A

210 20 0
                                    


Merasakan pergerakan di pipi kiriku, tidurku terusik. Aku lantas menggeliat dan membuka mataku. Ternyata Mario yang menusuk-nusuk pipiku, kurang kerjaan banget. 

"Ngapain sih?" tanyaku setengah melek.

"Kamu belum minum obat sayang, bangun dulu sebentar ya?" ucapnya. 

Aku hanya mengangguk lemas. Mario membantu ku duduk dengan posisi nyaman, aku sedikit merapikan rambutku. 

"Nih, nyantai aja minumnya..." ucap Mario lagi. 

Aku memasukan obat itu ke mulut dengan perlahan, lalu meneguk setengah gelas air putih. 

"Acha tidur disini?" tanya Mario sambil melihat Alicia yang sudah tertidur di sofa tempat biasa Mario tidur, dengan nafas yang teratur juga selimut Mario ditubuhnya. 

"Iya kayaknya. Dia bilang, kangen aku dan pengen ikut jagain" jawabku. 

Mario hanya mengangguk paham, dan duduk di kursi samping ranjangku. Aku menatapnya yang sedang membuka jaket dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. 

"Kamu udah makan?" tanyaku sembari memainkan rambut kemerahan miliknya. 

"Udah, tadi sekalian keluar" jawbanya masih fokus pada ponsel. 

"Darimana sih? Rambut kamu basah banget." 

"Tadi kan keluar beli makan, sama ngopi. Pas balik kesini ujan jadinya--- aduuduhhhh" aku menjambak rambutnya yang mulai panjang itu. 

"Ngopi terus! Udah tau ujan, bukannya neduh dulu" kesalku. 

"Iya sayang ampun, aduh-aduh. Nanggung tadi tuh, lagian udah malem" aku kembali mengusap-usap rambutnya. 

Aku melirik, Mario tengah bermain games di ponselnya. 

"Gimana kuliah kamu hari ini?" tanyaku masih anteng memainkan rambutnya. 

"Gak ada yang penting, tadi cuman kuliah biasa, terus kumpul dulu BEM habis itu ke club pecinta alam dan .." Mario mengangkat kepalanya menghadapku. 

Aku menaikan alis, bertanya ada apa

"Tadi aku kesini bawa apa ya?" tanyanya kebingungan. 

"Mana aku tau.." jawabku. 

Mario menepuk pelan keningnya. Lalu beranjak dari duduknya beralih ke kantong kresek di meja yang ia bawa tadi. 

"Almost forgot, tadi pas perjalanan kesini aku nemu yang jualan ini" Mario memberiku boneka Stitch. 

Aaaaakkk! That's my favorit blue. 

Aku menjerit dalam hati, sudah lama sekali Mario tidak memberikanku boneka ini. Biasanya sih rutin, sebulan sekali mungkin. Dari mulai keychain, boneka, selimut, bantal, ah macam-macam bentuknya. 

 "Suka?" tanyanya ketika boneka Sticth berukuran sedang itu menghampiri tanganku. 

"More than that..." aku tersenyum puas. 

Mario hanya terkekeh dan mengusap puncak kepalaku. Mario kembali duduk di tempatnya masih memainkan game di ponselnya itu. 

"Makasih ya..." ucapku. 

Mario hanya berdehem. 

"MAKASIH YA" ucapku menarik ponsel dari tangannya. 

"Jangan cuekin aku" ketusku. 

Tidak bisa berkutik, Mario hanya menopang dagunya dengan sebelah tangan dan ekspresi cemberut plus kesal. 

"Katanya hampa, giliran aku baik kamunya malah cuekin aku" ketusku. 

Dareka no Tameni [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن