It's Begin

63 3 0
                                    

Namaku Reika, Reika Aralyn. Aku kuliah di universitas Garuda jurusan arsitek semester 7, dalam waktu beberapa minggu ini aku akan berusaha menyelesaikan perkuliahan secepatnya dan aku akan terbang ke jepang meninggalkan tanah air tercinta untuk sementara waktu demi menggapai cita-cita. Dulu aku masih bertanya-tanya pada diri sendiri kenapa aku bisa jauh-jauh kuliah disini padahal ada universitas yang lebih dekat dengan rumahku dan juga termasuk universitas favorit dikotaku, jawabannya hanya satu mungkin inilah takdirku dan aku tidak akan menyesali pilihanku.

Aku akan menjalani kehidupanku dengan sepenuh hati dan menjadi sukses berguna bagi nusa dan bangsa. Jerih payah dan keringat yang bercucuran disekujur tubuhku saat ini adalah pemicu untuk meraih kesuksesan suatu hari nanti. Kampus ini, ruang kelas yang selalu aku hadiri saat belajar, jalan yang melintang sepanjang kampus dan rumput yang bergoyang disana akan menjadi saksi bisu perjuanganku disini. Aku akan merindukan suasana ini suatu hari nanti, tapi aku tidak kuat dengan terik matahari disini karna sangat menyilaukan.

"Ya Tuhan kenapa panas sekali" aku tidak berhenti menggerutu disepanjang jalan kampus sejak keluar dari ruang kelasku.

"Kenapa kampus ini dibangun begitu besar daritadi aku belum sampai di gerbang depan padahal aku sudah mempercepat jalanku".

Benar, kampus ini adalah salah satu universitas paling besar dan luas di kota ini yang terletak di atas bukit, dan para arsitek sangat memanfaatkan lahan yang ada disekitar dan tidak tanggung-tanggung dalam membangun kampus ini, dan juga menurutku ini salah satu penyebab kenapa aku merasa sangat kepanasan saat berada dikampus ini karena kampus ini di atas bukit dan lebih dekat dengan matahari, ya mungkin bisa jadi begitu.

"Ah selamat siang kak Reika" teriak seseorang kepadaku.

"Ah..siapa?" Gumamku langsung melirik kearahnya. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas tapi aku yakin dia junior karena memanggilku kakak.

"Oh..iya" aku hanya jawab singkat padat dan jelas kepadanya.

"Lihat wajahnya kenapa begitu sekali padahal hanya disapa sama junior, ternyata benar kata orang-orang".

Aku mendengar seseorang sedang berbisik kepada seseorang lagi. Aku pura-pura tidak dengar saja, aku tidak mau meladeni mereka, aku capek sekali.

"Iya sepertinya benar kalo dia orang yang sangat pemarah, kamu tadi lihat kerutan diwajahnya tidak, apa mungkin dia direvisi sangat banyak jadi dia kesal"

"Iya dari samping saja sudah terlihat mengerikan apalagi dari depan"

Aku dengan sengaja tiba-tiba menghentikan langkahku karena aku sedang malas mendengar kata-kata seperti ini, dan aku yakin mereka juga pasti kaget karena aku mendengar langkah kaki mereka yang juga tiba-tiba berhenti.

"Aa..aaa..ayok...kita percepat saja jalannya aku takut kalau dia melampiaskan amarahnya pada kita".

"Ii...iyaa...nanti kita bisa ketinggalan kereta". Mereka pun mempercepat langkahnya dengan berlari jauh dariku dan ekspresi kaget campur takut.

Lagi-lagi aku mendengar bisik-bisik tetangga, pasti disaat seperti ini selalu saja ada yang membicarakanku dari belakang, aku sudah terbiasa tapi aku bosan mendengarnya karena mereka pasti mengomentari wajahku.

"Yasudah sana pergi jauh-jauh dariku panas-panas begini malah bisik-bisik, mana ada bisik-bisik suaranya sekeras kalian bikin kesal saja. Tapi sejak kapan mereka dibelakangku, padahal daritadi aku sendiri".

Kenapa mereka membicarakan wajahku? Kenapa kerutan wajahku disinggung? Kenapa aku dikatakan pemarah? dan kenapa aku mengatakan wajahku bisa berubah dan mencoba menjadi normal? Apa yang sebenarnya pada wajahku, mungkin banyak pertanyaan seperti itu melintas di benak orang-orang yang mendengar perkataan dari para team bisik-bisik tetangga.

Yang jelas ini sama sekali tidak seperti cerita fantasy di komik, film atau novel yang wajah seseorang bisa berubah menjadi monster atau apa jika terkena sesuatu hal seperti disinetron, mermaid saat keluar dari air akan menjadi manusia dan akan kembali menjadi mermaid jika terkena siraman air. Aku bukan seperti itu, aku ini hanyalah manusia biasa yang memiliki kekurangan dan tak luput dari kesalahan. Begitu juga dengan wajahku, tidak ada yang aneh dan tidak ada yang salah, dan masih dalam batas wajar layaknya wajah manusia biasa dan bukan layaknya seperti wajah seorang peri atau bidadari khayangan.

Aku bukan seseorang yang pemarah, aku akui kerutan itu benar adanya. Kerutan yang mereka maksud itu adalah kerutan dahiku dan aku sadar akan hal itu. Aku begitu bukan tanpa alasan, aku hanya seorang manusia yang lemah yang tidak kuat akan terik sinar matahari, lebih tepatnya mataku tidak tahan jika berlama-lama berjalan dibawah sinar matahari. Jika berjalan dibawah matahari terik ini, mataku akan otomatis menyipit sendiri untuk mengurangi silaunya cahaya mentari yang masuk kemataku dan otomatis dahiku juga ikut berkerut dan alisku seperti terlihat menyatu, hal ini menimbulkan kesan seperti seseorang yang sedang memendam kemarahan.

Padahal bukan itu yang sebenarnya terjadi, sudah kucoba berjalan dan melihat sekeliling dengan mata terbuka seperti biasanya dibawah terik matahari tapi aku tidak sanggup karna rasanya perih sekali dan mataku akan mengelurakan air mata kepedihan. Ekspresi menahan silau cahaya mentari ini akan berakhir jika aku sudah berada ditempat yang teduh, dan tidak akan berubah selama masih terpapar sinar matahari langsung.

Jadi tidak ada yang salah dengan wajahku, hanya mereka saja yang terlalu berlebihan menyimpulkan ekspresi wajahku dan menyebarkan berita tidak-tidak tentang diriku padahal mereka hanya menilai dari luarku saja tanpa mengetahui bagaimana aku aslinya dan disaat seperti inilah aku merasakan kesedihan menerpaku karna telah dinistakan.

===

Setelah menempuh perjalanan sejauh 1,5 km menuju rumah dengan berjalan kaki dibawah terik matahari, akhirnya aku sampai juga dirumah tercinta.

"Akhirnyaa aku sampai jugaaa.... Kenapa  sampai sekarang tidak ada kendaraan umum sih masuk kedaerah sini? Astaga.. melelahkan sekali..." Aku menarik nafas lega efek kelelahan.

Disinilah aku tinggal, disebuah rumah kontrakan sederhana yang asri dan aku menyebutnya Rumahku Rumahmu. Disini aku tinggal dengan 3 orang teman yang juga satu kampus namun berbeda jurusan. Terkadang aku merasa tidak punya teman sama sekali, karena mereka hidup di dunia mereka masing-masing dan semuanya sedikit kurang normal.

===

Anggaplah ini kami ^^v

Anggaplah ini kami ^^v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
it's a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang