Taekook GS. (Handsome driver)

928 68 26
                                    


Kalau bukan karena Mamanya meminta Jungkook untuk pulang karena rindu, minggu pagi begini mana mau Jungkook membuka matanya untuk segera mandi. Gadis itu benar-benar malas, sama seperti kakak laki-lakinya. Hanya saja, kalau lelaki memiliki sifat berantakan dan cuek itu terlihat cool dimata para wanita. Coba kalau seorang gadis? Pasti orang-orang akan berpikiran jika gadis itu seorang berandal.

"Haish! Kenapa tidak si pucat sipit saja sih yang disuruh pulang!" Wajah serta rambut Jungkook sudah tidak karuan, matanya yang bulat bersinar sekarang terlihat membengkak khas orang bangun tidur. Tubuh dengan kulit yang sedikit lebih gelap daripada kakak lelakinya itu meregang melemaskan otot-otot yang kaku. Tangannya mengambil sebuah ponsel pintar di atas nakas dekat lampu tidurnya, mencari-cari sebuah nama dan menghubunginya. "Halo, oppa!"

"Eoh, Kookie. Ada apa?" Jawab seseorang diseberang saluran.

"Tumben sudah bangun jam segini kau kucing kutub." Jungkook menahan ponselnya di pipi kanan. Terdengar ucapan 'brengsek' dari sang kakak yang membuat bibirnya tertarik untuk tersenyum. "Oppa dimana? Di telpon Mama, tidak?"

"Tidak. Kenapa memang? Mama menyuruhmu pulang ya? Mati kau kelinci gendut, mau di jodohkan! Hahaha." Suara itu tertawa puas, membuat Jungkook mau tidak mau membuka matanya lebar tidak percaya.

"Apa?! Di jodohkan?! Jangan asal bicara kau kucing kutub! Yang ada kau harusnya di jodoh kan! Daripada kau selalu bermain solo dan membuat jack-jack mu mengkerut haus belaian. Ahh sedih sekali istrimu nanti jika mengetahui jack-jack sudah mengkerut sebelum waktunya pulang ke sarang." Jungkook tertawa terbahak-bahak. Bahkan ia sampai memukul-mukul bantal di hadapannya saking puas membuat kakaknya kesal.

"Sial kau Kook." Ucap kakaknya malas. "Ada apa menelponku?" Nada bicaranya berubah, menjadi berat dan berwibawa.

"Mama menyuruhku pulang, kau pulang juga ya oppa." Bibir Jungkook mengerucut lucu, nadanya menjadi lebih manja daripada sebelumnya.

"Pasti kau menyuruhku untuk menjadi supirmu, ya kan kelinci gendut?" Ujar kakaknya sabar, nada yang Jungkook keluarkan sudah hapal di luar kepala. Kalau Jungkook mulai dengan suara imutnya, berarti ada sesuatu yang dia inginkan.

Wajah Jungkook seketika berbinar. Kakaknya memang paling mengerti keadaan dirinya yang manja bagaikan putri dongeng. "Oppa jjang!" Jawabnya ceria.

"Siapa yang menyetujuinya, kelinci gendut! Aku tidak bilang meng'iya'kan  permintaanmu!" Suara di seberang meninggi kesal, terdengar juga suara decakan dan suara Toaster berbunyi ting! menandakan kalau roti yang di panggangnya telah matang.

"Ehehe. Bukan itu sebenarnya oppa. Aku ingin kau menemaniku di rumah, aku malas di cecar berbagai pertanyaan oleh mama masalah jodoh. Jadi aku ingin oppa menemaniku, setidaknya untuk membelaku?" Wanita itu bangun dari ranjangnya menuju meja rias, melihat wajah bangun tidurnya yang bengkak seperti babi lalu tersenyum sendiri untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. "Oppa, sebentar aku loudspeak ya?"

"Hmm." Jawab kakaknya datar. "Jika aku membelamu, aku mendapatkan apa?" Tawar kakaknya jahil. Kalau Jungkook bisa melihat, sekarang wajah kakaknya sungguh menyeramkan seperti seorang psikopat dalam film pembunuhan. Tapi percuma, toh di mata Jungkook, kakak laki-lakinya selalu menjadi kakak yang keren karena walaupun galak dan dingin, kakaknya sangat perhatian, hangat dan sayang terhadapnya.

"Ish! Pamrih sekali! Ku doakan kau cepat dapat jodoh!" Ucapnya kesal. Jungkook bisa mendengar tawa bahagia kakaknya di seberang saluran.

"Baiklah. Tapi aku tidak mau menyetir sendirian selama enam jam ke Busan. Aku mau kita bergantian."

Stories...Where stories live. Discover now