7. Strawberry Trapper (Bagian 1)

4.5K 571 1
                                    

Awal bulan Desember telah datang. Artinya, kurang lebih sejak lima minggu yang lalu aku dipindahkan ke kelas ini karena penyebab yang kurang masuk akal. Memasuki bulan yang penuh dengan berbagai ulangan dan ujian, serta tugas-tugas lain yang harus di kumpulkan sebelum ujian akhir semester di adakan, sangat membuat sibuk siswa manapun yang sedang duduk di bangku sekolah.

"Ohayou gozaimasu minna-san!" Koro-sensei memberi kami salam dengan semangat ala seorang guru miliknya ketika memasuki ruang kelas tua ini. Kami membalas salam itu kembali dengan semangat Senin pagi. Well, itu berlaku untuk sebagian dari kami sih. Pasalnya beberapa dari kami juga nampaknya ada yang masih suntuk--termasuk aku.

Beberapa kali aku menguap, entah sudah berapa jumlahnya semenjak tadi bangun hingga saat ini. Bagiku, ini Senin berasa Selasa. Karena, yah.. kemarin aku harus ke kantor polisi untuk memberi kesaksian. Kukira membeberkan kronologi kejadian tidak akan memakan waktu lama, nyatanya memerlukan proses ini-itu juga sehingga siangnya, aku--ditemani ibu--baru bisa melangkahkan kaki keluar kantor polisi. Setelahnya, ibu memintaku menemaninya berbelanja karena sedang ada diskon besar-besaran hingga sore. Melelahkan. Belum lagi malam kemarin selepas membereskan pekerjaan rumah, aku harus menghadapi kenyataan untuk menyelesaikan tugas sekolah hingga larut.

Jadilah diriku sekarang yang sedang terkantuk-kantuk di bangku sendiri.

"Pertemuan di gedung utama sehubungan dengan menjelang diadakannya ujian akhir semester?" cuping telingaku ku pasang baik-baik kala seorang siswa mengulangi ucapan Koro-sensei yang tadi tak sempat ku dengatkan dengan baik.

Oh ya, aku jadi teringat saat masih berada di kelas di gedung utama. Pertemuan itu dilaksanakan guna membagikan edaran resmi dan penjelasan langsung dari panitia pelaksana ujian kepada seluruh siswa kelas. Menghadiri pertemuan itu bukanlah masalah jika harus berjalan beberapa puluh meter dari kelas masing-masing ke aula. Tapi kalau kelas 3-E ini? Kami harus menuruni bukit dan jalan sebegitu jauh untuk menghadiri pertemuan yang hanya berlangsung tak sampai sejam tersebut. Belum lagi kembalinya! Sungguh tak bisa ku bayangkan.

"Apa itu dilaksanakan hari ini sensei?" Wajah Koro-sensei berubah menjadi warna hijau dengan efek lingkaran yang menghiasi—menandakan apa yang dikatakan salah satu muridnya itu benar. Semua penghuni kelas menghela napas berat.

"Pertemuan akan dilaksanakan saat jam istirahat nanti. Jadi, kita akan berangkat kesana pada jam pelajaran ke-4. Bisa dimengerti? Baiklah, mari kita mulai pelajaran hari ini."

><><><

Suara air sungai beriak, dengan cicitan burung-burung yang hinggap di pepohonan meramaikan suasana hutan bukit ini yang sepi tak berpenghuni. Aku berusaha berhati-hati pada setiap langkahku karena menelusuri dengan berjalan kaki di daerah seperti ini benar-benar bukan keahlianku. Banyak yang sudah berada di depan sana seolah tanpa kesulitan sama sekali. Sampai di sebuah sungai kecil dengan air yang mengalir tenang, kami harus menyebranginya dengan menapaki batu-batu bervarian ukurannya, yang sudah lembab dan tampak sedikit berlumut. Ah sial! aku terpeleset.

"Lebih berhati-hati lagi, [Name]-san." Tentakel kuning itu meraih dan menopang tubuhku yang hendak terperosok ke dalam sungai. Tak perlu waktu lama, ia menarik tentakelnya dan aku sudah pada posisi berdiri di seberang. Ku hela napasku, merasa lega. "Terima kasih Koro-sensei"

"Tidak masalah. Sudah suatu kewajiban sensei untuk menjaga dan menyelamatkan muridnya." Aku hanya membalasnya dengan senyuman lembut kemudian kami berjalan beriringan menjauhi sungai tersebut. Suara riak air sudah sayup-sayup tidak terdengar lagi.

"[Name]-san masih tetap ingin kembali menjalani kehidupan sekolah di kelas gedung utama?" Aku menoleh bingung. Kami tidak pernah berbicara berdua seperti ini, dan dia langsung bertanya hal semacam itu saat ini. Aku mengangguk ragu.

Eunoia [Karma x Reader]Where stories live. Discover now