Bab 2 - Bertemu Kana

31 3 0
                                    


Seperti perkiraannya, Dafina datang lebih cepat dibanding dengan kliennya. Lagi pula, hal ini sudah menjadi kebiasaan Dafina sejak sekolah menengah dulu. Karena letak rumah dan sekolahnya yang jauh, mengharuskan Dafina rela berangkat bersamaan dengan para pedagang yang akan kepasar.

Orang tua Dafina tidak pernah memanjakan anak-anaknya. Siti, hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, yang alhamdulillahnya tidak bisa mengendarai motor. Satu hal yang sangat disyukuri Dafina dari Ibunya. Karena Dafina tidak akan ikhlas apabila Ibunya tersebut ikut-ikutan dihujat, disama-samakan dengan ibu-ibu pengendara motor lainnya.

Sedangkan Hary, Ayah Dafina, hanyalah seorang pegawai negeri di ibu kota, yang selalu berangkat kerja sebelum anak-anaknya bangun. Namun demikian, keluarga Dafina tetaplah keluarga yang hidup dengan sederhana dan bersahaja. Meskipun hampir setiap harinya selalu saja terjadi pertengkaran antara Dafina, Tari – kakak Dafina, dan Fatur – adik Dafina, tetapi mereka tetap saling menghormati satu sama lain.

Sudah 10 menit Dafina duduk menunggu kliennya datang, ditemani dengan segelas cappuccino hangat dan sepiring kentang goreng yang baru saja diantarkan oleh seorang pelayan. Tak lama berselang, seorang wanita dengan setelah kemeja dan rok selutut khas pekerja kantoran, datang menghampiri tempat duduk Dafina. Rambut serta pakaiannya terlihat basah. Mungkin wanita tersebut habis menerobos hujan demi bisa sampai kesini, batin Dafina.

"Mbak Dafina, ya?" sapa wanita muda tersebut, yang setelah dilihat-lihat oleh Dafina, mungkin umurnya tidak terlalu berbeda dengannya. Setelah menanyakan hal tersebut, wanita muda yang tidak diketahui Dafina itu langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan. Dan selepas pelayan tersebut pergi setelah mencatat pesanannya, wanita tersebut pun kembali memfokuskan dirinya dengan Dafina.

Dafina merasa bingung setelah mendengar sapaan dari wanita muda tersebut. Pasalnya Dafina yakin dia tidak pernah mempunyai teman, maupun kenal sebelumnya dengan wanita tersebut. Apa sebegitu terkenalnya kah dia, sampai ada yang kenal dengannya? Lagi-lagi Dafina membatin.

"Saya Kana, Mbak. Perwakilan dari PT Sentosa, yang akan membahas tema dan segala hal mengenai acara gathering anniversary PT Sentosa dengan Mbak hari ini." jelas Kana, setelah menyadari tatapan bingung yang diberian Dafina kepadanya.

Dafina yang mendengar penjelasan dari Kana, hanya bisa tersenyum malu sambil menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Pasalnya dia terlihat bodoh, dengan menyangka bahwa dirinya adalah orang yang terkenal. Terkutuklah kau otak songong, rutuk Dafina pada dirinya sendiri.

"Aduh maaf Mbak Kana. Bukanya saya bermaksud bertindak tidak sopan tadi, tapi..." belum sempat Dafina menyelesaikan ucapannya, Kana sudah terlebih dahulu memotongnya, dan bersamaan dengan seorang pelayan yang datang dengan membawa pesanan Kana.

"Yang seharusnya datang itu Mas Maulana, gitu kan maksud Mbak? Jadi tadi, Mas Maulana tiba-tiba harus ketemu sama salah satu klien juga, mendadak gitu Mbak di utus Pak Bos. Makanya, Saya yang diminta buat menggantikan Mas Maulana. Mbak nggak kecewa kan?" jawab Kana dengan nada menyesal yang jelas dibuat-buat, dan hal tersebut sukses membuat Dafina terkekeh geli.

"Ah Mbak Kana ini bisa aja. Saya mah nggak masalah mau ketemu sama siapa juga, Mbak." jawab Dafina santai, sambil menyesap cappuccino nya hampir dingin.

"Asalkan jang ketemu sama mantan aja ya Mbak. Yang ada, nanti malah gagal move on. Kan bahaya! Apa lagi kalau tau kalau sekarang mantannya udah punya yang baru, mana lebih jelek dari kita. Kan sakit ya Mbak, hehe." kekeh Kana, yang ditanggapi dengan gelengan kepala dari Dafina.

