Bab 4 - The Stolen Kiss

27.4K 4K 302
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita

Salah satu dari tiga orang dewi Erinyes berpenampilan kembar, yang memiliki rambut terbuat dari ular, kembali menyeka air mata darah yang keluar dari pelupuk matanya.

Mereka baru saja keluar dari istana Hades untuk berbicara dengan Penguasa Dunia Bawah dan sekarang berdebat di halaman istana, disaksikan oleh ketiga hakim dan ribuan arwah yang mengantri untuk penghakiman.

"Tisifon, bukankah Hades tadi sudah mengizinkan kita untuk menghukum roh pria itu karena telah membunuh istrinya sendiri?"

Kembaran dewi itu menatap saudarinya dan menjawab, "Alekto, Hades tidak berkata boleh, dia hanya bergumam tidak jelas, bukan begitu Megaira?"

"Penguasa Dunia Bawah akhir-akhir ini sering melamun," gerutu Megaira, menyeka darah yang membasahi pipi. Beberapa ular yang menjadi rambutnya ikut berdesis marah.

"Hypnos, lakukan sesuatu!" Alekto menggeram, "katakan kepada kami apa yang mengganggu benak Hades. Ketidaktegasannya dalam memimpin membuat kami terganggu dalam melakukan tugas!"

Pria yang memiliki perawakan persis seperti Thanatos, tetapi memiliki rambut yang lebih panjang, berbisik, " Hades akan melemparku ke sungai Flegethon yang mengalirkan api, seandainya dia mengetahui aku membaca mimpinya."

"Sekarang pun dia dapat melempar salah satu dari kita ke sungai itu tanpa sadar!" bentak Megaira menoleh ke arah ketiga arwah Raja Kreta.

Hypnos tidak membantah, ketiga putranya para Oneiroi pun mengeluhkan hal sama.

"Apa kalian tahu apa yang telah terjadi? Sebagian besar waktu kami dihabiskan di Tantaros dan saat kami datang untuk melapor, Hades telah bertindak bagai Dewa Linglung."

Minos berdeham. "Jaga ucapanmu, Megaira."

Dewi itu menyeka darah yang mengalir deras dari kedua matanya. "Apa yang kukatakan benar!"

"Seorang gadis," Hypnos berbisik, "Dewi Musim Semi, penghuni Dunia Atas."

Ketiga Erinya dan ketiga hakim terdiam, menatap Hypnos dengan pandangan tidak percaya.

"Seorang gadis?" tanya Alekto ikut berbisik, "dari Dunia Atas?"

Hypnos berdeham, gugup. Menundukkan kepala, khawatir pria yang dibicarakan mendengar ucapannya.

Tiba-tiba mereka melihat Hades keluar dari istana, berjalan melewati mereka tanpa menoleh atau pun menyapa.

Mata Tisifon yang dipenuhi genangan darah melebar, mengamati punggung Hades yang semakin menjauh. "Hypnos benar, hanya seorang gadis yang dapat membuat pria berkelakuan seperti itu."

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Alekto menoleh ke arah Rhadamanthus yang pura-pura sibuk menulis di buku hukuman para arwah. Rambut Alekto berdesis saat menegur hakim itu. "Rhadamanthus! Jawab pertanyaanku!"

Pria tua itu terbatuk pelan lalu berkata, "Kalian bisa mencarikan dia seorang Nimfa dari Dunia Bawah sebagai teman tidurnya, mungkin itu dapat membuatnya tidak lagi memikirkan Dewi dari Dunia Atas."

"Apa kau pikir dia Zeus! Tidak! kita harus mencari cara lain!" umpat Megaira menampar salah satu ular yang menutupi penglihatannya.

"Mungkin cara termudah adalah meminta Hades untuk membawa gadis itu ke sini," balas Aeacus, "kita harus mengatakan bahwa tingkah lakunya telah menyulitkan kita dan cara terbaik adalah mengambil Dewi Musim Semi untuk menemaninya di Dunia Bawah."

"Gadis itu tidak akan bertahan, ini adalah tempat yang gersang," balas Rhadamanthus, tetap dalam posisi seakan sedang menulis, "selain itu dia seorang Dewi bukan Nimfa, akan sulit menculiknya."

Hypnos kembali berdeham. "Mungkin itu yang dibutuhkan Hades, musim semi untuk Dunia Bawah."

Ketiga Erinya terdiam dan saling memandang.

"Seorang Ratu," bisik Alekto.

"Dewi Musim Semi," lanjut Tisifon tersenyum kecil.

"Bersanding dengan Hades, Raja Para Roh, Pemimpin Dunia Orang Mati." Megaira menyerigai lebar.

"Panggil Thanatos! Minta agar dia membujuk Hades supaya menyelesaikan urusan cintanya sebelum Dunia Bawah kacau balau!" perintah Alekto kepada Hypnos.

Terbatuk beberapa kali, Hypnos mengepakkan sayap sebelum menghilang. Mencari kembarannya, sang Dewa Maut untuk dikorbankan.

*****

Lembah Nyda telah dipenuhi oleh berbagai jenis bunga dan buah sesaat setelah Persephone selesai menari dan bernyanyi diiringi oleh para roh alam yang selalu menyambut kehadirannya dengan penuh sukacita.

Semilir embusan angin sepoi-sepoi pada siang hari membuat Persephone mengantuk. Dia terlalu lama bermain dengan para Nimfa. Menguap beberapa kali, gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Mata birunya berbinar melihat hamparan rumput tebal yang berada pada pinggir pepohonan rindang. Berjalan santai ke arah tempat yang diinginkan, Persephone memutuskan untuk membaringkan tubuh dan tertidur sejenak tanpa menyadari bahwa Hades berada tepat di sisinya sedang menahan napas karena terkejut.

Aroma mawar tercium lembut dan menyenangkan, Hades duduk bersandar tanpa kasatmata memperhatikan gadis itu mendengkur pelan.

Hati Hades terasa hangat, berada sedekat ini dengan Dewi Musim Semi, menyebabkan keceriaan gadis itu seakan menular kepadanya.

Perlahan, Hades meraih sejumput rambut cokelat keemasan yang menutupi pipi Persephone dan mendekatkan helaian rambut itu untuk dapat menghirup wanginya.

Wajah Dewi Musim Semi terlihat sangat cantik saat terlelap. Gadis itu memiliki hidung mancung, bibir tipis menggoda, dan bulu mata yang lentik.

Persephone sedikit menggeliat dalam tidur dan bergumam pelan, menyebabkan jantung Hades berdebar cepat. Tidak dapat menahan diri, dia menundukkan kepala lalu mencecap bibir gadis itu yang terasa manis dan lembut.

Tanpa disadari si pemilik bibir, Hades, Raja Dunia Orang Mati, telah mengambil ciuman pertama yang dimiliki oleh Dewi Musim Semi.

*****

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Erinyes adalah tiga orang dewi yang bertugas di Thantaros untuk menghukum para manusia yang membunuh keluarganya sendiri dengan membuat orang itu menjadi gila saat masih hidup DAN menghukum arwah mereka setelah diadili oleh Themis.

Berdasar mitos, mereka memiliki rambut ular dan mata yang selalu meneteskan darah. Namun, pada perkembangannya, mereka sering disebut Fury dan menjadi dewi bersayap yang cantik ...

30 Juni 2017

Benitobonita

Persephone [ ADA DI GRAMEDIA [ Buku 2 Mitologi Yunani ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang