Part 3 - Begins

124 34 2
                                    

Pagi yang cerah mengawali liburan Agil dan kawan-kawannya. Masih dengan pakaian tidur, mereka sudah duduk manis di kursi makan untuk sarapan bersama.

"Gil, kapan mau ke sana?" tanya Fahlita sambil mengoles selai ke roti tawarnya.

"Hah?" dahi Agil mengkerut. "Ke sana apaan?"

"Lo masa lupa sih?" Fahlita mendengus, "Kan kuta mau ke Hutan Rikey."

"Oh, kita diskusiin nanti siang aja deh."

Fahlita menggeleng. "Gue udah gak sabar anjir! Sekarang aja kenapa?"

"Sabar, Ta. Lagian Rana juga belum selesai makan." kata Ariel lalu meminun susu cokelat kesukaannya. Sebagai respon, Rana hanya melirik Ariel sekilas.

Fahlita kembali mendengus. "Rana, cepetan lah." Sepertinya, Fahlita membutuhkan refreshing hati. Hatinya yang rapuh karena Willy, harus Ia satukan kembali.

"Lo kenapa sih, Ta? Bisa sabar kan?" Agil meninggikan suaranya. Teh Ghina serta Kang Farid yang sedang lewat di ruang makan pun menoleh ke arah keributan yang tercipta saat itu.

"Aya naon ini, teh?" Kang Farid langsung duduk di bangku kosong samping Agil. "Pagi-pagi udah ribut aja." sambungnya. 

"Fahlita mau ke Hutan Rikey, kang," jawab Digo santai.

Ekspresi Kang Farid seketika berubah menjadi kaget saat mendengar jawaban Digo. "Hutan Rikey?"

"Kenapa, kang?" Rana yang sudah selesai sarapan kini menatap Kang Farid dengan sorot mata penasaran.

"ini gimana atuh, neng?" kata Kang Farid sambil menoleh ke arah Ghina yang berada tepat di sebelahnya.

"Kasih tau aja atuh, kang." jawab Ghina dengan nada khawatir.

"Ada apa sih, sama Hutan Rikey?"

"Um, anu..." Ghina sedikit takut kalau-kalau Ia salah menjelaskan kepada mereka.

"Anu?" Rana memasang wajah herannya. "Anu apaan, bi? Ambigu, hehe." Lanjut Rana lalu terkekeh.

"Sempet aja lo ngelawak garing disituasi kaya gini," Ariel menoyor pelan kepala Rana.

"Jadi gini den," wajah Kang Farid terlihat lebih serius dari sebelumnya. "Hutan Rikey sudah sepi pengunjung akibat ulah liar penjahat alam. Mereka menyalahi aturan negara,"

"Maksudnya, kang?" protes Fahlita dengan nada yang sangat penasaran.

"Mereka membuat tempat yang dulunya sangat banyak digemari, menjadi tempat yang sangat dihindari." Ghina menyambung cerita suaminya.

"Ada penebangan liar di sana?" tanya Agil.

"Iya, den. Kalian teh tetap mau ke sana?" tanya Kang Farid.

"Yaudah. Ayo kita ke sana! Kita perbaikin Hutan Rikey. Kalau bukan kita, siapa lagi? Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali." ujar Fahlita benar-benar bersemangat.

***

"Gue pengeeeen banget lihat Danau Yunji." ujar Fahlita excited.

"Kalau udah sampai, kita harus selfie!" Fahlita tersenyum senang.

"Ran, lu bawa kamera kan buat kita foto-foto di sana?" Fahlita bertanya kepada Rana. Merasa dirinya tak direspon, Fahlita pun berbalik untuk melihat Rana tertidur.

"Anjir! Gue daritadi ngomong sama orang yang udah tidur?"

"Huh, dari kemarin lo doang yang paling heboh," kata Ariel sebal.

"Ini namanya antusias, bukan heboh!" Fahlita membela diri dan menatap Ariel tajam.

"Lo berdua diem kek! Gue mau tidur." ucap Digo.

RepetidoWhere stories live. Discover now