A. 1. Aku Rali

170 7 7
                                    

Hai, namaku Seralia. Mama-Papaku biasa memanggilku Alia (baca: Alya). Tapi aku lebih suka dipanggil Rali, seperti bagaimana teman-temanku memanggilku. Karena, aku juga mempunyai teman bernama Alya. Aku tidak terlalu menyukai Alya karena, ya, kau pasti tahu bagaimana anak perempuan yang terlalu perempuan. Mereka sering kali berpikir menggunakan perasaan dan sedikit logika—atau bahkan tidak pernah. Dan aku benci itu!

Aku sama seperti anak berumur 15 tahun lainnya. Aku duduk di bangku kelas 9 SMP. Aku punya Mama-Papa yang—syukurlah—masih menyayangiku. Sahabat yang—kurasa masih—setia menemaniku. Tidak ada yang sempurna ataupun sama di dunia ini, tetapi menurutku hidupku tidak ada sesuatu yang menarik, menurutku.

Selama aku duduk di bangku SMP pun menurutku tidak ada yang menarik. Hanya 2 orang sahabat. Guru yang biasa saja. Banyak murid nakal yang menyedihkan.

Apalagi? Oh ya, aku amat-sangat-menyukai Sherlyku. Memang banyak orang kebingungan menebak siapa itu Sherly, termasuk Mama dan Papaku. Sherly yang kumaksud di sini bukan anak baru di sekolah atau semacamnya. Kalau iya, bagaimana mungkin aku menyukai Sherly? Aku perempuan dan Sherly adalah nama perempuan.

Aku tidak lesbian, okay?

Sherly itu panggilan kesayanganku terhadap Sherlock Holmes. Tokoh fiksi detektif konsultan yang sangat hebat. Bagiku, dia lebih dari sekedar tokoh fiksi. Aku rasa di dunia ini juga pasti ada orang sehebat dan secerdas Sherly, kuharap.

Itu juga yang membuat sudut pandangku terhadap laki-laki berubah drastis. Laki-laki yang hanya mengandalkan ketampanan (tapi menurutku mereka semua tidak lebih dari pengganggu dekil berbadan bongsor) dan keahliannya dalam basket menurutku mereka semua payah. Sangat payah! Mereka lebih mendahulukan kemampuan mereka dalam permainan bola dari pada menguasai teknik dan strateginya.

Begitu pula dengan anak perempuan. Mereka terlalu sering menggosip—membicarakan orang lain, belum tentu fakta pula. Mereka juga cengeng dan sangat pengecut. Mereka suka menggertak, tapi ketika digertak sedikit saja mereka sudah menangis. Oh betapa ingin kutendang wajah mereka.

Yah, itulah orang-orang menyedihkan disekitarku (kecuali 2 sahabatku). Mereka tidak lainnya seperti kecoak yang tidak berdaya setelah disemprot baygon.

Bagaiman denganku? Aku memang perempuan, tetapi semenjak aku menyukai Sherly—seperti yang kukatakan tadi—aku lebih sering menggunakan sudut pandang seorang lelaki cerdas, seperti Sherly.

Lihat kan, bagaimana Sherly memengaruhi hidupku. Dan ketika masih ada Sherly yang begitu sempurna untuk apa aku memikirkan orang lain yang tidak sempurna?

Lalu, aku sangat menyukai fisika. Aku benci biologi. Aku lebih suka berhitung dan mengamati angkasa daripada menghafal sesuatu yang tidak pasti. Well, biologi memang cukup menarik. Ada banyak hal yang masih misteri dan menunggu untuk kuungkap. Tetapi aku tidak mungkin melakukan hal itu karena kunci awal aku memecahkan misteri itu saja tidak ada. Lalu untuk apa aku harus memikirkannya lebih jauh?

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tentang RaliWhere stories live. Discover now