"Apa gadis itu anak orang kaya ? Apa nama perusahaan ayahnya ? Kita bisa mengunjungi orang tuanya agar melarang ia berhubungan dengan Mondy lagi" ucap Restu lagi.

Hamzah menggeleng.
"Dia hanya sekretaris Mondy di kantor. Kedua orangtuanya telah meninggal. Tapi dia gadis yang baik dan sopan"

"Lalu apa yang kau harapkan darinya ? Bella jauh lebih cantik dan menarik dari gadis itu, putriku lulusan luar negeri, dan aku yakin Mondy pasti menyukainya" ucap Restu sombong.

Hamzah hanya diam enggan menjawab pertanyaan Restu.

"Anakku sangat menyukai Mondy, dia akan nekat jika keinginannya tidak terpenuhi. Dia bisa saja menyakiti gadis itu. Apa kau ingin gadis itu celaka ? Dan jika kau menanyakan posisiku, tentu aku akan mendukung putriku dan menghancurkan gadis itu bahkan...." Restu menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya.

"Keluargamu"

Hamzah tersentak mendengar perkataan Restu. Bagaimana mungkin sahabatnya itu tega menghancurkan dirinya padahal mereka sangat dekat dan saling tolong-menolong dulu. Bahkan Hamzah lah yang dulu membantu Restu membangun perusahaannya hingga tumbuh besar melampaui perusahaan Hamzah sendiri. Apa Restu tidak mengingat jasanya dulu ? Dan sekarang bahkan ia mengancam Hamzah demi keegoisan putrinya.

"Pikirkanlah" Restu menepuk bahu Hamzah beberapa kali dan berlalu meninggalkan ruangan itu.

**

Raya merentangkan kedua tangannya menikmati semilir angin yang menerpa wajah dan membuat anak-anak rambut miliknya beterbangan.

Saat ini Raya berada di Telaga Warna, salah satu wisata di puncak Bogor. Telaga ajaib yang menurut cerita warga sekitar warna airnya dapat berubah menyesuaikan kondisi alam disekitarnya.

Hari ini memang Raya, Mondy, Rasya dan Ranty mengunjungi beberapa tempat wisata di Bogor sebelum akhirnya mereka pulang ke Jakarta dan kembali pada rutinitas mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini memang Raya, Mondy, Rasya dan Ranty mengunjungi beberapa tempat wisata di Bogor sebelum akhirnya mereka pulang ke Jakarta dan kembali pada rutinitas mereka.

Raya membuka matanya saat tiba-tiba Mondy memeluknya dari belakang. Ia hanya tersenyum saat Mondy mempererat pelukannya dan menekan dagunya di puncak kepala Raya.

"Rasanya aku pengen terus seperti ini sama kamu Ray" ucap Mondy.

Raya memutar tubuhnya menghadap Mondy, mata mereka bertemu dan saling menatap dalam.

Raya menampilkan senyum manisnya kepada Mondy. Hatinya menghangat saat mendengar kata-kata yang terlontar dari bibir Mondy.

"Kok kamu diem ? Gak mau ya nikah sama aku ?" ucap Mondy lirih.
Buru-buru Raya menggelengkan kepalanya.
Raya mengusap lembut wajah Mondy dengan jari-jari lentiknya.

"Emangnya tadi kamu ngelamar aku ya ?" goda Raya dengan senyum jahil di wajahnya.

Mondy mengedikkan bahunya acuh.
"Ya anggap aja gitu" ucap Mondy.

"Gak so sweet ihhh" Raya mencubit manja pinggang Mondy dan memalingkan wajahnya kembali menghadap danau.

Mondy tertawa lebar melihat wajah Raya yang kesal tapi malah membuatnya terlihat menggemaskan.

Karena kesal dengan tingkah Mondy, Raya menghentakkan kakinya dan berjalan menjauhi Mondy.
Mondy pun tak tinggal diam ia mengejar Raya dan akhirnya terjadilah aksi kejar-kejaran antara mereka berdua.

