Kepala sekolah menjulurkan tangannya. Dengan senang hati Marc menerima keramah-tamahan itu.
"Aku kepala sekolah di sini, Nick Thomson."
"Ya, Mr. Nick. Senang akhirnya aku bisa bertemu dengan Anda."
Mereka melepaskan jabat tangan mereka.
"Sesungguhnya aku sangat terkejut ketika melihat lamaran dari mu, dan ternyata kau dari Spanyol." Kelakar Mr. Nick.
"Iya... Sesungguhnya aku orang Spanyol yang sudah lama tinggal di sini, dan akhirnya kembali lagi ke Spanyol..." Marc mengimbangi. Yang jelas mereka sangat konyol. Mereka tertawa bersama.
"Aku akan memberitahukan Jadwal untukmu setelah ini Mr. Marquez."
"Okay..." Marc tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Marc berjalan melewati lorong sekolahan. Marc sudah memakai baju olah raganya. Bisa dibayangkan, itu menambah kesan kemacoannya. Seksi sekali... kaus V-necknya walaupun tidak ketat, tapi perut sixpack-nya tercetak jelas di kausnya.
Ia berjalan dengan sangat santai walaupun banyak mata yang mengamatinya.
"Apa itu pelatih besbol baru kita? Waw... he look so hot..." Celoteh dari salah satu murid yang dilewati Marc. Jelas itu murid berjenis kelamin perempuan.
"Apakah itu tidak mengganggu konsentrasi kita?"
Marc mendengar murid perempuan mengeluarkan pujian untuknya. Itu semakin membuatnya tertawa geli.
Marc berjalan menuju lapangan tepat berada di samping sekolah. Di sana sudah ada murid satu tim besbol yang siap untuk dilatih.
Di sana ada beberapa murid laki-laki dan murid perempuan berumur sekitar enam belas tahunan. Mereka semua langsung menegak ketika Marc sudah berada di depannya. Antara kaget dan terkesima... itu sudah jelas.
"Selamat pagi..." Sapa Marc.
"Selamat pagi, Sir."
Marc melihat beberapa murid berbisik tentangnya. Dan itu membuatnya tersenyum geli--lagi.
"Aku pelatih baru kalian. Namaku Marc Marquez."
"Ya, Sir..."
"Baiklah... kita langsung saja. Kalian bisa memutari lapangan ini lima kali untuk pemanasan."
"Yes, Sir." Semua murid menjawab serempak. Detik selanjutnya, mereka melakukan apa yang diperintah dari guru barunya.
Marc berjalan meminggir ke lapangan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.
Tepat berada di samping lapangan, Marc melihat pagar besi yang memisahkan antara Christian Brother's Academy dengan... entah Marc tidak tahu itu tempat apa. Yang ia dengar hanya suara riuh anak-anak kecil.
Pagar besi itu renggang-renggang. Jika Marc mendekat, mungkin dengan jelas ia bisa mengetahui itu tempat untuk apa.
Rasa ingin tahu Marc mulai mempengaruhinya. Ia memutuskan untuk berjalan mendekat untuk bisa mengetahuinya. Marc masih punya waktu untuk melatih anak didiknya karena anak didiknya masih belum selesai mengelilingi lapangan. Jadi tidak masalah untuknya.
"Hahahaha... Ayunkan aku..."
Marc melihat banyak anak kecil berumuran empat sampai lima tahunan di sana. Ada yang bermainan ayunan, ada yang bermain jungkat-jungkit, dan ada yang bermain pasir. Tapi satu yang mencuri perhatiannya. Ada seoarang gadis kecil duduk sendiri di bangku bawah pohon dengan membawa boneka poni.
Gadis kecil itu tengah asyik dengan bonekanya. Ia nampak menikmati dunianya walaupun gadis kecil itu hanya sendirian saja.
Chapt 2
Start from the beginning
