"kita gak akan kemana-mana rain, jangan nangis"

Ponsel Raffa berdering, dia mengambilnya dari saku celana, "Kenapa?" jawabnya, Egi yang ingin mengucap salam jadi heran, karena Raffa yang langsung memotongnya, "iya, nanti" lalu Raffa mematikan ponselnya.

"Jangan nangis rain" ia masih mengusap kepala adiknya lembut, merasakan kesedihan dari gadis kecil itu.

Egi menaruh ponselnya dimeja, "apa kata raffa?" tanya Fannya, Egi tau mood Raffa sedang tidak baik, ia mengenal sahabatnya itu, mungkin terjadi sesuatu dirumah "nanti kesini, katanya" Jawab egi, Fannya tersenyum lega,

"Bunda! Besok anya sekolah ya?" katanya, fasya terlihat berpikir, "ayolah bunda, seminggu enggak sekolah dan ngapa-ngapain tu bikin anya berasa mau mati tau gak"

"Anya! kenapa ngomongnya mati-matin?! bunda gak suka ya!" Fasya tersulut emosi, wanita itu berdiri meninggalkan fannya yang kebingungan, berserta teman-temannya.

"bunda kenapa ya?" tanyanya,

"mungkin bunda lo lagi sensitif nya" jawab niko,

"jangan diambil hatilah" raffi menepuk bahu fannya --- "tapi, akhir-akhir ini bunda sama ayah beda, belum lagi Raffa, bunda lebih gampang emotional, masa aku cuma cerita doang dianya nangis"

"ayah juga, kebanyakan diam."

"mungkin, tante fasya sedih ngelihat lo semingguan ini ngedrop terus" kata boy.

"tapi, aku ngerasa bersalah, aku ngerepotin banget ya?"

"udahlah nya, kenapasih lo harus mikir gitu?" Egi sedikit kesal, pasalnya fannya selalu berkata yang aneh aneh, dan itu membuatnya sedikit marah, ia hanya takut, gadis itu menyerah.

Suasana jadi sedikit canggung, Fannya yang murung dan teman-temannya yang merasa tidak enak, "Raffa tuh!" Diwa berdiri, membuka pintu yang tadinya diketuk.

Raffa, cowok itu datang dengan bunga ditangannya, juga Raina dibelakangnya yang seperti mengintip, "ngapain sembunyi?" kata Raffa, Raina menggeleng malu, "Raina!" Raffi berdiri mengenggam tangan gadis kecil itu, "sini-sini masuk!" Fannya ikut berdiri, menyuruh mereka masuk, raina tampak malu-malu.

"Nih" Raffa menyodorkan bucket bunga kepada Fannya, "Cie!" kata mereka semua, tangan Raffi menutup mata raina "jangan diliat, gak baik" candanya, raina tertawa.

"kakak udah sembuh?" tanya Raina, Fannya mengangguk antusius, "udah dong, ayo sini masuk" ia menarik tangan Raina membawa gadis itu duduk bersamanya.

"memangnya kak anya sakit apa?"

yang lain tampak diam, Fannya juga diam, "Rain mau kue?" tawar boy, raina masih bingung, ia masih menunggu jawaban dari fannya, "sakit, sakitnya susah deh dijelasin" kata fannya.

"semoga kak anya cepat sembuh ya, sakitnya gak datang lagi"

"Amiin! makasih ya!" Fannya mencubit pipi anak itu, "ini bundaku tadi bikin cupcake, cobain deh, cupcake bunda enak banget tau!"

Dalam sekejap mereka bisa sangat akrab.

Ternyata Raina dan Fannya sekompak itu dalam hal menyela Raffa, mereka memiliki banyak sekali keserasian, sehingga Raffa sudah tidak dapat bekata apa apalagi "iya, teman teman rain juga semua bilang kak Raffa mukanya jutek" anak itu mencibir kakaknya sendiri, Fannya tertawa "bener banget, teman kamu jujur ya" katanya, yang lain tertawa, "Kak Raffa juga gitu ya ke kak anya?" Fannya mengangguk, "Kasihan kak anya" gadis itu tampak sedih, Fannya malah tertawa dan mencubit pipinya gemas, "kenapa adik sama kakaknya bisa beda banget deh!" katanya.

"lo ingat fa? waktu kak syafa juga bilang kalau lo itu songong?" Egi tertawa, mengingat-ingat lagi kejadian tahun lalu, saat senior mereka yang dulunya suka dan naksir berat dengan Raffa tiba-tiba memusuhinya karena sifat Raffa yang kelewat sinis, "oh iya, gue inget banget tuh, kalau dipikir-pikir lagi apasih kurangnya kak syafa kan cantik gaksih?" Boy ikut nibrung, "lo aja semuanya emang cantik udah" cibir niko.

"Sebenarnya yang salah itu dimuka lo kali deh fa, kaya muka mukanya orang jahat gitu" Raffa melempar keripik kentang kearah Diwa.

"enggak kok, menurut aku Raffa malah kaya anak yang anteng-anteng gitu, makanya aku suka!" gadis itu tidak bisa mengontrol mulutnya, membuat Raffa hampir saja tersedak, sementara Fannya seperti tidak terjadi apa-apa.

"sebenarnya, kak Raffa adalah orang yang paling baik sedunia, kak Raffa enggak jahat kok, jutek juga enggak, dia kakak yang sempurna, " kata raina, matanya berkaca-kaca, sambil tertunduk. "kakak yang akan selalu melindungi rain gimanapun keadaanya, kak Raffa selalu ngorbanin semuanya, kak Raffa gak jahat"--- iya mulai terbata.

"cuma, kak Raffa selalu bersembunyi, padahal jauh didalam hatinya, ia kesepian. Itu yang nenek bilang"

But then I let you goWhere stories live. Discover now