Bab 3

40.2K 2.3K 132
                                    

Dia menaikkan tengkukku lalu meminumkan air itu ke mulutku. Tanpa sadar air matak sudah berlinang di pelupuk mataku.

"Kamu kok nangis ?" Tanyanya tanpa menghilangkan senyum di pipinya. Mengapa dia terlihat mengerikan.

❤️❤️❤️❤️❤️
Typo bertebaran. (Still adriana pov)

Sebelum membaca sebaiknya untuk membote terlebih dahulu!

^^^^^^^^^^

Aku tak berniat menjawab pertanyaan adrian. Selama hidupku dia tak pernah berbuat seperti ini kepadaku. Walau ku tau dia memiliki gangguan kejiwaan.

"JAWAB AKU BERENGSEK!?!" Teriak adrian membuatku kaget. Tangisku berhenti, aku tak mau menatapnya.

Dengan kasar dia menarik wajahku agar melihat wajahnya. Aku meringis kesakitan.

"Apa maumu adriana?"tanyanya, apa mauku? Aku mau kau mati. Aku tak berani menjawab pertanyaannya. Biarlah orang berkata aku pengecut. Aku tak peduli yang penting diriku selamat.

Dia menjambak rambutku dengan kasar dan menampar pipiku dengan kuat. Ku lihat wajahnya sekilas, dia terlihat sangat senang.

Kepalaku sangat sakit dan pandanganku mengabur. Semuanya menjadi gelap.

**********
Aku membuka mataku saat merasakan  serpihan air di wajahku. Aku mendongkak melihat adrian menatapku dengan khawatir.

"Kau tak apa?" Tanyanya, aku ingin menjawab tapi aku tak bisa. Semuanya terasa kaku.

"Ada apa dengan mulutmu? Tak bisa bergerak?" Tanyanya seperti di buat buat. Tak berapa lama kemudian di tertawa sendiri. Entah apa yang membuatnya tertawa.

"Mungkin untuk beberapa bulan ini kau sebaiknya di rumah saja" ucapnya sambil berjalan ke arah jendela. Di membuka jendela, padahal udara di luar sangat dingin.

"Udaranya sangat sejuk, membuatku ingin tidur saja"katanya sambil berjalan ke arah tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sampingku.

Dia memeluk pinggangku. Setelah beberapa lama kudengar seruan nafasnya.

Aku tak tau aku harus apa. Aku sedang tidak ingin tidur. Aku binggung melihat suasana kamar ini. Kamar ini sangat maskulin.

Gelap. Aromanya juga memabukkan.
Tak ada suara apapun. Hening. Suara jangkrik pun tak kedengaran.

****************

Aku membuka mataku saat silau cahaya menerobos masuk ke dalam.

Aku melirik ke sampingku, sudah tak ada lagi adrian. Mungkin dia sudah pergi kerja.

Aku tak tau sekarang aku harus apa, bergerak pun aku susah. Sekarang aku tau cairan apa yang disuntikkan adrian ke tubuhku. Aku lupa namanya, tapi itu cairan untuk mengkakukan tubuh.

Tiba tiba pintu kamar terbuka, keringat dingin mulai terasa di telapak tanganku. Tapi ternyata bibi sum. Dulu dia pernah kerja dirumah ini. Tapi karena ibuku sudah pergi terlebih dahulu. Jadi bibi sum mengundurkan diri. Bibi sum berjalan ke arahku sambil membawa kursi roda. Apa tunggu dulu kursi roda? Apa itu buatku?

"Non, ini bibi. Non ingat bibi tidak?" Tanyanya sambil tersenyum. Di matanya sudah berlingang air mata.

Aku mengangguk kepalaku. Untuk menggerakkan kepala aku bisa tapi untuk bagian yang lain aku tak bisa.

"Ayo kita bersihkan tubuh non" katanya sambil mengangkat tubuhku ke kursi roda itu.

***********
Setelah selesai mandi dan berpakaian. Bibi sum mengajak ku ke dapur untuk makan. Saat kami menuju dapur. Adrian datang dengan membawa seorang wanita. Yang aku tak tau siapa dia.

Adrian menatapku dengan senyumnya yang aneh. Seperti orang yang mendapatkan ide.

"Bi, antar adriana ke ruang bawah" katanya tegas, bibi sum ingin membantah ucapan adrian.

"Tapi tuan.." ucapan bibi sum terpotong ketika adrian mengeluarkan pisaunya dari sakunya.

**********
Bibi sum meninggalkan aku di ruang ini dengan adrian dan wanita itu. Wanita itu dengan mulut tersumpal entah apa mengangis histeris.

Aku tau adrian ingin apa. Dia ingin membunuh wanita itu. Aku tau ruangan ini dijadikan adrian untuk membunuh orang.

Adrian mempersiapakan kapak, paku, palu dan gergaji.

Dia berjalan ke arahku.

"Ayo, biar ku ajarkan bagaimana caranya memotong daging" mataku melotot mendengarnya. Dia tertawa melihat ekspresiku. Lalu di mendorong kursi rodaku untuk lebih dekat.

Adrian melepaskan sumpelan di mulut wanita itu.

"Adrian, ampuni aku" teriaknya sambil merontak rontak.

"Hmm, sepertinya kakimu harus diam" katanya sambil mengambil paku dan palu. Lalu memaku kaki wanita itu. Wanita itu histeris. Darah bercucuran dari kaki wanita itu.

****************
Haloo!!

Maaf bgt ya sama typonya yang banyak. Jangan lupa komen plus vote ya.

Makasih

Juligig (medan/30jun)

The pshyopath brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang