Part 22

1.2K 155 23
                                    

Bae Irene POV

Setelah mengatur emosi ku , aku melangkahkan kakiku kembali menuju meja keluarga mino berada. Aku tidak yakin dapat menutup mulutku dengan apa yang sudah terjadi tadi. Rasa penasaranku akan tetap mengganggu sebelum aku bertanya kepada pria yang duduk di sampingku.

"Apa terjadi sesuatu?", tanya mino yang membuatku sadar.

"Jika aku beri tahumu kau akan terkejut", jawabku dingin.

Wajahnya menegang setelah mendengar jawabanku. Aku ingin sekali bertanya padanya tapi tidak di depan keluarganya dan juga di depan banyak orang. Karena aku yakin akan terjadi percekcokan antara aku dan Mino. Dan aku benci menjadi pusat perhatian.

"Bisakah kita pulang lebih awal?, pintaku dengan mengecilkan suaraku.

"Tidak sebelum kau memberitahu apa yang sudah terjadi", perintahnya.

"Baiklah aku naik taksi ",balasku mengabaikan perintahnya.

"Baiklah, kita pulang bersama", jawabnya dengan menghembuskan nafasnya.

Mino membukakan pintu mobilnya untukku. Aku merubah pikiranku untuk memberitahunya apa yang sudah terjadi. Setelah sepuluh menit tanpa pembicaraan akhirnya Mino membuka mulutnya.

"Irene, please tell me what's wrong?".

"Fine, i'll tell you. Tapi kau harus berjanji untuk mengantarku ke Apartement Krystal", tantangku.

Dia terdiam sejenak mencerna semua perkataanku. Dia memberhentikan mobilnya ke pinggir jalan.

"Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku, Irene. Bahkan aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padamu", jawabnya.

"Kapan kau akan berencana memberitahuku kalau mantan tunanganmu sudah kembali padamu?", tanyaku dengan senyum yang memprovokasinya.

Binggo! Dia terdiam melebarkan matanya menatapku tak percaya.

"Mengapa kau diam saja? Aku kira aku 'teman dekatmu' jadi apapun yang kau alami kau akan memberitahuku? Huh?", tanyaku terus memprovokasinya dengan menekankan kata teman dekatmu.

"B..bukan seperti itu, Irene. Aku hanya perlu waktu untuk memikirkan apa yang harus aku lakukan", jawabnya

"Kau bisa mempergunakan semua waktumu untuknya. Aku akan kembali ke New York besok jadi kau tak perlu memikirkan ku", kataku dengan sinis.

"Apakah kau akan seperti ini setiap kali ada masalah? Kau akan lari dariku?", tanyanya.

"Lari darimu? Aku bahkan harus kembali bekerja, Mino. Kau bahkan tidak memberitahuku kalau tunanganmu masih hidup".

"Aku berencana untuk memberitahumu tapi aku perlu waktu untuk mencari tahu tentang persaaanku sendiri. Dulu aku sangat mencintainya, dia mengatakan alasan mengapa dia meninggalkanku dan itu membuatku bingung", jawabnya.

Air mataku mulai mengalir. Apakah dia baru saja mengatakannya? Bahkan dia tidak mencintaiku. Aku mengerti apa yang harus aku lakukan. Pergi darinya dan biarkan dia bahagia dengan wanita yang dia pilih.

"Apa kau masih mencintainya?", tanyaku sambil menghaous air mataku.

"Aku tidak tahu", jawabnya menudukan kepalanya.

"Kau bisa mencari tahu tentang perasaanmu kepadanya seumur hidupmu, Mino".

"Baiklah aku rasa aku tidak bisa pergi denganmu. Aku akan naik taksi dan pergi ke apartement Krystal sendiri", tambahku.

"Good bye, Mino", dengan segera aku keluar dari mobilnya dan meninggalkan dia yang terdiam di dalam mobilnya.

Dia bahkan tidak berusaha untuk menahanku. Sekarang aku merasa membodohi diriku sendiri mencintai pria yang bahkan tidak mencintaiku. No wonder dia tidak memiliki kekasih setelah gagal menikah dengan Naeun. Selama ini dia hanya melakukan one night stand. All i feel right now is numbness. Kenapa dia tidak mengatakan sejujurnya kalau dia masih mencintainya. Why did i let this man into my life? Oh, the pain is growing. I can definitely feel it now how he ripped my heart out of my chest.



Dan berdirilah aku di depan apartement milik Krystal. Ku tekan bel apartement miliknya.

"Krystal", suaraku parau.

"What the hell just happened with you?", dia langsung memelukku.

"What is wrong with you? Kau terlihat seperti wanita yang baru saja putus cinta", tambahnya.

Aku hanya mengeratkan pelukanku kepadanya dan air mataku mengalir lebih deras.

"Apa yang telah di lakukan oleh Mr. Fancy Pants padamu, Irene?"

Setelah menceritakan semuanya kepada Krystal, aku segera memesan penerbangan untuk besok. Karena sudah tidak punya energy lagi, aku memutuskan untuk tidur di tempat tidurnya.

Waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi. Masih ada waktu untuk mengambil barang-barangku yang tertinggal di Apartement Mino.

"Krystal, kau harus mengantarku ke Apartement Mino sebelum ke Bandara. Semua barangku ada di sana", jelasku.

"Baiklah, masih ada waktu jadi kita harus cepat".



Aku berada di lift menuju apartement Mino. Aku merasa gugup untuk bertemu dengannya setelah pembicaraan semalam. Mungkin aku biarkan saja semua barangku tertinggal disini. Tapi tidak mungkin karena passpor ku berada di koperku.

Pintu lift terbuka dan berdirilah di sana Naeun yang sedang melambaikan tangannya kepada Mino yang berdiri di depan pintu apartementnya. Setelah Naeun membalikan badannya, dia pun memasang senyum 'i told you, he's still mine' kepadaku dan mulai masuk ke dalam lift.

Bertemulah mataku dengan kedua mata yang sudah menghantuiku sejak pertama bertemu, tidak lain adalah Song Minho.

Dia berdiri hanya dengan pj pants dan kaos putih tipis miliknya dan tetap terlihat tampan. Shit! Did i just say that?

Aku berjalan menuju pintu apartementnya.

"Aku ingin mengambil barang-barangku yang tertinggal", jelasku tanpa menatap matanya.

Dia memegang bahuku dengan kedua tangannya.

"Tatap mataku", perintahnya.

Aku menolak untuk menatapnya.

"Mr. Song please. Aku tidak punya banyak waktu, pesawatku akan segera berangkat dan Krystal sedang menungguku di mobil".

Dia membuka pintu apartementnya dan mempersilahkanku untuk masuk.

Setelah mengemas semua barang-barangku ke dalam koper aku melangkahkan kaki ku menuju pintu keluar.

"Are we over?", tanyanya dengan wajah pucat.

"Aku bahkan tidak ingat kapan kau memintaku untuk menjadi pacarmu", jawabku sarcastically.

"Please don't leave me. Biarkan aku menyelesaikan ini semua", pintanya.

"Dan bagaimana kalau kau masih mencintainya dan kembali padanya?".

"Menunggumu dan berakhir dalam kesedihan? Sebodoh itukah aku?",tambahku.

Dia menundukan kepalanya yang aku yakin dia sedang mencari jawaban atas pertanyaanku.

"Have a nice life with her, Mr. Song. Goodbye".

Ya, aku memilih untuk meninggalkannya. Apakah akuegois hanya karena aku takut patah hati?     

Me & Mr. SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang