"Sebenarnya aku ingin pergi ke bank. Tapi aku tidak tahu  di mana banknya."

"Oh... aku bisa mengantarmu." Tawar Sam.

"Kau yakin?" Marc terlihat senang sekali.

"Tentu..."

"Baiklah..."

Mereka berjalan beriringan. Mereka melewati pintu ganda bersamaan, bila dilihat mereka seperti pasangan sahabat. Padahal pertemuan mereka baru kemarin sore.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Marc keluar dari bank di ikuti Sam yang berada di belakangnya.

"Aku akan mentraktirmu." Marc menawari keramahannya.

"Whoa... benarkah?"

Mereka berjalan beriringan.

"Kau sudah mengantarku." Mereka tetap berjalan.

"Kebetulan, di sini ada kedai kopi yang lumayan ramai." Usul Sam.

"Kita akan makan. Bukan minum kopi."

"Tapi kau harus ke sana bersamaku. Jika tidak, kau tidak akan merasakan sup lezat buatan gadis cantik di sana." Sam terlihat melebih-lebihkan.

"Mereka menyediankan sup juga?" Tanya Marc yang sepertinya ia juga penasaran. Kedai kopi, dan sup... itu kontras sekali.

"Yeah...--" Sam mengangguk pelan. "Mereka terkenal dengan supnya."

Mereka tetap berjalan. Membicarakan tentang sup, ingatannya diputar ke masa lalunya. Tepatnya lima tahun yang lalu saat dirinya masih bersama Madeline. Madeline adalah pembuat sup kental handal baginya. Bahkan Roser yang sangat pintar memasak tidak bisa membuat sup seenak buatan Madeline. Terkesan berlebihan. Tapi itulah Marc yang sudah dibuat gila gadis itu.

Marc menggelang pelan untuk memulihkan kesadarannya. Bahkan ia tidak tahu jika ia dan Sam sudah berada depan kedai kopi itu.

"ML Coffee." Marc mengangkat kedua alisnya. Setelah itu, ia masuk menyusul Sam yang sudah masuk lebih dahulu.

Mereka memilih meja yang ada di belakang.

Mereka berdua duduk. Dalam hitungan detik, pelayan kedai itu menghampiri mereka.

"Pesan apa?" gadis muda sekitar berumuran dua puluh tahunan itu berdiri di dekat mereka dengan membawa catatan dan pena.

"Espresso..." Pesan Marc.

"Aku ingin latte..." Pesan Sam. Detik kemudian ia beralih pada Marc. "Kau tidak ingin mencoba sup kentalnya?"

"Oh... iya... dengan sup kental."Marc mengumbar senyumnya.

"Siap, Pria tampan." Gumam pelayan itu dengan menulis pesanan di kertas catatannya itu.

Marc dan Sam tersenyum lagi.

"Secepatnya aku akan kembali."

Pelayan itu meninggalkan meja mereka. Ia ingin menyiapkan pesanannya.

"Biar kutebak. Kau dari Spanyol?" Sam mencari bahan pembicaraan.

"Iya... Aku memang dari Spanyol."

"Terlihat dari aksenmu."

Marc tersenyum. Walaupun ia sudah tinggal lama di Amerika, ia tidak bisa mengubah aksennya. "Di mana kau tinggal?"

"Aku? Aku tinggal di sekitar beberapa blok dari sini. Nanti aku akan mengantarkanmu dengan motorku, Marc."

Marc mengangguk pelan. "Sebenarnya aku bisa naik bus saja."

"Jangan... aku akan mengantarmu." Sam memberi jeda. "Jadi kau seorang guru? Guru apa?"

"Olah raga. Aku juga merangkap menjadi pelatih besbol di tim sekolahan itu."

"Waw... Itu keren..." Sam berdecak kagum.

"Aku akan mengganggu kalian sejenak. Karena pesanan kalian sudah siap."

Pelayan itu datang dengan membawa pesanan mereka. Ia meletakkan kopi, lalu sup kentalnya.

Tunggu dulu...

Marc menghirup dalam-dalam. Sesuatu yang sangat tak asing bagi indera penciumannya.

Marc menghirupnya sekali lagi.

"Bagaimana? Kau mencium bau supnya? Sedap, bukan?" Sam tersenyum pada Marc dengan mengangkat alisnya berulang kali.

Marc masih diam dengan menatap supnya.

Tidak menunggu lama, Marc langsung menyendokkan sup kental yang tidak perduli itu masih panas atau tidak.

Marc menyesapnya. Sejurus kemudian, ia beralih pada pelayan muda yang masih belum pergi dari sana.

"Kau yang membuat sup ini?" Marc bertanya dengan nada cepat.

"Bukan... dia tidak akan mengizinkanku untuk membantunya apalagi membuat sup kentalnya."

"Siapa?" Tanya Marc tergesa-gesa. Ia menuntut jawaban.

"Pemilik kedai kami. Dia baru saja pergi setelah membuatkan sup untuk kalian." Jawab pelayan itu santai.

"Oh... Fuck!"

Dengan cepat Marc berdiri sampai kursinya jatuh karena hentakan dari Marc.

"Whoa..." Seru Sam dan pelayan itu secara bersamaan. Mereka kaget.

Marc tidak perdulikan itu. Sekarang ia hanya fokus pada siapa pembuat sup  yang juga pemilik kedai kopi itu.

Marc keluar dari pintu kaca itu dengan tergesa-gesa. Ia mengedarkan pandangannya.

Marc merasa ling-lung sekarang. Ia tidak menemukan apa-apa selain orang dan mobil yang lalu-lalang.

"Oh... Fuck!!"

Marc mengerang frustrasi dengan mengacak-acak rambutnya. Dia terlambat...





TBC...

Lihat-lihat pembaca sama komennya. Kalau kalian suka, insyaalloh tak update cepat... jejejejeje...


Semoga Marc P1 nanti...
Tidak ada yang crash...
Aminnn...

Follow YouWhere stories live. Discover now