Hamzah ayah Mondy mengunjungi rumah sahabatnya Restu yang baru saja pulang dari Amerika. Karena memang telah lama mereka tidak bertemu, sebelumnya Restu dan keluarganya menetap di Amerika.

"Rasanya lama sekali kita tidak bertemu, tapi tetap saja kau tampak masih selalu segar padahal umurmu sudah tidak muda lagi hahaha" ucap Restu.

"Hahaha kau ini bisa saja. Lalu bagaimana apakah bisnismu berjalan lancar ?" ucap Hamzah.

"Iya sejauh ini usahaku tidak pernah mengalami masalah besar, bagaimana denganmu ? Apa diusiamu yang sudah tua ini kau masih sibuk mengurus perusahaanmu yang sangat besar itu ?" Restu menghembuskan asap rokok dari mulutnya dan meletakkan puntung rokoknya ke asbak.

"Tidak, aku meminta putraku yang mengurus perusahaanku" jawab Hamzah.

"Maksudmu Mondy ?"

"Tentu saja, kau pikir anakku berapa ? Hanya Mondy" ucap Hamzah setengah kesal.

"Hahaha aku yakin Mondy pasti telah berubah menjadi orang hebat sekarang, dan kemampuannya mengelola perusahaan dan berbisnis pasti sudah mengalahkanmu" ucap Restu.

"Ya, dia memang anak yang hebat. Dia bisa mengelola perusahaan keluargaku dengan baik. Lalu bagaimana denganmu apa anak perempuanmu juga sudah membantumu mengurus perusahaan ?" ucap Hamzah.

Restu menggeleng tegas.
"Kau pikir apa yang bisa dilakukan anak perempuan selain menghabiskan uangku dengan ke salon dan berbelanja ? Di usiaku yang tidak muda lagi aku harus tetap mengurus perusahaanku. Tapi tetap saja aku sangat menyayangi putriku itu" ucap Restu dan meneguk kopi hitam yang tersaji di hadapannya.

"Apa putrimu belum menikah ? Kalau begitu kau bisa mencarikannya suami yang bisa kau suruh untuk mengelola perusahaanmu" ucap Hamzah memberi ide.

"Belum, entahlah aku tidak menemukan pria yang kurasa tepat untuk putriku" ucap Restu. Tiba-tiba sebuah nama melintas di pikirannya begitu saja.
"Bagaimana jika Mondy ?" tanya Restu yang membuat Hamzah tersentak.

Hamzah menggeleng.
"Mondy sudah memiliki kekasih" ucap Hamzah.

"Sayang sekali" Restu mendesah kecewa. Padahal jika Mondy menjadi menantunya ia bisa saja mendapatkan keuntungan yang besar.

"Sudahlah jangan kau pikirkan, putri cantikmu pasti bisa mencari seseorang yang baik untuk dirinya" ucap Hamzah.

Setelah mengobrol panjang lebar akhirnya Hamzah pamit pulang.

***

Mondy membaca baik-baik email yang dikirim oleh sahabat sekaligus orang kepercayaannya Haikal. Ia meminta Haikal mencari tahu siapa itu Rio.
Dan Haikal telah mendapatkan informasinya.

Dalam email yang dikirim Haikal Rio adalah anak pemilik Yayasan Sekolah Tunas Bangsa tempat Raya dulu bersekolah di Bandung. Dia adalah putra dari Denny Andreas, yang sekarang menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya "Angkasa Jaya" yang ada di Jakarta. Perusahaannya cukup besar tapi tidak sebesar perusahaan Mondy.

Hanya itu.

Lalu hubungannya dengan Raya ?
Segera Mondy mengambil handphonenya dan menekan tombol calling menghubungi Haikal.

Saat suara haikal menyapa indera pendengarannya Mondy mengeluarkan perintah pentingnya kepada Haikal.

"Cari apa hubungan antara Rio Andreas dan Raya Nur Adeera saat mereka sekolah dulu ! Secepatnya !" ucap Mondy tegas.

Mondy memijit pelipisnya. Entah kenapa pikirannya sangat kalut dan takut. Takut jika seseorang itu adalah orang penting di hidup Raya atau seseorang dari masa lalu Raya yang kembali. Ia tidak ingin ada orang lain yang ingin merebut Raya darinya. Tidak, tidak akan Mondy biarkan siapapun mendekati wanitanya.
Untuk itu ia berusaha mencari tahu apa hubungan Raya dan Rio di masa lalu. Terlebih saat Raya yang terlihat lebih memilih tidak terbuka kepada Mondy.

****

Raya menatap Mondy yang sepertinya melamun di meja kerjanya.

Dengan pelanRaya melangkahkan kakinya menghampiri Mondy dan membungkukkan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Mondy.

Tanpa Mondy sadari Raya telah berdiri di hadapannya dan melambaikan tangannya di depan wajah Mondy, sampai akhirnya Mondy tersentak melihat wajah Raya yang berada tepat di depan wajahnya.

Raya menegakkan badannya dan melipat kedua tangannya di dada.
"Kamu mikirin apa sih Mon ?" tanya Raya.

"Enggak gak mikirin apa-apa" jawab Mondy.

Raya menatap Mondy seolah tidak percaya dengan penjelasan Mondy.

Dengan jahilnya Mondy menarik pinggang Raya dan mendudukkan di pangkuannya.

"Mondy apaan sih ? Lepasin" ucap Raya berusaha bangkit namun Mondy malah memeluk pinggang Raya erat.

"Sebentar aja Ray" ucap Mondy. Raya terdiam dan membiarkan saja Mondy memeluknya dengan posisi seperti itu. Sejujurnya Raya juga merasa nyaman dengan perlakuan Mondy.

Mondy memutar tubuh Raya agar berhadapan dengannya.
Matanya meneliti wajah cantik gadis di hadapannya ini. Gadis aneh yang sekarang telah resmi menjadi pacarnya dan sangat ia cintai.

Mereka saling menatap dalam tanpa suara seolah mereka berbicara dari hati ke hati.

Tiba-tiba Raya merasakan sesuatu yang kenyal dan lembab menyentuh bibir mungilnya.

Sedikit terkejut Raya melihat Mondy yang tengah memejamkan matanya.
Ada getaran aneh di dalam dirinya mengetahui Mondy menciumnya. Seolah terhipnotis perlahan Raya pun memejamkan matanya.

Mondy menggerakkan bibirnya menyesap dan melumat bibir atas dan bawah Raya bergantian. Dengan kedua tangan Raya yang telah mengalung sempurna di leher Mondy.

"Engh....." desahan tertahan Raya menyadarkan Mondy atas perbuatan mereka.

Mondy melepaskan pagutan bibir mereka dan mengelus bibir manis Raya lembut.

"Maaf" satu kata keluar dari bibir Mondy. Ia takut jika Raya marah padanya.

Raya hanya mengangguk dan menundukkan wajahnya yang telah berubah menjadi merah merona.
Karena memang tidak dipungkiri ia juga menikmati ciumannya bersama Mondy.

















Maafkan karena ada sedikit adegan dewasa, ya walaupun memang hanya secuil sih wkwkwkwk

Kisah AkuWhere stories live. Discover now