Ada sesuatu yang membuat Marc tersenyum. Marc mengingat gadis yang selama ini membuatnya cukup frustrasi. Pasalnya, gadis pembuat frustrasinya sama dengan gadis kecil itu, sama-sama lebih suka menyendiri.

Marc terus menatapi gadis kecil itu. Dengan rambut dikepang dua,  dan mata cokelat terangnya terus berkedip pelan, itu menambah kesan lucu pada gadis kecil itu.

"Tunggu..." Marc bergumam.
Ia berada  di dalam alam bawah sadarnya.

Bayang-bayang Marc terus dikelilingi wajah Madeline. Mata cokelat, rambut cokelat, dan bibir tipisnya, semua itu mengingatkannya pada wajah Madeline. Itu sama persis. Kecuali alis hitam tebal yang dimiliki gadis kecil itu. Itu jelas bukan alis yang mirip dengan Madeline.

"Sir..."

Suara itu membuat Marc menjingkat. Dengan cepat ia memutar tumitnya. Ia melihat anak muridnya sudah selesai dengan putarannya.

"Oh... kalian cepat sekali. Baiklah... kita mulai sekarang." Marc salah tingkah sekarang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Cukup lelah untuk hari ini. Ia harus melatih muridnya untuk pertandingan besbol yang akan dilaksanakan sekitaran dua bulan lagi.

Sebenarnya Marc guru olah raga dengan semua jenis olah raga. Bukan pelatih  besbol saja. Tapi setidaknya ia sangat mengerti besbol karena saat sekolah menengah pertama ia mempunyai tim besbol dan memenangkan pertandingan besbol se Buffalo. Jelas itu pengalaman yang bagus.

Marc berjalan keluar dari halaman sekolah. Langkahnya memelan ketika ia melewati tempat bangunan bercat tema pelangi dengan gambar khas anak-anak di sana.

Mata Marc mengarah pada papan tulisan di tengah-tengan pilar. 

"Sunny Shine."   Gumam Marc.

Marc mengangkat satu alisnya setelah mengetahui itu adalah taman kanak-kanak.

Marc mengembalikan langkah normalnya lagi. Ia berjalan menyeberangi jalan menuju apartemennya.

Marc berjalan, sampai ponselnya bergetar di dalam sakunya.

Marc merogoh ponsel itu. Ia berjalan pelan dan melihat ponselnya siapa yang sedang meneleponnya.

"Halo, Bu.."

Itu Roser.

"..."

"Benarkah? Terima kasih banyak. Nanti akan kuambil." Marc terus berjalan sampai ia memasuki lobi apartemen.

"Iya... sampaikan terima kasihku pada ayah.

"..."

"Dah..."

Marc menutup teleponnya. Ia mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam.

Pukul tiga sore.

Marc mengangkat bahunya tanda ia tidak keberatan dengan waktunya.

Marc masuk ke dalam lift. Ia hanya ingin segera  mandi menghilangkan peluh dan keringatnya. Dan setelah itu, Marc akan pergi mencari bank terdekat.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dua puluh menit berlalu. Marc sudah berada di dalam lift. Ia sudah berdandan rapi dengan setelan kaus hitam dan jeans biru.

Ting...

Marc keluar dari lift. Ia berjalan melewati lobi yang di sana ada Sam yang sedang bersiap-siap untuk pulang.

"Hai... Kau akan pulang?" Tanya Marc yang sekarang berada di depannya.

"Yeah... aku akan pulang. Kau ingin pergi?" Sam balik bertanya ketika melihat penampilan Marc yang sangat rapi.

Follow YouWhere stories live. Discover now