(2) X-Ray

281 17 17
                                    

~Jika sakit hati telah bermekaran dalam kalbuku. Aku ingin membungkam bibir rapat dan mengatakan aku baik-baik saja~

Seperti yang kuduga, aku akan selalu terlambat di mana pun berada. Kebiasaan ini telah mengakar kuat di dalam hatiku. Aku terkenal dengan sebutan Ratu Telat. Hingga aku sendiri berpikir bahwa urat malu ini tengah terputus makanya tak jerah sedikit pun. Aku bisa apa? Setiap kali aku berusaha bangun pagi pun juga begitu. Aku tak bisa mengatur waktuku dengan baik. Tentu aku frustasi.

Menanggapi masalah CT-Scan kemarin yang menggunakan sinar-X. Mata kuliah kali ini membahas perihal tersebut. Kata kuncinya adalah foton berenergi tinggi. Aku membolak-balik buku Konsep Fisika Modern dan mencatat sebagian yang menurutku penting di dalam Jurnal Harian.

Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi.

Pada tahun 1895, Wilhelm Roentgen mendapatkan bahwa radiasi yang kemampuan tembusnya besar sifatnya belum diketahui, ditimbulkan jika elektron cepat menumbuk materi. Sinar-X ini didapatkan menjalar menurut garis lurus walaupun melalui medan listrik dan magnetik dapat menembus bahan, dengan mudah, menyebabkan bahan fosforesen berkilau dan menyebabkan perubahan pelat fotografik. Bertambah cepat elektron semula, maka bertambah hebat kemampuan tembus sinar-X, dan bertambah banyak jumlah elektron, maka bertambah besar pula intensitas berkas sinar-X.

Belum lama setelah penemuan itu orang mulai menduga bahwa sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik. Kemudian kubandingkan kembali dengan semua panjang gelombang yang ada.

Yah begitulah jika kulihat lagi sinar-X ini mirip sinar Ultraviolet

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Yah begitulah jika kulihat lagi sinar-X ini mirip sinar Ultraviolet. Aku jadi membalikkan halaman sebelumnya yang menyatakan bahwa cahaya adalah partikel gelombang.

Bagaimana panjang gelombang sinar-X diukur?

Pada tahun 1921, suatu metode dicari untuk mengukur panjang gelombang sinar-X. Eksperimen difraksi dapat dianggap ideal. Pada optika fisis, jarak antara dua garis yang berdekatan pada kisi difraksi harus berorde sama besar dengan panjang gelombang cahaya supaya didapat hasil yang memuaskan. Kisi yang berjarak sangat kecil seperti yang diperlukan untuk sinar-X tidak dapat dibuat.

Namun, pada tahun 1912 itu pula, Max von Laue menyadari bahwa panjang gelombang yang diduga berlaku untuk sinar-X berode besar hampir sama dengan jarak antara atom-atom dalam kristal yaitu sekitar beberapa nanometer. Bisa dibayangkan begitu kecilnya. Dengan alasan itu, ia mengusulkan bahwa kristal dapat dipakai untuk mendefraksi sinar-X dengan kisi kristal berlaku sebagai tiga dimensi. Tahun berikutnya, eksperimen yang memadai untuk hal tersebut telah dilakukan, dan sifat gelombang sinar-X secara sukses ditunjukkan.

Dalam eksperimen itu telah ditemukan panjang gelombang 0,013 dan 0,048 nm, 0,0001 kali panjang gelombang cahaya tampak, sehingga mempunyai kuanta 10.000 kali lebih energitik. Kalau konsep mendefraksi sinar-X kayaknya lebih cocok dengan gambar ini deh.

Physics Not DoctorsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora