Chapter 2

289 25 2
                                    

Sudah tak terhitung berapa kali buangan nafas keluar dari mulut Ten. Kelas dance benar-benar menguras tenaganya. Tentu saja Ten merasa lelah. Tapi mengingat percakapan telfon dengan ibunya kemarin membuat Ten berpikir dua kali soal mengeluh.

Tiba-tiba saja Ten penasaran bagaimana dengan hasil akhir pertandingan basket adiknya. Apakah ia berhasil bersama timnya? Apa perlu ia menelfonnya nanti? Tapi suara tinggi Tern membuat Ten tidak suka menghubungi adiknya itu. Dan bagaimana dengan ayahnya? Apakah dia dalam keadaan sehat? Ten paham betul jika ayahnya itu adalah seorang pekerja keras. Rela mengambil lembur meskipun memiliki tangan kanan yang bisa diandalkan kapan saja. Ayahnya ingin memantau semua kinerja dalam perusahaan secara langsung. Memikirkannya sejenak saja sudah mengundang rindu pada kampung halaman.

Ten segera mengambil sesuatu dari tasnya. Menghubungkannya dengan earphone. Matanya mencari trek lagu dari handphonenya.

"Hei." suara yang terdengar dari belakang itu membuat Ten agak terkejut. Ten terlonjak kecil sebelum akhirnya ia membalikkan tubuh.

Ten mendongakkan kepalanya sedikit lebih keatas. Senyum Ten merekah ketika yang ia dapati adalah Johnny. "Ah, hyung. Kau mengagetkanku."

"Apa kau memikirkan sesuatu?" tanya Johnny sambil memiringkan kepalanya.

Dengan cepat Ten mengalihkan pandangannya, "Uh.. Tidak. Aku hanya... bosan."

Ia menunjukkan handphonenya kearah Johnny, "Jadi kupikir akan lebih baik jika mendengarkan beberapa lagu." lanjut Ten tertawa kecil sembari memasukkan kembali handphonenya. Mengurungkan niat untuk mendengarkan lagu.

Johnny menangkap perilaku aneh pria mungil didepannya itu. Bahasa tubuh Ten masih sangat mudah dibaca karena perubahan yang terjadi. Tapi ia rasa keadaan Ten akan semakin tidak baik jika ditanyai langsung.

Ruang latihan sudah sepenuhnya kosong. Hanya ada Ten dan Johnny. Mereka memutuskan untuk tinggal lebih lama. Mengulangi koreografi hari ini. Awalnya Johnny saja yang ingin menambah porsi latihan. Tetapi Ten memaksa Johnny untuk menemaninya. Ten berkata jika ia masih merasa bosan. Dan tentu saja Johnny membolehkannya. Setidaknya ia sudah memperingati Ten.

Sebenarnya Ten heran. Gerakan Johnny memiliki power dan bisa menangkap ritme lagu dengan baik. Tapi Johnny selalu terlihat tidak puas dengan semua hasil latihannya sendiri. Apa itu jadi alasan Johnny menambah porsi latihannya?

"Hyung." Ten memanggil Johnny setelah lagu berhenti.

"Hm?" Johnny bergumam kecil sembari melepaskan hoodienya.

"Ah.. tidak. Sonsaengnim! Tolong ajari aku lagi!" Ten membungkukkan badannya dalam-dalam seraya menyodorkan buku kecil pada Johnny.

"Tentu." Kata Johnny sambil membalas bungkukkan Ten.

Semenjak Ten bertemu Johnny ia selalu meminta Johnny untuk mengajarinya bahasa Korea. Selain menjadi satu-satunya orang yang bisa Ten ajak bicara, entah bagaimana metode pembelajaran dari Johnny lebih mudah ia pahami daripada pemateri di kelas bahasa. Terlebih jadwal mereka yang hampir semuanya bertepatan.

Johnny menghentikan langkahnya. Membalikkan tubuh kearah Ten. "Kau tidak lapar?"

"Lapar~", jawab Ten dengan suara yang dikecilkan sembari memegang perutnya.

"Ayo kita cari makan diluar." ajak Johnny.

Ten menganggukkan kepalanya semangat lalu meraih lengan Johnny agar jalan berdampingan. Baru beberapa langkah mereka berjalan Ten tersadar akan suatu hal. Ten menghentikan langkahnya. "Diluar?"

Johnny menolehkan kepalanya kebelakang untuk menatap Ten."Ya! Dan yang tertinggal akan membayar semuanya!"

Ten memandang Johnny tak percaya. Tapi Ten melangkahkan kakinya sekuat mungkin setelah tanpa aba-aba Johnny mulai berlari kecil meninggalkannya jauh didepan. Ingatkan pada Ten untuk meminum susu lebih banyak agar memiliki kaki yang panjang seperti Johnny.

ReasonTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon