Drabble 'Suicide'

1K 163 16
                                    

Disclaimer : Masashi Kishimoto
Kategori (Drabble)
Pairing : SasuNaru
Fandom : Naruto
Sub-tema : Sasuke's Birthday & Plot Twist & Keyword 4 (boikot, landak, permen karet, empuk)
Rating : G
Warning : depresi, bunuh diri

Cerita ini dibuat hanya untuk kesenangan belaka dan bukan untuk menjatuhkan karakter Masashi Kishimoto maupun untuk dikomersilkan.
.

Boikot terhadap album baru "Sadness and Sorrow".

Bagi Sasuke itu hal biasa.

Komentar empuk dilayangkan padanya.

'Harusnya lebih baik dari sebelumnya!'

'Jelek sekali! Aku kecewa!'

'Mati saja yang buat! Menyedihkan! Haha!'

Sebagian besar datang dari fans lamanya. Atau lebih tepatnya fans bak permen karet yang keberadaannya muncul sekali kunyah, lalu menghilang.

Diusap rambut landak miliknya. Dihembuskan napasnya.

Ini hadiah ulang tahun terburuk baginya.

Harusnya omongan mereka tak didengar. Harusnya.

Sayang, batin dan fisik saling bertabrakan. Wajahnya tetap datar, tapi hatinya bagai dihujam beribu jarum tajam.

Apakah ia sebegitu tak berguna? Apakah ia tak dibutuhkan lagi oleh siapapun?

Orangtuanya saja membuangnya, apalagi orang asing. Sasuke mendengus pelan.

Maka digenggamnya tali yang bergantung. Dinaikinya kursi pendek, dilewatinya lingkaran kematian.

Mata hitam dipejam.

Selamat tinggal.
.
.
.
.
.
.
.
.

"JANGAN BERCANDA, TEMEE!!!"

Pintu didobrak keras. Kursi kayu berserobok menghancurkan pintu.

Pemuda pirang terengah kehilangan napas. Ia melangkah panjang. Diraihnya kaki jenjang berbalut jeans yang ada di atas kursi, dan dipeluknya erat.

"Jangan sia-siakan hidupmu, Brengsek! Jangan pergi seenaknya sendiri!" Naruto menjerit memecah keheningan malam.

Tubuh Naruto bergetar hebat. Dirasakan Sasuke, ia menangis diam.

"Jangan putuskan sendiri..., a-aku... jangan tinggalkan aku sendiri, aku... membutuhkanmu..." lirih Naruto pelan. Tubuhnya merosot jatuh, namun tetap memerangkap kaki sahabat.

Sasuke terenyuh. Segala beban di pundak terasa menghilang.

Setidaknya ada satu orang yang mengakui keberadaannya. Setidaknya ia tidak sendirian.

Ia berharga untuk hidup.

Air mata mengalir di pipi putih. Bibir tipis bergetar menahan isak. Dijauhinya tali kematian, dan direngkuhnya tubuh sahabat.

Mungkin ini bukanlah akhir. Tapi sebuah awal dari hidupnya.
.
END
.
.
A/N : Please be respect. Bunuh diri bukan solusi, tapi setidaknya mengertilah keadaan orang depresi. Jangan judge, tapi rengkuhlah mereka.

RIP Chester. Semoga kau tenang di sana.

AsupanWhere stories live. Discover now