Back to story.

Naruto bergegas menuju meja makan dan mengambil sepotong roti tawar sesudah meminum segelas susu. Kyuubi menertawakan sikap bodoh Naruto yang terlalu bersemangat sampai insomnia semalam. Berbeda dengan Naruto, Kyuubi sudah menjadi mahasiswa jurusan Psikologi setahun yang lalu, sekarang dia semester tiga. Naruto menatap Kyuubi tajam dalam hati mendoakan kakaknya mendapat balasan yang setimpal.

"Kaa-san, Tou-san, Naru berangkat! Ittekimasu!" Naruto membanting pintu rumahnya dan berlari menuju halte, mendapat gelengan maklum dari Minato dan helaan nafas panjang dari Kushina. Kyuubi juga menyusul Naruto lima menit kemudian ketika ia ingat jadwal kuliahnya dimulai sebentar lagi.

.

.

.

Konohagakuen.

"Jadi, Naruto akan memulai sekolah hari ini." Tsunade bisa membayangkan raut wajah Kushina yang begitu sedih ketika mengantar Naruto untuk mengurus kepindahannya seminggu lalu. Tsunade tertawa kecil, cucunya itu pasti gemar sekali menghebohkan keluarga harmonis yang dibangun kedua orang tuanya.

"Benar, Uzumaki-sama, apa ada yang bisa saya kerjakan?" Kakashi bertanya sopan.

Tsunade memeriksa berkas kepindahan Naruto. Ia berniat mengubah marga gadis itu agar meminimalkan skandal di kalangan murid dan guru. Tidak lucu kan bila banyak yang mengira Naruto masuk ke Konohagakuen atas dasar hubungan keluarga sementara gadis itu sendiri memang memiliki kepintaran di atas rata-rata.

"Ubah namanya menjadi Namikaze Naruto, jangan sampai ada yang tahu." Titah Tsunade tegas. Kakashi mengangguk, ia keluar ruangan diikuti suara derit pintu yang tertutup sempurna.

"Nah Naruto, selamat menjalani kehidupan baru di sini, sayang." Tsunade meraih figura berisi foto Naruto lima tahun lalu, saat gadis nakal itu belum berubah separah ini. Sebelum Naruto merasakan sesuatu yang harusnya tidak dia rasakan. Ya, Naruto terlalu cepat jatuh cinta, dan terlalu dini untuk merasakan sakit hati.

.

.

.

"Apa-apaan, sekolah ini dua kali lebih besar ketimbang saat aku di Iwagakuen. Baa-chan kaya sekali~" Naruto tak berhenti mengagumi bangunan yang kini resmi menjadi tempat ia menempuh pendidikan tiga tahun kedepan. Konohagakuen termasuk sekolah berkelas, semua siswi dan siswanya punya kecerdasan dan segudang prestasi. Kalau tidak masuk lewat jalur test tulis, ya menyetorkan minimal lima medali emas dibidang perlombaan akademik maupun non akademik. Naruto? Dia memang sempat diragukan, tapi otaknya tidak sedangkal yang dinilai banyak orang. Dia pernah mengikuti beberapa lomba Bahasa dan tentu saja di bidang Olah Raga. Aku lupa bilang, Naruto jago main basket. Satu-satunya hal yang disyukuri Kushina karena Naruto lebih memilih bermain basket dari pagi sampai sore dari pada ribut bersama teman wanitanya.

"Nona Naruto?"

Naruto menghentikan langkahnya dan mengamati siapa pemanggil namanya. Lelaki, kira-kira usianya dua puluhan akhir, rambutnya abu-abu, memakai masker dan mencurigakan sekali tingkahnya.

"Saya Hatake Kakashi, wali kelas sekaligus orang kepercayaan Tsunade-sama."

Naruto menganggukkan kepala tanda ia mengerti. Sebenarnya dia tidak begitu peduli, dia masih ingin mengeksplorasi sekolah ini tanpa diganggu siapapun.

"Selama bersekolah di sini, nama mu akan berganti menjadi Namikaze Naruto itu adalah permintaan Tsunade-sama untuk melindungi anda, Nona."

Hening.

Naruto kembali berpikir jika neneknya berlebihan.

Kakashi menunggu respon Naruto dan yang ia dapatkan adalah kernyitan tanda gadis pirang itu tidak paham. Sepertinya Kakashi harus menyediakan kesabaran extra untuk menghadapi cucu kesayangan Kepala Sekolah.

Bitter SugarWhere stories live. Discover now