Laras: Perasaan Yang Aneh

2.2K 100 2
                                    

Beberapa hari ini Shinta seperti menghindar dariku. Shinta sangat sulit dihubungi. Chat tak berbalas, panggilan telepon pun tak diterimanya. Aku khawatir ini berhubungan dengan kedatangan David beberapa hari yang lalu.

Aku pun menyampaikan isi hatiku ini pada Abi.

"Udah, biarin aja dulu. Siapa tahu dia lagi pengen menenangkan diri. Tapi, belakangan ini juga dia gak dateng ke kafe. Mungkin lagi banyak kerjaan, Sayang."

"Tapi gak biasanya dia begini, Bi. Dia selalu angkat telepon aku. Selalu balas chat aku."

"Nanti kalo dia sudah siap, dia akan menghubungi kamu kok. Udah, biarin aja dulu." kata-kata Abi ada benarnya juga.

#    #    #

Pikiranku benar-benar tidak bisa fokus. Terpecah antara kafe dan Shinta. Perasaan tak menentu membuat aku kehilangan kemampuan untuk tersenyum.

"Nyonya Bos? Nyonya Bos baik-baik aja kan?" pertanyaan Wati si kasir mengagetkanku.

"Eh, iya Wat. Kenapa?"

"Nyonya Bos baik-baik aja, kan?" Wati mengulang pertanyaannya.

"Oh, iya gak apa-apa kok."

"Dari tadi bengong aja, ada yang dipikirin ya?"

"Gak kok, Wat. Gak ada apa-apa." Wati menganggukkan kepala, lalu melanjutkan pekerjaannya. Aku bangkit. Pindah duduk ke kursi di sudut kafe. Tempat biasa Shinta duduk kalau datang ke kafe. Sekali lagi kuhubungi ponsel Shinta. Terdengar nada panggilan masuk. Tapi tidak diterima. Nyaris aku membanting ponselku. Kesal, bercampur khawatir.

"Nyonya Bos," sebuah panggilan mengagetkan aku. Ternyata Mina, berdiri di hadapanku membawa secangkir teh rempah yang aromanya menggoda hidungku.

"Nih, diminum dulu teh rempahnya Nyonya Bos." Mina meletakkan cangkir teh rempah di hadapanku. Kutarik nafas dalam-dalam, menyesap aroma teh rempah.

"Makasih ya, Mina. Ngapain kamu di sini?" tanyaku.

Mina tak akan keluar dari istananya, dapur kafe, kalau tidak ada yang darurat. Panggilan dari Abi, misalnya.

"Noh, Agus ma Wati bingung lihat Nyonya Bos bengong mulu dari tadi. Makanya, mereka panggil saya. Serem katanya. Hehehe." Mina terkekeh. Aku menatap Agus dan Wati di balik punggung Mina.

"Nyonya Bos kalo mau bengong di dapur aja, jangan di sini. Kan enak kalo bengong di dapur tinggal kita sodorin makanan, udah gak bengong lagi. Kalo bengong di mari, Nyonya Bos mau nelen kursi?" kata-kata Mina tak urung membuatku tertawa.

"Lagi ada masalah sama Bos, ya?" tanya Mina.

"Gak lah!" aku mengibaskan tanganku.

"Eh, temen Nyonya Bos yang suka kemari juga udah lama gak dateng ya Nyonya Bos?"

"Itu dia, Min. Aku kepikiran banget sama dia. Beberapa hari gak bisa dihubungi."

"Lagi sibuk kali, Nyonya Bos."

"Iya kali ya, Min. Eh, tuh ada pengunjung. Balik ke dapur gih." kataku.

"Siap, Nyonya Bos. Nanti biar saya ambil cangkirnya ya." Mina kembali ke dapur. Baru selangkah, aku memanggilnya.

"Mina," langkah Mina terhenti.

"Ya, Nyonya Bos?"

"Makasih ya?" kataku. Mina tersenyum, mengangguk.

#   #   #

Sekali lagi aku mencoba menghubungi Shinta. Jam sudah menunjukkan jam pulang kerja. Sekali, dua kali, tiga kali suara panggilan tersambung. Akhirnya, terdengar suara di seberang.

Cinta Salah(Finished)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum