10. The Heartwarmer

Start from the beginning
                                    

Gadis itu masih terisak dan Umji masih menepuk-nepuk punggungnya.

"Awalnya aku berpikir untuk apa tetap melanjutkan. Tidak ada yang menyemangatimu secara langsung, kamu jarang bertemu dengan orang tuamu. Lalu suatu pagi saat kami semua tidak terbangun dari ranjang, leader unnie datang sambil membanting pintu."

Isakannya sedikit mereda, Umji tahu ia mulai mendengarkan.

"Dan dia berkata 'Bisakah kita mulai mencicil untuk membayar luka-luka pada tubuh kita? Kalau lebam dan sakit kepalanya tidak hilang dengan obat bisakah kalian membuatnya hilang dengan mimpi kalian?'

"Kau tahu? Tidak ada yang terbangun saat itu. Sowon unnie keluar dan entah kurasa ia menangis juga. Tapi esoknya kami berjanji untuk tidak membiarkan luka-luka di tubuh kami terobati dengan sia-sia."

"Tapi– bagaimana sunbaenim– bisa bertahan selama it– itu?"

Gadis itu melepas pelukan Umji dan bertanya masih sambil terisak.

"Aku banyak menangis. Kadang orang-orang di sekitarmu akan menilaimu cengeng karena menangis. Tapi sesungguhnya menangis itu melepas perasaan berat dalam hatimu.

"Terlebih lagi saat kami menangis bersama, kami jadi mendengarkan mimpi setiap orang. Itu menguatkanmu, kamu tahu? Karena kamu lega bukan cuma dirimu sendiri yang berjuang di jalan yang sama."

Gadis itu mulai tenang dan menghapus air matanya. Umji menatapnya dan tersenyum.

"Apa kamu pernah menuliskan mimpimu? Aku menulis mimpiku dan menempelkannya di dinding kamarku, di samping foto orang-orang yang berarti dalam hidupku. Aku juga menuliskannya di sticky notes dan menempelkannya di belakang casing hpku. Jadi saat tidak ada yang bisa aku jadikan sandaran, aku akan bersandar pada mimpiku."

"Sunbaenim apa mimpimu?" tanya gadis itu. Ia sudah tidak menangis, matanya terlihat sembab dan membengkak.

"Membawakan lagu yang jika didengarkan orang-orang akan merasa bahagia dan semangat menjalani hidupnya."

Gadis itu kembali menangis, kali ini sambil tersenyum. Umji mengusap kepala gadis itu sekali lagi.

"Sofia?"

Gadis yang dipanggil Sofia itu mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang berdiri di belakang Umji. Raut wajah bingungnya berubah cemas saat melihat mata Sofia yang membengkak.

"Vernon Oppa..."

"Astaga. Apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa? Matamu bengkak. Apa kamu habis menangis?"

Vernon masih meracaukan belasan pertanyaan sambil memeriksa detail fisik adiknya. Sementara Umji sudah ikut berdiri dan hendak pergi meninggalkan kakak adik itu.

Umji tahu Vernon. Dia pernah menjadi partnernya di acara musik Mnet akhir tahun kemarin. Harusnya Umji sadar karena bibir dan hidung gadis itu sama persis seperti Vernon.

"Sunbaenim!"

Umji menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Sofia, begitupun Vernon yang akhirnya menyadari keberadaan Umji. Sofia berlari kecil dan memeluk Umji seperti adik memeluk kakaknya sampai Vernon terpaku dibuatnya.

Umji membalas pelukan Sofia dan tersenyum sambil menggumamkan kata 'Fighting' dengan pelan. Vernon tidak tahu apa yang terjadi, tapi ada yang hangat dalam hatinya.

Sofia melepaskan pelukannya dan membungkuk 90 derajat pada Umji.

"Aku akan bekerja keras. Saat kami debut nanti sunbaenim adalah orang ketiga yang akan aku ucapkan terima kasih setelah orang tuaku dan oppa."

Little Little | Vernon × Umji ✔️Where stories live. Discover now