"Iya sih!" Rachel mulai tertawa begitu menyadari dirinya yang belum pernah melihat Riel bertingkah romantis pada perempuan manapun. "Jadi, lo masih mau biarin?"

"Mungkin. Gue masih perlu waktu sih buat sendiri," sahut Audrey sambil menatapi kotak makan yang sudah dua minggu ini ia liat setiap hari.

Rachel mengangguk-anggukkan kepalanya. "Yaudah, jangan lama-lama loh. Ntar dia kabur gara-gara lo yang nggak ada respons sama sekali," ledeknya sambil berjalan menuju pintu kelas.

Audrey melambaikan tangannya pada Rachel sebelum perempuan itu keluar dari kelasnya. Lalu, ia membuka kotak makan tersebut untuk melihat makanan apa yang diberi oleh Riel hari ini. Bibir Audrey tertarik ke atas begitu melihat nasi goreng yang terlihat enak. Ia yakin ini adalah masakan Riel sendiri karena Riel pernah memasakannya nasi goreng saat ia sedang bermain di rumah Riel.

Audrey menutup kembali kotak makan tersebut dan melepas kertas yang menempel di atas kotak makan tersebut. Ia membaca kembali kata-kata yang dituliskan oleh Riel itu. Sebenarnya pulang sekolah nanti, ia sudah berencana untuk memberitahu Riel untuk berhenti memberikannya sarapan setiap hari. Memang Audrey dengan senang hati menerima, tapi ia juga tidak mau merepotkan Riel setiap hari seperti ini. Ia yakin Riel pasti harus bangun lebih awal dari biasanya untuk menyiapkan sarapan untuknya dan itu membuat Audrey merasa bersalah. Maka dari itu, ia ingin menyuruh Riel berhenti menyiapkan sarapan untuknya.

Jam pulang sekolah pun tiba. Audrey berjalan keluar dari kelasnya menuju kelas Riel. Belum sempat ia memanggil nama Riel, laki-laki itu sudah menoleh ke arahnya. Wajahnya yang sebelumnya mengantuk karena pelajaran matematika langsung berubah cerah dalam sekejap.

"Drey! Pulang sama siapa?" tanya Riel dengan senyum. Audrey benar-benar tidak biasa dengan Riel yang ramah senyum ini.

"Gue pulang sama lo ya? Boleh nggak?"

"Jelas boleh lah! Yuk," ajak Riel penuh semangat karena baru kali ini Audrey mau diantarkannya pulang setelah ia menawarkannya setiap hari.

Audrey berjalan bersebelahan dengan Riel menuju ke arah parkiran. "Hm, gue mau ngomong sesuatu deh sama lo," ucap Audrey sambil membuka resleting tasnya dan mengeluarkan kotak makan kosong milik Riel. "Makasih ya. Tapi, gue mau lo berhenti kasih gue makanan."

"Kenapa? Nggak enak ya makanannya?" tanya Riel dengan pelan yang kemudian membuat Audrey berhenti berjalan.

"Bukan, bukan nggak enak," timpal Audrey dengan cepat sebelum Riel salah paham dengan perkataannya tadi. "Gue nggak enak kalau tiap hari lo harus repot. Jadi, lo nggak usah begitu lagi ya besok?"

"Berarti, gue ngelakuin ini semua sia-sia ya?" Riel bertanya sebelum menghembuskan napasnya dengan berat. "Gue emang udah salah banget nyakitin lo pas itu. Gue emang bego. Nggak heran lo masih belom bisa maafin gue. Dan gue malah dengan pedenya berharap lo bisa balik lagi jadi milik gue. Hahaha. Bodoh."

Audrey menatap Riel yang putus asa di hadapannya dengan iba. Tanpa berpikir dua kali, ia langsung melingkarkan tangannya di pinggang Riel dan menarik Riel mendekat. "Lo itu cowok paling nyebelin yang pernah ada, tahu nggak? Gue kan udah maafin lo waktu itu. Dan usaha lo selama ini nggak sia-sia kok. Makasih ya," ucapnya selagi masih dalam posisi memeluk Riel.

Riel yang baru tersadar dari keterkejutannya pun membalas pelukan Audrey yang di luar dugaannya ini. "Jadi, lo masih sayang sama gue?"

"Kalau gue udah nggak sayang, ngapain gue meluk lo sekarang?"

"Jadi, lo mau balik sama gue dong?"

"Gue nggak bilang gitu deh. Lagian, lo bukan cowok yang gue sayang dulu ah. Gue sayangnya sama Riel yang judes," lanjut Audrey sambil mengangkat kepalanya untuk menatap Riel.

Riel mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, sebenernya lo mau balik sama gue atau enggak sih?"

Kemudian, Audrey melepaskan pelukannya sambil tersenyum jahil. "Nggak tahu deh, pikir aja sendiri!" ucapnya sebelum menjulurkan lidah dan berlari meninggalkan Riel yang masih bingung dengan ini semua.

"Maksudnya apa sih?" tanya Riel lagi begitu ia berhasil menyusul Audrey yang sudah terlebih dahulu tiba di parkiran.

Audrey menggelengkan kepalanya sambil tertawa. "Payah banget sih. Nggak peka." Lalu, ia masuk ke dalam mobil Riel.

Riel pun masuk ke dalam mobil dan menoleh pada Audrey, masih belum puas dengan jawaban perempuan itu. "Nggak peka tapi lo sayang?"

"Iya," sahut Audrey dengan senyum lebar.

Riel tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak melengkung ke atas. Usahanya ternyata tidak sia-sia. Ia berhasil mendapatkan Audrey kembali. Kali ini, ia akan berusaha sebisa mungkin untuk menjaga dan membuat Audrey bahagia karena Audrey adalah sumber kebahagiaannya sekarang.

***

BACA LAGI YA KALO GUE BIKIN CERITA BARU HEHEHEH GATAU KAPAN DIPUBLISH TAPI SOON KOK! ❤️

Lesson To Learn Where stories live. Discover now