Chapter 13

1.2K 140 0
                                    

Capek bukan main. Tubuhku rasanya berat dan remuk, sampai berjalan saja rasanya hampir tidak kuat, apalagi sambil membopong Gerald yang tubuhnya lebih besar dariku. Aku tidak bisa pergi lebih jauh lagi dari pelabuhan. Aku menjatuhkan Gerald di tepi hutan, begitu juga dengan tubuhku. Aku berbaring begitu saja di atas rerumputan. Aku hampir tak bisa bernapas. Dadaku sakit setiap kali bernapas.

Aku memejamkan mata dan bermaksud untuk tidur, dan aku tidak peduli dengan kemungkinan Hunters yang masih tersisa. Tapi, ketika aku memejamkan mata, yang kudengar hanyalah gemerisik dedaunan oleh angin laut yang berhembus. Aku rasa, saat ini pulau terasa lebih tenang. Apakah semua Hunters sudah dibereskan? Apakah teman-teman dan Hewan Suci baik-baik saja? Astagah. Aku rasa, aku belum bisa beristirahat dengan tenang kalau aku belum memastikan mereka baik-baik saja. Tapi, bagaimana caraku melakukannya? Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku, aku hanya punya tenaga 3% sekarang. Aku bahkan tidak bisa bergerak.

Ketika angin berhenti berhembus dan pepohonan berhenti bergemerisik, aku mendengar hutan begitu ribut, seakan-akan ada sesuatu yang bergerak dengan sangat cepat di dalam hutan. Aku tidak peduli apakah itu Hunters atau bukan. Aku bahkan sudah lelah untuk berpikir. Aku bermaksud untuk pasrah.

Sesuatu melompat keluar dari perbatasan hutan dengan pelabuhan, melompat tinggi di atas tubuhku dan Gerald. Aku sepenuhnya terpejam, tapi aku bisa merasakan dua jiwa api. Aku ingin membuka mata, tapi aku terlalu lelah untuk melakukannya. Aku tidak bisa memaksakan diri lebih jauh lagi. Bahkan, rasanya aku akan pasrah kalau Natasha melihatku seperti ini dan memulihkanku.

"Tia!" Aku mendengar seruan yang membuatku membuka mata. Suara itu, entah bagaimana, aku memikirkannya dan mengharapkannya. Aku meras senang bahwa aku bisa mendengar suara Natsume. "Tia. Astagah! Apa kamu masih sadar?" Suaranya terdengar lebih jelas. Dia berada tepat di kiriku. Aku bisa merasakannya.

Sesuatu yang besar menghalangi sinar matahari yang membuat tubuhku hangat. "Tia, apa kau baik-baik saja? Apa kau mendengarku?" Aku yakin itu adalah Kyuubi.

Aku tidak tahu harus berkata apa. Entah kenapa, aku malah tersenyum.

"Aku tidak mengerti kenapa kau tersenyum. Apa ini semua terlihat lucu bagimu?" Jelas sekali itu ucapan sinis khas Natsume. "Kamu membuat kami semua cemas. Bodoh sekali. Bisa-bisanya kamu nekat masuk ke kapal sendirian."

Aku ingin bicara, tapi entah kenapa malah menjadi batuk.

"Astagah. Darah lagi?" gumam Natsume, terdengar agak panik dan cemas. Aku bisa merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirku, menyeka darah di sana. "Kamu terlihat amat sangat mengenaskan. Kamu bahkan tidak bisa bicara."

"Aku bisa," ucapku dengan suara pelan dan serak. Aku kembali batuk, berharap bisa mengeluarkan semua pengganjal di tenggorokanku. Natsume sekali lagi menyeka wajahku entah dengan apa. "Aku membawa Gerald."

"Gerald? Siapa?" tanya Natsume.

"Pemimpin Hunters."

"Hah?" seru Natsume. "Apa kau bodoh?"

Aku tertawa lemah. "Dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang."

"Apa? Bagaimana mungkin?" Aku ingin menjawab, tapi aku kembali batuk, dan aku rasa bukan hanya muntah darah, tapi juga mimisan. "Ah, sudahlah. Kamu berhutang penjelasan setelah ini. Beristirahatlah. Kami akan membawamu ke timur. Tenang saja. Kami akan membawa Gerald juga, meski aku membencinya."

Aku tidak bisa mengeluarkan suara. Mungkin, hanya mulutku yang bergerak mengucapkan 'terima kasih'.

***

Sudah empat jam Tia tidak bangun. Bahkan, dua kali dia mengalami kondisi saat jantung dan napasnya berhenti. Meski aku sudah memulihkannya berkali-kali, meski luka-luka di seluruh tubuhnya sudah pulih sepenuhnya, dia tetap tidak membuka matanya. Dia tertidur seperti Putri Tidur. Kulitnya yang cokelat itu semakin lama semakin pucat. Entah kenapa, aku takut.

Starlet Academy [COMPLETED]Where stories live. Discover now