Reizen IV : part 2

Mulai dari awal
                                    

Tentara itu kembali membungkuk. Lalu dia melompat keatas atap.“ Mari saya tunjukkan jalannya.”

Kítrino sudah menurunkan tudungnya kembali. Lalu kami mengikuti tentara itu yang melompat dengan ringan melewati gang – gang sepi dan sempit. memasuki lebih dalam seluk beluk kota Aera yang terlampau dingin dimalam hari ini.

***

Tentara bertopeng itu menunggu di kanopi jendela di pojok lorong lantai dua, sementara kami membereskan barang - barang di penginapan ini. Setelah selesai kami turun ke lantai bawah. Kedai minum malam ini sedikit lebih penuh dari tadi malam. Tapi tidak penuh dengan para tentara seperti malam sebelumnya, melainkan penuh dengan para pedagang dari luar kota. Si bartender botak meminta 1 koin emas lagi untuk setengah hari yang kami gunakan. Karena tidak mau membuat keributan, Gin memberikan 1 koin emas itu. Kami keluar dari kedai yang bahkan kami tak tau namanya itu.

Algant mengikuti di belakang, sementara si burung hitam terbang rendah disampingku. Si tentara bertopeng masih berlompat - lompat dengan ringan dari satu atap ke atap lainnya. Si tentara memimpin melewati jalan - jalan sempit dan sangat sepi. Tidak ada orang yang berpapasan dengan kami sampai akhirnya kami sampai didepan benteng. Para penjaga gerbang sudang mengacungkan tombak mereka kearah kami.

" Ada urusan apa kalian di benteng malam - malam begini?" Tanya si tentara dengan nada yang monoton.

Tiba - tiba si tentara bertopeng itu loncat dari atap benteng hingga tepat di depan mata tombak si penjaga gerbang." Mereka bersamaku. Tolong kalian urus kuda - kuda mereka."

Kedua penjaga itu salah tingkah ketika melihat si tentara bertopeng.“ Ah! Ma-maafkan kami. Silahkan masuk." Salah satu dari mereka menerima tali kekang kuda - kuda kami. Sementara yang satunya membuka gerbang jeruji.

Si tentara bertopeng masuk kedalam benteng. Kami mengikuti di belakangnya. Si tentara bertopeng berbelok cepat ke kiri dan menaiki tangga masih dengan melompat - lompat kecil. Kenapa orang ini senang banget melompat - lompat? Dan anehnya, lompatannya tidak menimbulkan bedebum sama sekali. Seperti terbawa angin. Angin? Aku tidak berani berharap. Mungkin kemampuannya itu karena latihan kerasnya untuk menjadi salah satu tentara no 1 di Negeri ini.

Setiap lantai memakai ornamen yang berbeda. Di lantai 1, mayoritas berornamen perunggu . Lalu dilantai 2 dan 3 mayoritas berornamen perak dan emas. Di lantai 4, merupakan perpaduan ketiganya dengan bendera lambang kerajaan dipasang di langit - langit. Berbeda dengan lantai - lantai dibawah. Di lantai 4 ini hanya terdiri dari 2 ruangan yang berkali - kali lipat lebih besar dan mewah dari ruangan - ruangan di lantai - lantai yang dibawahnya. Si tentara bertopeng membuka pintu di kamar yang kiri. Dia mempersilahkan kami masuk. Kítrino masuk duluan, diikuti aku, Gin dan Algant.

" Silahkan menunggu disini sampai Carlail datang. Aku permisi dulu. " Dan tentara itu menghilang begitu saja di balik pintu.

Kítrino menaikkan tudungnya. Dia duduk di tempat tidurmewah yang berada di tengah ruang. Aku dan Gin duduk di sofa berwarna peach yang kelewat nyaman. Kami menunggu dalam diam sampai orang yang disebut tentara bertopeng itu; Carlail datang.

Pintu terbuka. Seorang paruh baya sedikit gendut dengan kumis tipis di bawah hidungnya. Rambutnya yang sepenuhnya sudah memutih diikat ekor kuda. Dia mengenakan jubah tidur berwarna hijau lumut yang terlewat panjang hingga menyapu lantai. Dia terlihat seperti tiran - tiran lainnya. Dia ditemani si tentara bertopeng dan satu tentara berseragam biru pekat bersulam benang emas. Tapi, itu bukan tentara yang berada di atap menara inginkan kemarin sore karena matanya tidak berwarna hijau emerald.

Kítrino sudah berdiri dari tempat tidur nan mewah itu, aku dan Gin juga bangkit dari sofa. Orang yang disebut Carlail dan kedua tentara itu membungkuk hormat pada Kítrino. Kítrino mengangguk singkat dan ketiga orang itu kembali menegakkan tubuh mereka.

Elemetal ForéaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang