"Anindi..." balas Raditya.

"Sedang apa di sini?" Raditya kembali bertanya dengan menunjukkan rasa tidak percayanya akan bertemu kembali dengan salah satu wanita pujaannya di antara kesekian wanita lainnya.

"Ingin bertemu denganmu, khan pekerjaan tiga minggu lalu belum tuntas donk mas, dan hari ini aku minta di tuntaskan." goda Anindi sambil membelai genit Raditya.

Spontan jantung Raditya berdegup kencang dan ada rasa kedutan dibagian selangkangannya.

"Sial, mengapa harus disaat seperti ini!" Raditya mengumpat dalam hati untuk menahan rasa gairah yang tiba-tiba muncul hanya karena sentuhan kecil dari janda syeksi Anindi.

"Semoga saja aku bisa menahananya hingga rapat selesai, dan melepaskan semua rasa ini nanti malam." gumannya kembali sambil menghindar dari Anindi dan bergegas mengambil posisi duduk di kursi yang berada paling ujung dan membuka laptopnya.

"Duh, Mas Raditya...kok buru-buru amat sih, kita khan belum selesai melepas rindu lho, ngobrolnya aja belum ada lho sepuluh menit." ujar Anindi dengan tingkah genitnya yang kini menudukan pantat syeksinya di samping Raditya.

Dengan gerakan menggoda ia menaikan satu kakinya agar Raditya dapat melihat dengan jelas betapa mulus dan jenjangnya kakinya.

Benar saja, kini tatapan Raditya beralih pada kakinya, kemudian perlahan naik hingga ke paha mulus Anindi. Raditya hanya bisa menelan ludah. Berkali-kali Raditya berusaha mengalihkan pandangannya paha bahkan dari dada besar milik Anindi, namun matanya tetap saja selalu melirik ke arah bagian terlarang tersebut.

Selama kegiatan rapat berlangsung, pandangan mata Raditya terkadang tidak bisa lepas dari Anindi. Terkadang dirinya melirik memperhatikan Anindi dengan lihainya memainkan jari lentiknya di atas leptop dan juga memperhatikan dirinya saat melontarkan beberapa pertanyaan yang kristis kepada beberapa kolega rapat lainnya.

Hal ini yang membuat Raditya kembali terpukau dan kagum dengan Anindi. Walaupun sebagai seorang janda Anindi mampu bersaing dalam dunia bisnis kontruksi. Bukan hanya wajah dan tubuh yang indah, tetap kemampuannya pun luar biasa.

"Oke..apakah ada pertanyaan untuk proyek Apartemen kota Wisata?" tanya Raditya sebelum mengakhiri kegiatan rapat yang baginya sangat menjenuhkan.

"Emm, Maaf Mas Raditya...ups sorry keceplosan maksud saya Pak Raditya, untuk dana pembongkaran lahan apakah sudah sesuai dengan yang saya ajukan?" Anindi kembali bertanya dengan sedikit memajukan tubuhnya ke meja.

"Baik Bu Anindi, untuk dana sepuluh M yang sudah ibu ajukan terkait pembongkaran lahan, saya rasa sudah cukup, dan apakah masih ada lagi pertanyaan dari Ibu Sarah?" tanya Raditya.

"Duh Mas Raditya, jangan panggil ibu donkjadi beresa tua nih." jawab Anindi sembari tersenyum dan menggeserkan kursinya ke Raditya.

Setiap kolega yang hadir dalam kegiatan rapat tersebut hanya tersenyum simpul melihat tingkah Anindi yang sedari awal kegiatan rapat dimulai terus berusaha untuk menggoda Raditya, namun gagal karena Raditya berusaha untuk tidak meladeni tingkah genit si janda syeksi.

Raditya hanya terdiam melihat tingkah Anindi sambil pandangan matanya tidak luput untuk melihat dada Anindi yang besar terhimpit sisi meja. Lekas ia tersadar dan mengusap wajah agar tidak tergoda oleh tingkah Anindi. Walapun sesungguhnya sedari awal dirinya telah menahan rasa sakit akibat kedutan di bagian selangkangannya.

"Baiklah, jikalau demikian rapat hari ini selesai dan sampai bertemu dalam kegiatan rapat berikut." ujar Raditya pada semua kolega dan peserta rapat.

Beberapa karyawan dan kolega mulai meninggalkan ruang rapat dan Raditya dengan gerakan seribu bayangan berusaha untuk merapikan setiap dokumen rapat sehingga bisa menyusul peserta rapat yang telah meninggalkan ruangan rapat.

Saat dirinya sedang merapikan setiap berkas yang ada, tiba-tiba...

"Sini..aku rapikan sayang." bisik Anindi yang kini berdiri disamping Raditya, sontak membuat Raditya kaget dan bingung harus berbuat apa.

Sesungguhnya Radtya tidak ingin menghindari Anindi, namun karena janjinya dengan Adelia serta rasa rindu yang amat dalam akan belaian Adelia, membuat dirnya berusaha untuk menghindari Anindi, karena dirinta takut terjebak dalam godaan dua bongkahan melon segar yang sangat memukau.

"Nggak usah Nin, biarkan aku saja yang membereskannya." baru saja Raditya hendak menaikan wajahnya dan menghindar dari Anindi, justru dada Anindi lah yang tepat berada didepannya.

Glek..

Raditya menelan ludahnya dengan susah payah. Beberapa kali mulutnya komat-kamit bagaikan seorang dukun yang membacakan mantra dan doa untuk mengusir dedemit yang sedang gentayangan mencari mangsa. Meskipun demikian dirinya pun seorang laki-laki normal yang bisa saja lepas kendali ketika melihat makhluk Tuhan paling syeksi ini.

"Damn... bagaimana aku harus menghindar dari dedemit syeksi ini ya dewa? Bisa-bisa diriku rela bertelangjang bulat demi si junior yang sedari tadi berusaha meronta keluar." batin Raditya yang kemudia sedikit bergeser menjauh dari Anindi.

"Ya dewa apa perlu aku menyewa orang untuk menyanyikan eta terangkanlah sehingga bisa terbebas dari godaan ini?" kembali hatinya berkecamuk melihat Anindi yang  berjalan mendekati dirinya.

Segera mungkin ia melangkah keluar dari ruangan rapat meninggalkan Anindi dengan detak jantungnya yang sudah dalam tahap tidak aman.

"Mamas Raditya, tungguin aku donk...khan kita belum menuntaskan pekerjaan yang tertunda tiga minggu lalu." teriak manja Anindi yang berusaha mengikuti Raditya dari belakang namun sayangnya Raditya berhasil menghindar dan pergi menyusul Anindi yang sedang sibuk memanjakan diri dan menambahkan tagihan pada Raditya.

Raditya berharap malam ini menjadi malam terindah dari malam-malam sebelumnya, saat si junior harus mengalah karena ulah orang-orang yang tidak mengerti akan situasi dan kondisi yang dialami oleh Raditya saat bersenang-senang dengan para wanitanya.

---------

Oke nanti ada bagian khusus adegan Raditya dan Adelia ya, setidaknya Raditya bisa bebas dari janda syeksi dulu nih, coba enggak janjian ma Adelia...Raditya pasti udah terbang bebas ma janda syeksi.


DuGem: Duda GemesWhere stories live. Discover now