11. Rusuhin Veranda

Start from the beginning
                                    

"Ya terus masa aku buang sih?" Jawab Kak Ve cepat.

"Iya dong, kan uda putus kalo masi nyimpen barang-barang hasil pemberian mantan itu namanya belom bisa move on." Balasku mencoba memojokan Kak Ve.

"Teori darimana tuh?" Tanyanya sambil menaikan sebelah alis heran.

"Dari aku lah. Aku aja semua barang-barang yang ada bau bau Hamids, aku buang semua atau aku kembaliin ke orangnya."

"Itusih lebay namanya, ga ada faedah nya. Capek-capekin-in tenaga." Cibir Kak Ve masih tak acuh.

"Ish Kak Ve dikasi tau juga, gih buruan balikin nih barang-barang pemberian Kak Kinal ke orangnya."

"Gak ah, biarin aja aku males ketemu dia. Toh aku ga pernah pake lagi tuh sepatu dari dia. Ataupun barang-barang yang lain."

Sesaat aku merasa putus asa ketika mendengar Kak Ve menyebutkan 'males ketemu dia'. Namun kepercayaan diriku masih belum habis, dengan mengandalkan muka tembok aku terus memojokan Kak Ve.

"Ah yang bener Kak? Ma-" Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Kak Ve malah memotongnya dan kembali terfokus pada Okta. "Au ah! Yuk Ta lanjut lagi."

"Gimana lagi nih Kak?" Tanya Okta cepat.

Tanpa ambil pusing aku kembali berkeliling mencari petunjuk lainnya. Semakin banyak bukti maka semakin kecil Kak Ve menyangkal.

"Sama kaya tadi, Ta. Jadi tiap kuadran itu mewakili view nya. Ada proyeksi tampak atas, tampak depan dan tampak samping."

Kali ini aku berjalan menuju kamar Kak Ve, mencoba membongkar isi lemarinya. Dan betapa mengejutkan, aku kembali menemukan bukti selanjutnya.

"Terus yang satunya lagi apa?"

"Em... Apa ya namanya aku lupa. Pokoknya itu mah tempat buat narik garis aja. La-" Kali ini aku mendapatkan hattrick karena telah memotong ucapan Kak Ve sebanyak tiga kali :v
Dengan suara lantang aku meneriaki Kak Ve dari dalam kamarnya.
"Nahloh Kak Ve, kok baju-baju Kak Kinal masih ada sih di lemari Kak Ve? Ah aku tau nih pa-"

"Iih Gre! Kamu ngapain sih kok buka-buka lemari akuuu... Keluar dari situ." Balas Kak Ve berteriak manja dari ruang tengah.

"Jawab Kak Ve. Aku butuh penjelasan Kakak, kenapa baju Kak Kinal masih ada disini." Ujarku tak menghiraukan Kak Ve yang mulai menampakan raut wajah sok dibuat ngambek.

Sebelum menjawab pertanyaanku, dia memberi jeda seperti berpikir lalu menghela nafas pelan, "Itu baju boleh aku yang beliin, gatau kenapa sama dia gak dibawa. Lagian masa mau dibuang? Sayang ah aku nyari duit susah masa baju bagus-bagus mau dibuang. Kan bisa dikasi lagi entah ke pacar baru aku atau siapa gitu." Jawabnya sembari memberikan senyum yang sedikit dipaksakan (?). Mungkin, akusih melihatnya seperti itu.

"Hih! Bisaan aja dari tadi ngelesnya. Kzl akutu." Ujarku sambil menghentakan kaki ke lantai karena kesal Kak Ve tak kunjung mengaku.

"Ngeles apa? Lagian kamu ada ada aja Gre. Ckck!"

"Tau ah! Dah sana lanjut lagi belajarin Okta." Sungutku masih kesal, Kak Ve yang penyabar hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuanku.
Kalo Kakak-kakak yang lain mah pasti aku udah dilempar keluar dari jendela ngerusuh begini ._.

"Tadi sampe mana, Ta?" Tanya Kak ve yang mulai kembali terfokus pada Okta dan aku kembali berkeliling melanjutkan tugasku.

"Baru begini aja Kak." Jawab Okta, aku masih dapat mendengar obrolan mereka.

"Nah ini sebelah sini satu kali lagi selesai yang tampak atas nya. Lanjut kamu tarik garis dari sini ke sini".

"Abis itu sama kaya tadi."

Tetangga Apa Banget ?! Season 2Where stories live. Discover now