Prolog: Pencarian

183 15 6
                                    

Tittle: The Last messiah 2: Judgement Day
Story and writter: Teuku Zahirsyah
Chapter : On Going
.
#Yerusalem, Kota Saleem, 21xx M.
.
Sesosok pria berkulit putih kemerahan dan bermata biru 'di selimuti oleh jubah putih bersimbol "Ular Melingkar" yang menutupi kepala serta wajahnya, berjalan menelusuri sudut-sudut kota Saleem. Ia terus mengitari tiap lokasi berharap menemukan pendakwah di kota itu untuk mendapati pengetahuan mengenai makhluk yang telah lama ia nanti-nantikan kehadirannya, yaitu setelah berakhirnya masa tenang yang begitu lama semenjak kematian Sang Mesiakh dan Perdana Menteri Imam Ahmed.
.
Keringat terlihat menyucur di antara kening pria tersebut. Wajahnya tampak dibalut dengan rasa kegelisahan yang menerpa sanubari. Seakan sesuatu yang mengerikan hendak menerpa bila ia gagal dalam pekerjaan yang sedang ia emban.
.
Maka semakin kencanglah ia berjalan sembari memata-matai. Dalam hatinya bergumam, "Dimanakah para pendakwah! Sungguh kami takut akan tertimpa malapetaka yang besar bila terlambat...."
.
Hingga pada akhirnya ia mendapati seorang pria berjanggut panjang serta berumur tua, tangah berkata dengan suara berkobar-kobar yang ditontonkan oleh sekian banyak orang. Maka kemudian masuklah ia ke dalam hiruk pikuk orang-orang yang menyaksikan 'untuk baginya mendengarkan isi kotbah pria tersebut.
.
Pria pengkotbah berkata dalam teriakan yang membara, katanya "Telah dibacakan kepada kalian mengenai sesuatu yang pernah disampaikan kepada kalian melainkan kalian seolah tidak memperdulikannya. Yaitu tatkala manusia yang besar kedudukannya dimata Tuhan yang telah menyatukan bangsa-bangsa berkata mengenai musuh utama bagi manusia dimuka bumi setelah matinya bapa segala kejahatan."
.
Mendengar ucapan yang begitu menusuk, tertunduklah tiap-tiap pendengar yang memenuhi bait pertemuan. Mereka seolah malu dengan isi perkataan yang disampaikan. Seiring sedihnya hati nurani mereka tatkala menyadari begitu cepatnya ucapan-ucapan sang Masiakh dilupakan.
.
Namun tidak dengan pria berjubah putih saat menyaksikan. Ia tampak begitu ambisius. Alisnya mengkerut yang mengartikan betapa seriusnya ia mendengar. Namun ia tampak tergesa-gesa agar sang pengkotbah cepat menyelesaikan pembicaraanya.
.
Berkata kembalilah pria pengkotbah, "Yaitu tatkala telah diramalkan dari tahun yang sudah berlalu baginya, mengenai dia yang diberikan umur panjang hingga telah beralih beberapa generasi dari kita. Dan telah menyembunyikan dirinya guna membangun kembali suatu kerajaan besar untuk menaklukan bangsa-bangsa yang dahulu pernah di bangun oleh bapa kejahatan."
.
Maka tatkala pria tua tersebut tengah berceramah, berkatalah seorang pemuda, "Tunjukanlah kepada kami musuh itu. Sesungguhnya bila kami mengetahui keberadaan dia, telah kami bunuhlah dia. Dan sungguh dia adalah incaran generasi sebelum kami!"
.
Kemudian dijawablah oleh sang pengkotbah dengan nada semakin mengebu sembari jarinya menunjuk ke arah india, "Baiklah! Sesuai wasiat terakhir Masiakh sebelum wafat bahwa musuh terbesar hijrah ke bumi India dan oleh karna generasi kita yang telah jauh ini, maka haruslah kita menggenapi ucapannya. Yaitu dengan menemukan dan membunuhnya sebelum ia membangkitkan kerajaan besar yang merepotkan keturunan kita nantinya. Dan haruslah kita memerangi mereka dengan segenap jiwa dan raga!"
.
Maka bersorak-sorailah seluruh manusia di hadapannya sembari mengangkat tangan. Sebuah semangat besar yang telah lama hilang setelah wafatnya dua pemimpin besar mereka. Tiap-tiap manusia kembali menumbuhkan semangat juang keimanan mereka untuk memberantas makhluk yang telah lama diramalkan oleh Sang Masiakh dengan sebutan "Musuh Yang Sebenarnya" yaitu musuh yang telah lama menutupi dirinya untuk membangun kerajaan besar guna menghancurkan kedamaian di muka bumi.
.
Namun di tengah semangat yang tengah membara, pria berjubah putih dengan tergesa-gesa pergi meninggalkan kerumunan. Langkah cepat pun ia kendalikan menuju suatu tempat dimana ia harus menemukan kawasan sepi dari keramaian. Kemudian ia mengeluarkan alat komunikasi dan menghubungi Derajat Tertinggi organisasinya. Ia menyampaikan melalui telepon genggam, "Cepatlah bergegas! Sesungguhnya rahib mereka mengatakan bahwa sebelumnya Sang Masiakh pernah mewasiatkan jikalau Sang Cahaya berada di India. Dan kemungkinan besar Dia sedang dalam bahaya!"
.
Tiba-tiba dari belakang pria berjubah, seorang algojo mendengar pembicaraan rahasia tersebut. Kemudian ia menghampiri dan membentaknya, "Hei pria! Adalah engkau sang pengkhianat! Dan adalah engkau sang musuh Tuhan!"
.
Berlarilah pria berjubah tersebut menjauh. Tetapi sang Algojo mengambil batu dan melemparnya hingga tepat mengenai belakang tengkuk pria berjubah sehingga rebah jatuh ke tanah. Kemudian diraihlah tubuh tersebut dan dibawanya menuju keramaian kota.
.
Sembari mendongakkan wajah pria berjubah yang hampir kehilangan kesadaran, Algojo berkata ke hadapan orang banyak, "Kudapati pria ini membicarakan sebuah rahasia, yang adalah sebuah pengkhianatan terhadap Sang Masiakh kita! Dan mencoba melindungi "Musuh Yang Sebenarnya""
.
Terkejutlah orang banyak mendengar ucapan algojo. Salah seorang dari mereka menghampiri dan menampar wajah pria berjubah sembari mengatakan, "Bila benar demikian, apakah sebabnya engkau berlaku seperti itu dan darimana asalmu!?"
.
Dengan tertatih pria berjubah menjawab, "Yang demikian tidak akan kukatakan
.
Pada akhirnya ia mendapati lemparan batu dari orang banyak membuat ia nyaris mati. Hingga tatkala ia sekarat, ia mengatakan perkataan terakhirnya.
.
"Sang Cahaya Putra Timur, perwujudan dari Tuhan yang sesungguhnya akan akan datang ke tengah kalian...."
.
~Continue~

The Last Messiah 2: Before Judgement DayWhere stories live. Discover now