***

Rasya menatap gadis di depannya yang tengah asik memakan es krim, tanpa memperdulikan es krim miliknya yang sudah mencair karena tak disentuh pemiliknya.

Merasa diperhatikan Ranty mendongakkan kepalanya menatap Rasya yang memang tengah menatapnya membuat Ranty salah tingkah.

"Bapak, kenapa liatin saya ? Itu es krim-nya gak dimakan, cair loh itu" tunjuk Ranty pada es krim Rasya. Rasya hanya tersenyum, tangannya tergerak mengambil tisu di depannya dan mengarahkan ke mulut Ranty yang terdapat sisa es krim.

"Kamu lucu banget sih, makan es krim sampe cemong gitu kayak anak kecil" ucap Rasya disela-sela aktifitasnya.
Ranty gugup seketika, wajahnya memerah menahan malu.

"I-iya pak maaf, saya emang kayak gitu kalau makan es krim" jawab Ranty.

Rasya mengangguk mengerti. Ia memalingkan wajahnya dan melihat Raya dan Mondy yang tengah berkejaran dengan Mondy mengejar Raya. Raya tertangkap dan Mondy menggendongnya dari belakang dan memutarkan tubuh mungil Raya. Raya tertawa lepas begitu pun Mondy.
Rasya tersenyum haru, setidaknya ia tidak salah mempercayakan Raya kepada Mondy. Karena mereka terlihat sangat bahagia bersama.

"Bapak cemburu ?" tanya Ranty polos.

"Hah ???" pertanyaan dari Ranty menyadarkan Rasya. Ia kembali menatap Ranty dengan tatapan bertanya.

"Bapak cemburu liat Pak Mondy sama Raya ?" Ranty mengulang pertanyaannya.

Rasya tersenyum dan menggeleng.
"Enggak, saya cuma seneng aja ngeliat mereka bahagia Ran."

"Iya pak, Raya beruntung banget dicintai pak Mondy" ucap Ranty.

"Kamu kan beruntung juga"

Ranty mengerutkan dahinya tidak mengerti maksud dari perkataan Rasya.

"Iya, kamu beruntung lo dicintai saya" ucap Rasya.

"HAH ?!" saking shock-nya Ranty sampai tidak sadar dirinya berteriak. Buru-buru Ranty menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Bapak bisa aja becandanya" sambung Ranty pelan.

Rasya mengambil sebelah tangan Ranty dan menggenggamnya.
"Saya serius Ran. Sejak kejadian saya nolongin kamu dari preman-preman itu entah kenapa saya selalu ingin dekat sama kamu, melindungi kamu, bahkan saya selalu kepikiran kamu kalau di rumah. Dan akhirnya setelah semua ini, saya sadar saya jatuh cinta sama kamu" Ranty menatap Rasya seolah tak percaya. Ia mencari ketulusan di mata Rasya, ia takut jika Rasya hanya menjadikannya pelarian saja.
Namun, ia merasa Rasya tulus dengan semua ucapannya.
"Apa kamu mau jadi pacar aku Ran ?" sambung Rasya.

Ranty yang memang telah lama menyukai Rasya pun dengan senang hati mengangguk.

"Cieee ada yang jadian nih" ucap Raya. Entah sejak kapan Raya dan Mondy telah berada di belakang mereka tanpa mereka sadari.

"Pj dong" ucap Mondy.

Kini mereka telah duduk berempat dalam satu meja.

"Ya udah pesen aja, ntar gue yang bayar. Hitung-hitung berbagi kebahagian sama lo berdua" ucap Rasya. Tangannya masih setia merangkul Ranty.

"Jadi ceritanya kita double date nih ?" sambung Mondy yang kemudian tak ingin kalah dari Rasya. Ia pun merangkul mesra Raya. Sedang Ranty dan Raya hanya tersenyum manis.

Kemudian mereka melanjutkan acara makan siang mereka dan setelah itu bersiap-siap akan kembali ke Jakarta.








Thank's yang udah baca, vote, dan comment

Kisah AkuWhere stories live. Discover now