok tiba-tiba ngomongin nikah sih. Kesambet ya ?" Mondy semakin kesal mendengar jawaban dari Raya. Ia menarik kepalanya dari pangkuan Raya dan menatap Raya serius.

"Aku serius Ray. Kamu mau gak nikah sama aku ?" tanya Mondy to the point.

"Gimana ya ?" Raya meletakkan jari telunjuknya di dagu dan berpikir.
"Kayaknya enggak deh." ucap Raya lagi.

Mata Mondy membola mendengar jawaban Raya. Padahal ia serius bertanya.

"Kenapa ?" tanya Mondy.

"Ya abisnya kamu gitu, orang itu kalau ngajakin nikah biasanya romantis. Kayak gini nih, misalnya cowoknya ngajakin ceweknya makan malam, terus pas ceweknya minum eh keselek cincin. Nah itu baru romantis gak kayak kamu." ucap Raya.

"Cih... yang ada kalau ceweknya keselek cincin terus ceweknya meninggal. Gak jadi nikah dong." ucap Mondy membuat sebuah bantal mendarat di kepalanya.

"Gak segitunya juga kali." ucap Raya.

Diam-diam Mondy mengambil sebuah bantal lain dan mendaratkannya ke kepala Raya.

"Awwhh... Mondy......" Raya yang kesal pun kembali memukul Mondy dengan bantal. Dan terjadilah aksi saling pukul diantara Raya dan Mondy.
Mereka berlari-lari kecil untuk menghindari pukulan dari masing-masing lawan. Mereka pun sampai meloncat-loncat di atas ranjang dan membuat tempat tidur Mondy berantakan.

Sampai akhirnya Raya tak sengaja menginjak tepian kasur dan membuat keseimbangannya hilang. Dengan refleks Mondy menarik tangan Raya hingga membuat mereka berdua terjatuh di atas tempat tidur. Pendaratan yang sempurna.
Raya menatap Mondy yang berada tepat di bawah tubuhnya. Untuk sesaat tidak ada yang bergerak, mereka seakan hanyut dalam posisi yang cukup intim tersebut.

Sebelah tangan Mondy tergerak menyingkirkan helaian-helaian rambut yang menutupi wajah Raya.
Perlahan Mondy mendekatkan wajahnya ke wajah Raya dan sesaat kemudian Raya telah memejamkan matanya.
Saat bibir keduanya hampir menyatu, tiba-tiba.....

"Ekhemm....." Sontak Raya dan Mondy menoleh ke ambang pintu kamar yang tidak tertutup dan menemukan kedua orang tua Mondy yang tengah menatap mereka tajam.

Dengan cepat Raya bangun dari posisinya begitu pun Mondy.
Mereka berdua menundukkan kepala seperti maling yang tertangkap basah karena mencuri.

"Papa... Mama kita gak ngapa-ngapain kok." ucap Mondy salah tingkah.

Kisah AkuWhere stories live. Discover now