Awalnya Dafina mengira, kalau Kana merupakan sosok wanita yang anggun dan kalem. Karena pada saat pertama melihatnya tadi, Kana terlihat seperti wanita karir pada umumnya, dengan pakaian yang sangat fashionable dan terlihat membalut tubuhnya yang tinggi dengan sempurna. Ditambah dengan riasan wajah yang sesuai dengannya dan senyum yang sanggup membuat semua pria meneteskan air liur mereka setiap kali melihat Kana. Sangat berbanding terbalik sama gue, huft.

"Hmm, maaf ya Mbak. Aduh, Saya kok jadi ngomong ngelantur kaya gitu. Langsung aja kali ya Mbak. Jadi gini Mbak, Saya mau menyempaikan mengenai tema dan segala hal yang berhubungan dengan acara gathering nanti, berdasarkan hasil dari rapat antara Pak Bos dan beberapa staf divisi PR Internal." Kana memberi jeda ucapannya, sambil menyesap matcha lattenya dalam.

"Jadi Pak Bos pengin, acaranya nanti dikemas agar lebih terkesan kekeluargaan dan santai, agar bisa lebih berbaur satu sama lainnya katanya. Nah untuk acaranya sendiri nanti akan diadakan di vila keluarganya Pak Bos, yang ada di Bandung. Rencananya sih, ya 3 hari 2 malam lah Mbak. Hitung-hitung sekalian liburan. Nah, Pak Bos minta nanti disana untuk diadakan kegiatan semacam outbound dan mancing bersama gitu Mbak, dan juga acara barbeque untuk malam sekaligus penutupannya. Kalau untuk mancing, Mbak nggak usah khawatir, karena itu sudah termasuk fasilitas yang ada di vilanya Pak Bos. Ya secara garis besar sih gitu Mbak. Untuk kegiatan outbound apa aja yang akan dilakukan, dan susunan acara keseluruhannya, Pak Bos serahkan seluruhnya ke Mbak dan rekan-rekan." jelas Kana panjang lebar. Dafina hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti, sambil mencatat beberapa hal yang menurutnya penting pada notebook yang dia bawa.

"Saya mengerti. Kira-kira berapa ya jumlah peserta yang nanti akan ikut acara gathering ini, Mbak?"tanya Dafina sambil memainkan pulpen yang masih di genggamannya.

"Rencananya seluruh karyawan dan para petinggi divisi akan diikut sertakan Mbak. Ya kira-kira 200 orang, kalau semuanya ikut."

Memang PT Sentosa merupakan salah satu perusahaan yang ada di Bogor, dan baru beberapa tahun ini berdiri. Sehingga tak heran, jumlah karyawannya pun tidak sebanyak perusahaan-perusahaan besar yang sudah mempunyai cabang dimana-mana. Tapi jangan pernah menganggapnya remeh. Karena walaupun tergolong perusahan kecil dan masih baru, PT Sentosa sudah memiliki nama yang cukup dikenal oleh banyak orang. Dan Dafina pun cukup salut dengan pemilik PT Sentosa, bisa mendirikan dan mempertahankan eksistensi dari perusahaanya.

"Baik, Saya sudah mengerti semua yang dijelaskan Mbak Kana tadi. Kalau begitu, Saya akan segera membicarakannya dengan rekan-rekan Saya. Ya, minggu deoan in sha Allah Saya akan memberikan beberapa rancangan yang kami punya untuk bahan pertimbangannya,"ucap Dafuna sambil memberikan catatan penting di notebooknya.

"Baik Mbak, untuk selanjutnya mungkin Mbak akan kembali berhubungan dengan Mas Maulana. Karena sebenarnya dia yang lebih mengerti mengenai konsep acara ini, dibandingkan dengan Saya hehe. Jadi kalau ada dari penjelasan Saya yang nggak Mbak mengerti, bisa langsung ditanyakan ke Mas Maulana ya Mbak."

Dafina hanya menjawab perkataan Kana dengan anggukan kecil beserta senyuman manisnya. Dan setelah itu, baik Dafina maupun Kana hanyut pada obrolan ringan yang mereka ciptakan, guna mengurangi rasa canggung. Mulai dari kana yang 'curhat' mengenai pekerjaannya, kekagumannya akan sosok Dafina yang mandiri, sampai dengan tentang anjing poodle nya yang sedang kasmaran dengan anjing herder milik tetangganya. Cinta memang buta, pemirsa.


Alohaa, akhirnya bisa upload cerita baru hehe.

Ini juga masih awalan, ya maklum baru masuk bab 2, jadinya belum ada konflik yang mau ditumbuhin juga hehe. Takutnya malah pada kaget, kalau langsung ditumbuhin konfliknya hehe.

Please keep support! Dan ditunggu vote dan comment nya, biar Dafina bisa terus ada di wattpad hehe :').

Jungkir Balik {ketiban} DafinaWhere stories live. Discover now