Magis 3

14 1 0
                                    

"Aku rindu magis" ungkapnya

Lantas aku melihat wajahnya, melihat mata nya, kebohongan jelas dimatanya.

"Ravi jangan bermain drama sekarang." ucapku tegas
"Kita tak akan pernah kembali, ingat itu." sambungku lagi
"Kamu tau, malam itu jelas jelas kau melakukan nya bersama dia? dan kamu mencampakanku? menyebutku jalang dan hal hal hina lainnya? kau menghinaku karna aku cacat? karna aku tak bisa hamil? apa maumu sekarang? menginjak ku lagi? jangan membuat perkara lagi ravi, kita ini masa lalu, hanya cerita dahulu." ucapku

Dia menghela nafas kasar, mengusap wajahnya berkali kali. Aku tau kalau perkataan ku menamparnya barusan.

"Dengarkan aku dulu, sebelumnya aku menyesal dan minta maaf atas perbuatan ku dahulu, dan maria ...... dia sudah meninggal."ucapnya dengan helaan nafas

Aku melihat wajahnya, matanya menyiratkan kesedihan mendalam. Kukira ini kebohongannya yang lain, tapi yang ini memang benar terjadi.

"Dia meninggal karna penyakitnya kambuh dan dia sedang mengandung." ungkapnya

Suara nya kian bergemetar, ada sebuah air di pelupuk matanya, jika sedikit tersenggol maka air itu turun bebas melintasi pipi nya. Aku segera mendekatkan diriku, memeluknya, menyalurkan semangat dan kasih sayang. Dia larut dalam pelukanku, menghantarkan air mata yang jatuh dari mata coklatnya. Dia menangis, menangisi kepergian wanitanya. menangisi hilangnya warna hidupnya, disaat bersamaan aku berpikir "Mengapa saat kami berpisah, dia tak menangisiku seperti ini?" itu pertanyaan yang terlintas dikepalaku.

"Dia dan bayiku .." ucapnya tergantung

Aku mengelus pucuk kepalanya, memberikan rasa hangat dan juga semangat.

"Sudah jangan dilanjutkan, kamu sudah menahan kesedihanmu sampai seperti ini." ucapku

"Aku mencintainya magis" bisiknya

flashback off

Saat ini, terik matahari dan suara angin sangat menarik perhatian ku ketimbang orang yang berada didepanku.

"makan?" Tanya brown
"tidak own , aku sedang tidak nafsu"

aku kembali melihat jendela disebelahku, terik matahari yang nampaknya ingin bertarung dengan kerumunan manusia. Angin panas nya, menyentuh kulitku, memberikan rasa panas dengan cepat menjalar ke lenganku. Brown masih setia bersamaku. Tidak, kami tidak berpacaran atau apapun, kami hanya teman. Samar samar, aku melihat perempuan tersenyum kepadaku.
"manis" Pikirku
setelah melihatnya, aku mulai fokus kepada makananku dan berpikir.

"mengatakan rindu disaat dia masih mencintai, dijadikan tempat pelampiasan dan tempat pelarian. dibiarkan menunggu, dan sekarang meminta kembali."

"kau kejam ravi."

🌜

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MagisWhere stories live. Discover now