Missing you

8.6K 431 11
                                    

Author's POV

Angin berhembus meniup helaian rambut orang-orang yang berdiri di sana, menatap nisan makam yang bertaburan bunga di depan mereka. Tak percaya bahwa, nisan itu adalah milik orang yang mereka kenal dan Orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.

Semuanya terjadi begitu saja.

Tidak terduga..

Mereka seolah tak dapat berkata apa-apa, entah apa yang harus mereka lakukan. Menangis? 

Tapi, tangisan mereka takkan mampu membuat orang yang sudah meninggal itu hidup lagi,

Seorang wanita setengah baya berdiri di depan makam itu, tangisnya pecah dan ia hanya bisa berteriak histeris menatap makam yang berada tepat di depannya, sampai-sampai ia tak mampu menopang tubuhnya untuk berdiri dan akhirnya terjatuh.

Pemakaman itu hanya pemakaman sederhana untuk melepas sosok yang takkan bisa mereka lihat lagi.

Wanita itu terus menangis, mengutuki takdir yang tidak adil. Dan.. berteriak histeris seolah tidak menerima kenyataan.

Seorang Wanita lain yang mengenakan pakaian hitam tanda berduka, memegangi pundaknya perlahan, berusaha menenangkan wanita yang sekarang sedang berteriak histeris dan menangis itu. 

Wanita itu juga ikut meneteskan air matanya melihat semua yang terjadi.

'Tidak adil BU" Seru wanita yang berteriak histeris tadi. Wanita disampingnya, memegang bahunya dan berusaha menenangkannya.

"Kita harus merelakannya bu" Ia memejamkan matanya hingga air matapun ikut mengalir dipipinya.

"Kenapa dia cepat sekali meninggal? kenapa dia meninggalkan kami" wanita yang tadi berteriak histeris itu ternyata tidak mampu dibuat tenang, hingga  ia kembali berteriak histeris.

Tangisnya mulai pecah lagi, beberapa orang yang hadir ke makam itu hanya bisa termenung, masih tak percaya  bahwa orang yang mereka kenal itu kini sudah kembali ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa.

Tapi wanita tadi tetap berteriak histeris, ia marah dengan kenyataan. Marah dengan takdir.

Suaminya, Retno, harus meninggal akibat kecelakaan yang menimpanya,

dan sekarang, Wanita yang bernama, Bi Rangun itu, hanya bisa berteriak histeris, meneriaki takdir, karena kepergian suaminya yang sangat tiba-tiba.

Meninggalkannya bersama dua putranya yang masih sekolah.

Sedangkan, majikan dari suaminya, Bu Arina,memegang bahunya, ikut berduka cita, juga sedih akibat nasib yang menimpa putrinya dan tunangannya.

Kecelakaan yang tepat terjadi pada tanggal pertunangan Isabell dan Alven, telah merengut nyawa sopir pribadinya yang telah berkerja untuk keluarga Isabell selama kurang lebih 10 tahun, rasanya begitu berat.

Orang yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri itu, ternyata kini harus pergi menghadap Tuhan yang maha kuasa.

Kepergiaannya seakan tak terelakan oleh keluarganya, Bu Arina hanya bisa meneteskan air matanya, tidak tahu harus berkata apa.

Iapun harus menghadapi kenyataan bahwa Isabell dan Alven kini terbaring lemah di rumah sakit, mungkin mereka akan sadar esok? Atau lusa? atau entahlah, tidak ada yang tahu. atau mungkin mereka tidak akan sadar selamanya.

Memikirkan hal itu, membuat Bu Arina, meneteskan air matanya kembali. Ia berusaha menahannya, tapi semakin ia menahannya,  rasanya ia semakin ingin menangis.

Sudah sehari sejak kecelakaan itu.

Sopirnya, Pak Retno, meninggal setelah beberapa jam di rawat di rumah sakit dengan kondisi kritis, sedangkan Isabell dan Alven?

Season Of love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang