Epilog

153 37 6
                                    

"Sorry, gue telat!"

Lelaki dengan jaket hijau tua berdiri di ambang pintu rumah Digo. Dia Ariel. Sedetik kemudian, Ariel langsung melangkahkan kakinya masuk ke rumah Digo.

"Parah banget lo, Riel." ujar Digo.

"Maaf. Mau gimana lagi? Pak Binto ngoceh mulu woi! Masa iya dia masih aja ngomong, gue pergi dari kelas? Bisa ngulang taun depan gue."

Fahlita dan Agil tertawa mendengar celotehan Ariel. Sedangkan Rana? Ia terlihat kesal dengan Ariel.

"Lo kenapa njir? Kesel sama Ariel?"

Rana mengangguk menjawab pertanyaan Fahlita. "Au ah, gelap. Ga denger. Gue mau nonton aja. "

Rana kemudian menyalakan tv dengan remote control yang Ia ambil dari tangan Digo. Mata mereka semua tertuju pada layar tv.

Rana mengganti saluran tv dengan acak, sehingga ia terhenti diacara berita harian yang sedang menampilkan berita tentang Hutan Rikey. Dimana hutan tersebut sudah dibuka kembali untuk umum dan menjadi lebih asri setelah 4 tahun yang lalu. Memang, pohonnya masih berukuran sedang, bahkan masih ada yang tingginya hanya sekitaran 40 cm, tapi itu tidak berpengaruh dengan kesejukan Hutan Rikey.

"WAAAA HUTAN RIKEY!" Fahlita langsung memekik kencang ketika ia melihat berita tersebut.

"Fahlita, gak usah alay."
"Ta, berisik banget sih."
"Gak usah teriak, Fahlita."

3 umpatan Fahlita dapatkan dari sahabatnya. Sedangkan Digo? Ia hanya tersenyum kecil kearah Fahlita dan menggelengkan kepalanya.

Fahlita tidak peduli dengan mereka, karena sekarang Ia sangat senang. Bagaimana tidak? Ajakan mereka pada masyarakat disekitar untuk membenahi Hutan Rikey membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Lihat. Sekarang Hutan Rikey sudah kembali menjadi tempat yang paling ingin dikunjungi saat akhir pekan tiba.

***

"Yang baju item cakep banget njir!"

Berbeda hal nya dengan Digo dan kawan-kawan.Trio Macan—Keyra, Kenza, Keyza— ini malah duduk santai di bawah pohon besar yang ada di pusat Hutan Rikey.

"Lo yang itu?" Kenza menunjuk pria yang Keyza maksud. Keyza pun mengangguk. "Gue sampingnya aja deh." Kemudian Kenza menunjuk pria yang duduk di samping pria pilihan Keyza.

"Ken,"

Kenza menoleh ke Keyza. "Ada untungnya juga Ayang Digo kesini, ya? Hutan Rikey jadi rame lagi."

"Iya, Key." Kenza tersenyum senang. "Kita jadi puas liat cogan lagi, kan?"

"Nah, itu yang paling penting. Omong-omong, Keyra mana ya?" Keyza mencari-cari keberadaan Keyra yang daritadi tak ikut duduk di samping mereka.

"Itu dia." Kenza menunjuk ke arah Keyra yang sedang menjelma menjadi penjual cireng dengan wajah yang sangat cantik.

"Idih, kakak lo alay banget, ken." Keyra memutar matanya bosan kearah Keyra.

"Kakak lu juga, endeh."
"Yaudah, iya."

Karena merasa bosan, akhirnya Keyza dan Kenza pun langsung beranjak pulang menuju Danau Yunji. Membiarkan Keyra berlagak sok cantik untuk menarik perhatian para cogan di hutan.

***

Setelah mereka berlima--Agil, Ariel, Digo,  Fahlita dan Rana-- sudah selesai dengan acara makan malam yang mereka rencanakan dari jauh hari, akhirnya mereka semua kembali kerumah masing-masing.

Fahlita akan pulang bersama Digo, saat diperjalanan pulang, hanya keheningan yang tercipat dikeduanya.

"Gini, apa yang lo perjuangin, akan berbuah hasil." Fahlita langsung berbicara dengan pandangan yang tetap lurus ke depan.

"Maksudnya?" Digo menyerngit pertanda dia tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Fahlita.

"Selama ini, gue juga suka sama lo." Fahlita menolehkan kepalanya kearah Agil, lalu tersenyum tulus.

"A..apa?"

"Gue selama ini merhatiin lo, Digo. Tapi gue cuma perlu bukti, bukan cuma janji." Fahlita berkata dengan nada yang pelan tetapi tetap terdengar oleh Digo.

"Tapi..."
"Kenapa?"

"Untuk saat ini, gue yang gabisa jadiin lo pacar."

"Iya, gapapa." Fahlita tersenyum maklum kearah Digo, terlihat raut kecewa di wajahnya.

"Gue mau kita nikah."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 01, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RepetidoWhere stories live. Discover now